Chapter 169 - 169. Emosi yang tak Stabil

Memandang wajah Silvia yang bersemu merah membuat Ludius semakin ingin menggodanya. Dia masih tetap diam pasrah pada istrinya yang sedang membuka setiap kancing kemeja yang ia pakai.

"Mengapa terus melihatku seperti itu, apa ada yang aneh?". Tanya Silvia selidik dengan mata melirik ke arah Ludius.

"Tidak.. Bukan apa-apa. Hanya sedang memandang wajahmu".

"Bohong! Pria playboy sepertimu pasti sedang memikirkan hal aneh, entah sejauh mana kamu berkhayal". Kata Silvia sambil membuka kemeja Ludius yang bersimbah darah.

"Apakah kamu ingin tahu siapa wanita yang setiap saat menganggu fikiranku?. Bahkan jika aku berada di dunia lain hanya satu wanita yang tidak akan pernah ku lupa".

"Modus..! Pandai sekali suamiku bersilat lidah. Pantas semua wanita menginginkanmu". Silvia memandangi setiap inci dada bidang suaminya.

"Suamiku, tubuhmu masih sangat indah meski sedang terluka. Betapa ruginya aku jika wanita lain juga bisa menikmati indahnya tubuhmu".

"Setelah sekian lama, mengapa kamu baru menyadari ini Sayang. Aku kecewa". Seketika wajah Ludius merengut, pria yang di kagumi sejuta wanita tak pernah terlihat di mata istrinya. Tidak berselang lama terdengar suara ketukan pintu.

Tok.. Tok..

"Permisi, saya izin masuk Nyonya!". Sapa seorang suster di luar pintu.

Mendengar suara seseorang didepan pintu, secepatnya Silvia menutup membenahi kembali kemeja yang sudah setengah terbuka.

"Sayang, kamu membenahi kemejaku lagi? Apakah kamu takut pesona suamimu akan memikat wanita lain?". Bisik Ludius.

Bletak… !

Setelah memakaikan kembali kemeja Ludius, Silvia menjitak kepala Ludius. "Diam..! Awas kalau kamu macam-macam!". Silvia membenarkan posisi duduknya. "Silahkan masuk Sus, pintu tidak di kunci".

"Sayang, aku ini Ketua Mafia Naga Imperial! Bisa-bisanya kamu menjitak kepalaku? Seketika harga diriku runtuh".

"Salah sendiri jadi pria tampan yang play boy. Ini belum seberapa, kalau aku tahu kamu main mata AWAS SAJA..!". Ancam Silvia mendelikkan matanya. Seketika bulu kuduk Ludius merinding.

"Istriku sungguh menyeramkan..!". Gumam Ludius.

Ditengah perdebatan mereka, suster masuk membawa perlengkapan medis untuk merawat Ludius. Suster tersebut mendekat ke arah Ludius dan menaruh perlengkapan medis di meja.

"Nyonya, saya sudah membawa perlengkapan medis. Biarkan saya yang merawat Tuan".

Tanpa mendapat persetujuan Ludius ataupun Silvia, Suster yang masih muda itu melangkah kedepan Ludius untuk membuka kemejanya. Melihat hal itu Silvia langsung memberi isyarat dengan melirik tajam ke arah Ludius.

Belum sempat Suster melepas kancing kemeja, Ludius segera menghentikannya. "Berhenti Sus, ini hanya luka goresan peluru. Biarkan saya merawat luka ini sendiri. Kah boleh keluar!".

"Tapi Tuan luka anda cukup dalam, bagaimana anda akan merawatnya".

"Ada aku disini, biarkan aku yang merawatnya". Sergah Silvia. "Suster, anda boleh keluar".

"Baik Tuan dan Nyonya, saya permisi". Suster yang berfikir memiliki kesempatan merawat Ludius, keluar ruangan dengan geram melihat tingkah Silvia yang over.

Setelah kepergian Suster, Silvia tanpa berkata membuka kemeja Ludius. Dia mengambil kapas dan alkohol untuk membersihkan luka yang masih bersimbah darah. Karena kesal Silvia membersihkan luka Ludius dengan sedikit menekannya.

"Aargh.. Sayang, apakah kamu ingin melukaiku? Ini sakit". Kata Ludius mengerang kesakitan.

"Oh, maaf sengaja!". Balas Silvia ketus.

Entah mengapa Silvia bersikap sangat berbeda daru biasanya, lebih over protektif, cemburuan dan lebih menyeramkan dari biasanya. 'Apa ini efek dari hamil muda. Moodnya benar-benar sedang tidak ramah'. Batin Ludius.

"Hufft… Sayang sepertinya moodmu akhir-akhir sedang tidak baik. Setelah kondisimu stabil aku akan membawamu pergi untuk memperbaiki moodmu. Adakah tempat yang ingin kamu kunjungi sayang?".

"Apa sikapku akhir-akhir ini terlalu berlebihan?. Ada apa sebenarnya denganku?".

"Ini mungkin efek dari hamil muda, makanya kamu merada badmood. Sudah jangan difikirkan, aku selalu disini dan tidak akan meninggalkanmu".

Silvia telah selesai merawat luka Ludius, dia teringat kembali tentang bagaimana keadaan Shashuang. "Bagaimana keadaan Shashuang, apakah kamu sudah mengantarnya dengan selamat? Dimana dia sekarang?".

"Dia ada di rumah sakit ini, kamu tidak perlu memikirkannya Sayang. Dia baik-baik saja".

"Syukurlah, aku tidak akan bisa menghadapi Azell jika Shashuang sampai terluka".

Ludius duduk di atas ranjang dan menarik tubuh Silvia untuk bersandar di dadanya. Dengan lembut Ludius mendekap Silvia untuk menenangkannya. "Kamu adalah wanita yang penuh kasih sayang, Azell tidak akan menyalahkanmu. Tidurlah Sayang..".

Perlahan Silvia mulai tenggelam dalam malam dan keadaan emosionalnya mulai tenang. Ludius masih terjaga mendekap Silvia.

Seketika keheningan pecah dengan kedatangan Shashuang yang masih marah karena dia di tinggalkan begitu saja di mobil.

"Ludius..! Kau masih bisa bermesraan didepanku meski kau telah berbuat salah padaku?".

"Jaga bicaramu Shashuang, jangan bicara seolah aku yang salah disini!. Istriku baru saja terlelap, lebih baik kau diam!".

"Lalu kau mau apa jika sampai istrimu itu bangun? Kau akan menyalahkanku?".

Perkataan sederhana Shashuang yang terkesan ambigu seketika membangunkan Silvia yang hampir terlelap. Silvia beranjak dari dekapan Ludius dan membenarkan posisi duduknya.

"Apa yang kau katakan barusan! Ludius berbuat salah? Memang apa yang dia lakukan sampai Nona Shu ini membuat keributan di tengah malam?".

Shashuang yang merasa Silvia telah salah faham dengan perkataannya memanfaatkan kesempatan ini untuk meretakkan hubungan mereka. Dia melangkah perlahan, tepat didepan mereka dia memperlihatkan bekas gigitan nakal dan luka-luka yang memenuhi seluruh tubuhnya.

"Lihat ini, begitu liar dan ganas. Kau tahu siapa yang melakukan ini?". Tanya Shashuang tegas tanpa terlihat sedikitpun kebohongan pada keberaniannya.

"Itu hanyalah gigitan nakal seseorang, lalu apa hubungannya dengan Suamiku?. Hari ini aku yang meminta suamiku untuk menyelamatkanmu! Dan dengan mudahnya kau mengatakan kalau suamiku berbuat nakal? Apa aku sebodoh itu hingga harus percaya perkataanmu?". Balas Silvia santai.

"Kau..! Apa ini caramu memperlakukan sesama wanita?. Kau tahu Ludius adalah pemain wanita yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Tapi mengapa kau begitu mempercayainya kali ini? Apa kau benar-benar berfikir bahwa suamimu telah berubah? Ingatlah Silvia, kau mungkin bisa merubah hati seseorang. Tapi kebiasaan seseorang tak mungkin bisa kau rubah sepenuhnya!. Camkan perkataanku baibaik-baik..!".