Chapter 170 - 170. Gadis Berdarah Biru

Shashuang pergi begitu saja dari ruang rawat dengan membawa emosi. Keadaan menjadi hening kembali, tanpa ada sepatah kata dari Silvia seolah mengacuhkan Ludius.

"Sayang, apakah kamu mempercayai perkataannnya?". Tanya Ludius angkat bicara setelah diam begitu lama membiarkan kedua wanita berdebat didepannya.

"Apakah kau senang sekarang, dua wanita berdebat hebat hanya untuk memperebutkanmu? Sudahlah, aku mau tidur!!". Silvia kembali berbaring dan menarik selimutnya.

Tanpa meminta persetujuan Silvia, Ludius begitu saja berbaring di samping Silvia. "Selamat malam Sayang, selalu mimpi indah..". Kata Ludius sambil memeluk Silvia.

***

Pagi telah bersambut tanpa adanya suara, keheningan Rumah Sakit yang membuat Ludius enggan beranjak dari sisi Silvia sontak dikagetkan dengan suara ketukan pintu.

Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu yang tiada henti membuat Ludius merasa terganggu. Dia yang akhirnya bisa meluangkan waktu untuk tidur bersama Silvia mulai mendengus kesal.

'Arrgh.. Setelah sekian lama akhirnya aku dapat memiliki waktu berdua dengan Silvia, sepagi ini siapa sebenarnya orang yang ingin mencari masalah denganku?'. Batin Ludius geram. Dia tetap diam tidak mempedulikan siapa yang datang.

Silvia yang mulai terbangun dari tidurnya menyingkirkan tangan Ludius yang mendekapnya. Dia beranjak dari tempat tidurnya secara perlahan, takut membangunkan suaminya. Silvia membuka pintu dan melihat dua orang tengah berdiri didepannya.

"Pagi Silvia, bagaimana keadaanmu?. Aku yang mendengar kau sedang di Rumah Sakit jadi ingin menjengukmu".

"Kak Julian, kapan Kakak sampai di China hingga sepagi ini sudah sampai disini?. Ayo masuk Kak. Ohya, wanita di samping Kakak.. Sepertinya aku mengenalnya".

"Dia adalah sepupu kita, adik dari Pangeran Cakra Hadiningrat yaitu Putri Nadia Felicia Hadiningrat".

Seketika Silvia tersenyum dan membungkukkan setengah badannya memberi hormat.

"Putri Nadia.. Maaf atas ketidaktahuan saya Putri. Mari.. Silahkan masuk..".Silvia mempersilahkan tamu untuk masuk. Ia yang melihat Ludius masih tertidur membangunkan Ludius secara paksa.

"Bangun Tuan Lu, ada tamu disini! Apa urat malumu telah putus seenaknya saja tidur didepan mereka!". Bisik Silvia.

Seketika Ludius terbangun dari tidurnya dan tersenyum nakal pada Silvia. "Sayang, kamu jahat sekali sepagi ini sudah membangunkanku!".

"Tuan Lu, ini sudah jam 07.00, apa suamiku ini tidak memiliki urusan di kantor sehingga memilih untuk menjadi pasien disini?".

"Baik-baik.. Aku kalah". Ludius melihat kearah tamu yang baru saja datang. "Julian, rupanya itu kau? Siapa wanita cantik disampingmu itu?". Ludius beranjak dari ranjang dan mengambil setelan jas yang ia sampirkan di lemari samping kasur.

"Tuan Lu, jaga sikapmu! Dia adalah Putri Nadia dari Keraton Hadiningrat. Bagaimanapun dia masih keturunan Darah Biru (Bangsawan)".

"Mbak Nadia tidak perlu sungkan, lagi pula kita juga masih kerabat. Ohya, ada salam dari Mas Cakra buat Mbak Nadia, katanya maaf waktu Pernikahan Mbak Mas Cakra tidak bisa hadir karena ada urusan. Mungkin dalam waktu dekat Mas Cakra akan ke China untuk sebuah pekerjaan".

"Pangeran Cakra yah, sudah lama tidak mendengar kabarnya. Dulu kami adalah teman masa kecil. Ehm.. Putri Nadia sendiri bisa berada di China apakah sedang ada urusan penting?".

"Sebenarnya saya ke China karena untuk melanjutkan Kuliah S2 di Universitas Jiao Tong".

"Universitas Jiao Tong? Kebetulan sekali.. Saya juga dulu lulusan Universitas Jiao Tong. Akhirnya.. Punya kerabat wanita juga di China. Nanti sering-sering mampir kerumah Mbak yah. Bosen dirumah sendirian kalau suami lagi di Kantor".

"Boleh Mbak".

Ditengah percakapan, Dari luar pintu datang Kakak Lian membawa beberapa berkas dengan raut muka setengah emosi. "Permisi.. Maaf menyela, Aku ada urusan dengan adikku. Tidak perlu hiraukan, kalian lanjut saja pembicaraan kalian".

Kakak Lian menghampiri Ludius yang baru selesai mandi dan memakai setelan jasnya. "Kakak Lian, sepagi ini ada apa mencariku?".

"Ludius, kau sudah terlalu lama meninggalkan kantor. Tidak bisakah kau kembali? Kondisi Kantor mulai tidak stabil, terutama para Dewan Direksi yang mulai mempertanyakan kinerjamu!".

"Para orang tua itu memang menyebalkan, meski aku jarang hadir di kantor. Tapi semua pekerjaan selalu aku lakukan dan aku serahkan sisanya pada Longshang".

"Tapi Ludius, kau tahu sendiri para Dewan Direksi sangat tidak menyukaimu. Aku takut mereka akan mengambil tindakan untuk menyingkirkanmu. Dalam waktu dekat, aku dengar mereka memiliki kandidat baru!".

"Rupanya para orang tua seperti mereka tidak ada puasnya. Mereka sudah lama menduduki jabatan Dewan Direksi selama bertahun-tahun dan masih memiliki ambisi untuk menyingkirkanku! Mungkin sudah saatnya untuk menyingkirkan orang tua seperti mereka!. kak Lian, Kita kembali ke kantor sekarang!". Ludius berjalan dengan setengah emosi di ikuti Kakaknya.

Lianlian (Kakak Lian) yang terburu-buru mengikuti langkah Ludius, tidak sengaja lengannya bersentuhan dengan lengan Nadia hingga Nadia kehilangan keseimbangan.

"Aaagh..".

Beruntung Lianlian menangkap Nadia hingga Nadia jatuh dalam pelukannya. Seketika Lian terdiam melihat wanita cantik dengan aura kewibawaan yang terpancar dari wajahnya.

"Ekhem… Kakak ipar?!". Panggil Silvia.

"Permisi Tuan, bisakah anda lepaskan tangan anda dari tubuh saya?". Tanya Nadia membuyarkan lamunan Lian.

"Maaf, aku tidak sengaja". Lianlian melepas tangannya yang mendekap tubuh Nadia, secepatnya dia membenarkan posisinya dan melihat ke arah Silvia untuk memastikan. "Silvia, siapa wanita ini?".

"Kakak Ipar, dia sepupu dari jauh. Namanya..". Belum sempat Silvia memberitahu, Nadia menggelengkan kepalanya memberi isyarat.

"Hallo.. Perkenalkan aku Nadia, sepupu Kakak Silvia dari jauh".

"Oh.. Aku Lian, kakak dari suami Silvia. Senang berkenalan denganmu. Maaf sebelumnya, ada urusan penting di kantor jadi tidak bisa menemani Nona Nadia untuk mengobrol. Jika ada kesempatan aku akan mengundang Nona untuk makan siang bersama sebagai permintaan maaf".

"Baiklah, aku akan menunggu saat itu tiba".

Lianlian meyulurkan tangannya sebagai salam pertemuan. "Sampai jumpa Nona Nadia". Lianlian memberikan senyuman sebelum akhirnya dia keluar dari ruang rawat.

"Kak Julian, Sepertinya Putri Keraton kita sudah menemukan tambatan hatinya.. Kakak Julian sendiri kapan?".

Nadia yang merasa tersindir hanya bisa tersenyum malu. "Mbak Nadia ngomong apaan sih?. Tapi memang Tuan Lian itu seperti apa orangnya?".

"Apakah ini yang dimanakan Cinta pada pandangan pertama?".