Chapter 159 - 159. Hadiah dari tuhan

"Kecepatan dan kelihaianmu masih menakutkan seperti dulu. Tuan Lu, Apakah kamu yakin ingin membunuhku?. Aku tahu kamu sedang menyelidiki sesuatu di kota Jingxian. Apakah kamu tidak ingin tahu ada apa disana?". Meski pistol sudah tepat di samping kepalanya, namun pria bertopeng masih tetap tenang menghadapi gertakan Ludius.

'Pria ini bukanlah orang sembarang. Sebenarnya siapa dia? Dia bahkan masih bersikap tenang meski sudah mendapat gertakanku. Aku tidak boleh meremehkannya'. Batin Ludius.

Ludius terdiam sesaat, memikirkan apa yang dikatakan pria bertopeng. "Seberapa jauh kamu mengetahui tentangku? Aku harap kamu tidak ikut campur lebih dari ini!".

"Tuan Lu bertanya seberapa jauh aku mengetahui tentangmu?. Bagaimana kalau aku mengatakan semuanya! Semua yang ingin Tuan Lu ketahui aku bisa memberitahukannya".

"Tuan Lu bertanya ingin mengetahui apa yang ada di Kota Jingxiang". Katanya mengulang penawarannya.

"Terima kasih, aku tidak butuh bantuan dari orang yang menginginkan istriku! Kau enyahlah!". Ludius menarik pelatuknya, Namun belun sempat Ludius menembak, dari arah samping dengan jarak 10meter ada seseorang di balik bayangan menembak kearak Ludius.

Bang.. Bang..

Melihat peluru mengarah ke arahnya, Ludius melompat mundur dan menyerang balik.

Bang.. Bang..

Sraaah..

Peluru mengenai sasaran, namun disaat Ludius menoleh kearah pria bertopeng dia sudah menghilang bak di telan bumi.

"Kurang ajar! Siapa dia sebenarnya, mengapa dia bisa tahu masalahku dengan Black Emperor? Tidak adakah hari tenang untukku selain berkabung?". Gerutu Ludius. Dia memasukkan pistol kembali kedalam sakunya dan segera masuk kedalam mobil untuk menemui Silvia.

Karena perasaan Ludius belum tenang, di dalam mobil dia membuka ponsel dan melihat rekaman CCTV yang langsung tersambung dengan ponselnya. Disaat Ludius melihat kebagian kamar, dia melihat Silvia tengah tertidur dan terlihat dokter baru keluar dari kamar mereka. Tiba-tiba saja Ludius melihat adegan Zain mencium kening Silvia.

"Zain.. Apa yang kau lakukan pada istriku? Apa kau tahu, kau sudah menyalahi kepercayaanku?!".

Dengan perasaan geram, Ludius membawa mobil kembali ke Mansion dengan kecepatan tinggi. Melihat kondisi Silvia yang terlihat kurang baik dengan sikap Zain yang berulah dibelakangnya membuat emosi Ludius semakin bertambah.

Mansion Lu

Mobil berhenti tepat didepan pintu, Ludius kekuar dari mobil dengan langkah cepat dia masuk kedalam Mansion menuju kamar tempat Silvia terbaring.

Braaak!

Ludius mendobrak pintu, dilihatnya Zain sedang berdiri melangkah ke pintu kamar.

"Zain! Apa yang kau lakukan di kamar istriku? Aku harap kau memberikan penjelasan yang mampu meyakinkanku untuk tidak membunuhmu saat ini juga!".

Perkataan Ludius yang sedingin es mampu membekukan suasana. Silvia yang pinsan perlahan membuka mata dan melihat dua pria sedang saling menatap dengan tatapan yang membunuh.

"Kalian, apa yang sedang kalian berdua lakukan disini?". Silvia mencoba bangun dari tidurnya dan bersandar. Silvia mengingat kembali apa yang barusaja terjadi padanya. Ketika Silvia teringat bahwa dia pergi dari sebuah party dan diburu oleh beberapa orang membuatnya kembali tertekan.

"Ludius, apa kamu terluka? Bagaimana dengan orang-orang yang ada di hotel? Sebenarnya apa yang sedang kalian sembunyikan dariku?". Silvia teriak histeris, Ludius langsung menghampiri Silvia dan memeluknya.

"Sayang, tenangkan dirimu. Tidak ada hal yang terjadi di hotel, Semua baik-baik saja. Jadi kamu tidak perlu memikirkannya. Kamu fokuslah pada kondisi tubuhnu yang lemah". Ludius menoleh kearah Zain, "Zain apa yang dikatakan dokter? Mengapa Silvia bisa sampai pinsan seperti ini?".

"Ludius, Silvia tengah mengandung selama 3 minggu dan penyebab Silvia pinsan karena terlalu banyak tekanan dan kelelahan. Dokter menyarankan agar Istrimu istirahat total dalam beberapa hari". Setelah mengatakan itu, Zain keluar dari kamar meninggalakn mereka berdua.

Mata Silvia berbinar mendengar bahwa dia tengah mengandung. Begitu pula dengan Ludius, pria sedingin es sepertinya berkesempatan memiliki anak dari sosok wanita seperti Silvia membuat hatinya tertegun.

"Sayang, kamu telah memberikan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai padaku. Terima kasih sayang, kamu datang tepat pada waktunya dan memberiku warna lain dalam hidup". Ludius mencium kening Silvia.

"Suamiku, aku juga bahagia Tuhan mau mempercayakan seorang anak pada kita. Kita hidup sesuai apa yang di butuhkan, bukan apa yang diinginkan. Inilah permainan hidup, tidak ada yang menyangka Tuhan akan membawaku padamu dan ditakdirkan untuk menjadi istrimu".

"Sayang, kamu memang selalu bisa menenangkan hati dan perasaanku. Kebijaksanaanmu, aku harap anak kita kelak mewarisinya".

"Tuan Lu, apa kamu baru saja memujiku?".

"Tentu saja, apa ada yang salah kalau aku memuji istriku sendiri. Lagipula, tidak ada wanita yang seceroboh dirimu, itu juga salah satu kelebihanmu".

"Tuan Lu, kamu sengaja meledekku yah! Kalau aku ceroboh memangnya kenapa? Lebih baik ceroboh dari pada kamu pria berhati es, walau begitu masih saja banyak wanita yang menggodamu!". Silvia berbicara dengan wajah cemberut.

Ludius tersenyum melihat tingkah Silvia yang nampak jelas. "Sayang, apa kamu cemburu?". Ledek Ludius

"Mana ada! Cuma aku sedikit tidak terima sebagai istri sekaligus wanita melihat ada wanita lain yang menggandeng suami orang seenaknya".

"Pfft..!". 'Dasar Silvia, cemburupun masih tidak mau mengaku. Benar-benar istri yang memiliki harga diri yang tinggi'. Batin Ludius.

"Sayang, kamu istirahatlah. Aku akan mengambil susu hangat dan makanan untukmu sebelum kamu tidur". Ludius mencium kening Silvia lalu pergi meninggalkan kamar.

Didepan kamar sudah ada Zain yang berdiri menunggu Ludius keluar. "Apakah ada yang ingin kamu katakan?".

"Mengenai apa yang terjadi selama kamu tidak ada itu adalah sebuah kesalahpahaman. Aku tidak melakukan apapun. Dan mengenai kondisi Silvia, kandungannya sangat lemah. Perlu pemeriksaan lebijh lanjut untuk memastikan rahimnya tidak memiliki masalah".

"Dengar! aku mengetahui semua yang kamu perbuat. Dan aku selalu mengawasi setiap gerak gerikmu, kali ini aku tidak akan memperpanjang masalah kamu ada di kamarnya. Tapi jika kamu berani menyalahi kepercayaanku, aku pastikan kamu tinggal nama!"..