"Akan ku ingat itu!". Jawab Zain, dia membalas pandangan Ludius lalu pergi dari hadapannya.
Sedikit kejengkelan dihati Ludius melihat keberanian dimata Zain. Bagaimanapun, dulunya mereka memiliki hubungan. Ludius meneruskan langkahnya mengambil susu di dapur dan makanan untuk Silvia. Didapur sudah ada Bibi Yun yang menyiapkan sup tulang iga untuk Silvia.
"Tuan Lu, saya sudah menyiapkan makanan untuk Nyonya. Adakah lainnya yang harus saya persiapkan?". Tanya Bibi Yun, dia mengambil mangkuk dan mengambil Sup yang baru saja matang.
"Tidak perlu, Bibi bisa istirahat. Ohya, tubuh Silvia masih sangat lemah, aku harap Bibi tidak mengatakan apapun yang disampaikan dokter mengenai kondisi kandungan Silvia yang rentan dan masalah rahimnya yang masih bermasalah".
"Baik Tuan, saya akan mengingatnya. Kalau begitu saya permisi". Setelah Bibi Yun mengambilkan Sup dipanci, dia memberikannya pada Ludius dan meninggalkan dapur.
Ludius membuat susu hangat dan kembali kekamar membawa nampan berisi sup dan susu yang baru dia buat. Didepan pintu perlahan Ludius membuka pintu. "Sayang.. Aku sudah buatkan susu untukmu". Panggil Ludius di depan pintu. Dia mendekati Silvia yang masih berbaring dikasur. Ludius menaruh nampan diatas meja dan melihat kondisi Silvia.
"Eh.. Sudah tidur? Istriku ini kalau tidur benar-benar menggoda". Dia menarik selimut, Ludius naik keatas ranjang dan tidur disamping Silvia. Tangannya memeluk Silvia dari belakang, terasa hangat dan menenangkan. Ludius perlahan membelai rambut Silvia.
"Sayang, kamu pasti sangat lelah dengan hal yang terjadi hari ini. Maafkan aku, yang selalu menempatkanmu dalam bahaya bahkan disaat kehamilanmu. Sayang, apakah kamu tahu apa yang membuatku selalu jatuh cinta pada wanita ceroboh sepertimu?. Itu karena kesabaran dan kebesaran hatimu dalam menghadapiku, disaat semua wanita melihat dan mencintai kekayaan serta ketampananku, kamu justru melihatku sebagai layaknya manusia biasa dan mampu menyentuh sisi lain diriku. Apapun yang terjadi, kamu tetaplah istriku. Selamat malam Sayang". Ludius mengecup kening Silvia.
Malam yang panjang terlewat begitu saja dengan dekapan hangat ditemani rembulan dan nyanyian malam.
***
Keesokan harinya Silvia terbangun dari tidurnya dan melihat ada kesekeliling, namun dia tidak melihat Ludius dikamar. "Jelas-jelas aku merasakan pelukannya tadi malam, tapi mengapa Ludius tidak ada dikamar? Apa dia sudah berangkat kekantor?". Fikir Silvia. Dia keluar dari kamar mencari Bibi Yun untuk menanyakannya.
"Nyonya mencari Tuan?. Tuan sudah berangkat kekantor, Tadi Tuan berpesan bahwa Nyonya harus beristirahat di rumah dan sarapan tepat waktu. Siang nanti Tuan akan kembali untuk menemani Nyonya makan siang". Terang Bibi Yun.
"Ah.. Baik Bi, aku akan kekamar untuk membersihkan diri baru sarapan". Silvia kembali kekamar untuk mandi dan bersiap-siap.
Diluar kamar, Bibi Yun yang sedang mempersiapkan sarapan pagi diruang makan mendengar suara Azell yang ada di ruang tamu. Bibi Yun pergi keruang tamu untuk memastikannya. Disana memang sudah ada Azell yang sedang duduk memainkan Laptop dengan serius.
"Tuan Muda datang kemari mengapa tidak memberitahu Nyonya atau Tuan, mereka pasti senang". Sapa Bibi Yun.
"Bibi Yun, Papa dimana? Mengapa Sepagi ini aku tidak melihatnya?". Tanya Azell dengan tangan terus memainkan keyboard.
"Tuan sudah berangkat kekantor, Apa Tuan Muda membutuhkan sesuatu, atau Bibi buatkan susu saja?".
"Ehmm.. Susu boleh!". Balas Azell. Bibi pergi mengambilkan susu Azell, dan memberitahu Silvia kalau Tuan Muda Azell datang berkunjung.
Beberapa menit kemudian Silvia menemui Azell du ruang tamu membawa segelas susu. "Azell, ini susunya, Bibi taruh dimeja yah!". Silvia menaruh susu dimeja. Silvia sedikit terkejut melihat keseriusan Azell saat memainkan Laptop sangat mirip seperti Ludius begitu tenang, kritis dan jeli. Bahkan tidak jarang mengabaikan hal yang ada disekitarnya.
"Azell, apa kamu sudah sarapan?. Kebetulan Bibi sudah memasak banyak makanan, Azell bisa lanjutkan nanti main Laptopnya".
Perkataan Silvia rupanya menyinggung Azell, dia menghentikan ketikannya dan memandang Silvia dengan sedikit rasa tidak suka. "Bi, aku tidak sedang bermain, aku sedang mengerjakan tugas yang harus aku selesaikan! Jika Bibi ingin sarapan, Bibi sarapan saja sendiri!". Kata Azell ketus. Dia melanjutkan memainkan Keyboard dan mengabaikan Silvia.
'Gawat! Sepertinya aku salah bicara pada Azell. Dia terlihat tidak suka padaku. Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk menghapus kebenciannya padaku?. Ya Tuhan, mengapa Azell begitu mirip seperti Ludius? Dulu aku hampir mati ditangan Ludius , sekarang aku dibenci oleh Azell. Menghadapi Ayah dan anak sepertinya tidak mudah'.
Azell yang terlihat tidak ingin diganggu membuat Silvia pergi untuk meninggalkan Azel sendiri sampai Azell menyelesaikan tugasnya. Silvia pergi kedapur, memikirkan bagaimana cara agar Azell tidak mengabaikannya.
"Bibi Yun!". Sapa Silvia pada Bibi Yun yang sedang mencuci piring.
"Ada apa Nyonya? Mengapa Nyonya terlihat muram?". Bibi Yun menghentikan pekerjaannya dan menghampiri Silvia.
"Bi, aku sudah menemui Azell. Tapi sepertinya aku salah bicara hingga membuatnya jengkel dan mengabaikanku. Apa Bibi ada cara untuk membuat Azell lebih akrab denganku? Bibi tahu sendiri, Azell sangat susah ditangani sama seperti Ludius dulu".
"Nyonya, kasih sayang Nyonya begitu tulus bahkan Tuan berubah semenjak kenal Nyonya. Menurut saya Tuan Muda bukan sengaja mengabaikan Nyonya, dia hanya butuh waktu untuk memahami kasih sayang Nyonya padanya. Percayalah, jika Nyonya bisa mengambil hati Tuan, Nyonya pasti bisa mengambil hati Tuan Muda".
"Baiklah, aku akan membuat Nasi goreng untuknya agar bisa dia makan sambil mengerjakan tugasnya".
'Silvia..! Saatnya bertempur untuk memenangkan hati Azell!'.