Karena sebuah perkataan atasan dari SSIA, Zain lembur di ruang kerjanya untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Ia semalam suntuk menghack beberapa informasi yang terdapat di Markas SSIA namun tidak menemukan petunjuk apapun.
"Silvia.. Silvia.. Mengapa kau selalu terikat dengan masalah yang rumit?. Aku benar-benar ingin mencegah hal itu terjadi, tapi justru menemui jalan buntu". Keluh Zain.
"Sepertinya aku memang harus memejamkan mataku sebentar, lembur semalaman ternyata melelahkan".
Mungkin karena semalaman ia bergadang dan tidak memejamkan mata barang sebentar membuatnya terasa lelah. Ia yang masih duduk di meja dengan laptop menyala menyandarkan kepalanya di meja dan perlahan tertidur dengan terbawa sepoinya angin pagi yang berhembus.
Lain halnya dengan Emilia, ia yang semalaman terusik dengan keadaan dan sesuatu yang terjadi pada Zain membuat tidurnya tidak nyenyak.
Pagi ini Emilia terbangun dari tidurnya dengan suasana rumah yang begitu hening. Sayup-sayup Emilia mencium wangi masakan yang menurutnya asing. Ia beranjak dari tidurnya untuk melihat apa yang Bibi An masak pagi ini, namun tiba-tiba dering ponsel yang ada di meja berbunyi.
Drrrt.. Drrrt..
Emilia teralihkan fokusnya pada ponselnya, ia melihat 1 panggilan masuk dari Richard Kakaknya.
[ "Hallo Kak.. Ada apa Kakak memanggilku?"]. Tanya Emilia
[ "Emilia.. Apa kau baik-baik saja? Kakak dengar kau mengalami kecelakaan setelah sampai di China?".]
[ "Aku baik-baik saja Kak.. Sebenarnya ada apa Kakak menelfonku sepagi ini?. Apakah terjadi sesuatu di Kerajaan?".] Tanyanya khawatir
[ "Tidak ada apa-apa, Kakak hanya khawatir waktu mendengar kau mengalami kecelakaan".]
[ "Kakak tidak perlu khawatir, Emilia akan secepatnya menemui Tuan Ludius dan menjalankan semua yang Kakak perintahkan".]
[ "Kakak percaya kamu pasti bisa, hanya saja Tuan Lu adalah tipikal pria yang sulit untuk menerima hubungan kerja sama jika tanpa alasan yang kuat. Jadi berhati-hatilah Adik".]
[ "Baik Kak.. Serahkan semuanya kepadaku".]
TUT.. TUT..
Setelah menutup teleponnya, Emilia melihat jam yang ada di ponselnya dan menunjukkan pukul 07.00 pagi.
"Hah sudah jam 07.00?".
Emilia kaget melihat waktu yang ternyata sudah cukup siang untuknya bangun dari tidur. Secepatnya ia melangkah kekamar mandi untuk membasuh muka dan berlari kecil keluar kamar menemui Bibi An di dapur.
Tap.. Tap.. Tap..
Dengan langkah perlahan karena malu dirinya terbangun bahkan lebih siang dari sarapan pagi yang di buat Bibi An, Emilia mengendap-endap melangkah ke samping Bibi An yang sedang serius dengan masakannya.
Namun suara alas kaki Emilia yang begitu nyaring membuat Bibi An menoleh kepadanya. "Nona Emilia.. ". Panggil Bibi An
"Bibi An.. Pagii". Sapanya kaku. "Iya nih Bi. Ohya.. Ada yang bisa Emilia bantu?". Tanya Emilia, ia memperhatikan dengan seksama apa yang sedang di lakukan Bibi An.
"Tidak perlu Non.. Ini hanya menu sederhana dari Indonesia".
"Indonesia?? Pantas aku belum pernah melihatnya. Bibi bisa tunjukkan padaku apa saja nama makanan ini?".
"Makanan ini namanya tempe goreng, makanan ini terbuat dari kedelai loh Non, dan yang paling penting ini menjadi salah satu camilan pagi yang selalu di gemari semua kalangan dan usia".
"Owh.. Tempe goreng terlihat berminyak Bi. Kolesterol dong Bi". Celetuknya
"Hehe.. Non Emilia bisa saja, tapi ini benar-benar camilan yang nikmat apalagi di temani dengan segelas teh panas".
"Lalu yang ini apa Bi?". Tanya Emilia menunjuk ke makanan berkuah yang masih belum matang.
"Ini namanya sayur asem Non, sangat cocok di santap dengan nasi panas dan sambal terasi yang gurih".
"Oh gitu.. Kalau begitu aku menunggu masakan Bibi. Ehmm.. Zain ada dimana Bi?".
"Tuan sejak tadi malam tidak keluar dari ruang kerja, sepertinya Tuan lembur lagi malam ini".
"Oh gitu! Bibi An biasanya pagi-pagi Zain minum kopi atau teh?".
"Kopi Non, sama cemilan tempe goreng".
Mendengar itu Emilia mengambil mug yang sedang serta mencari dimana kopi dan gula di tempatkan. Ia menyeduh satu gelas kopi hitam dengan krim caramel dan menaruhnya di nampan.
"Non jangan lupa tempe gorengnya". Kata Bibi mengingatkan. Ia memberikan satu piring tempe goreng pada Emilia dan menaruhnya di nampan.
Ia membawa kopi serta camilan ke ruang kerja Zain, namun ketika berada di depan pintu Emilia tidak mendengar suara apapun.
"Apakah Zain masih tertidur? Aku coba buka pintunya dia tidak akan marahkan yah..?". Pikirnya harap harap cemas.
Krek…
Perlahan Emilia membuka pintunya, ia masuk kedalam ruang kerja Zain yang terlihat berantakan. Di meja kerjanya Emilia melihat Zain tertidur dengan menyandarkan kepalanya di meja.
"Tidurpun masih menyalakan laptop? Memang apa sih yang sedang dia kerjakan?".
Emilia menaruh makanan di meja yang lain, karena penasaran ia berdiri dibelakang Zain dan melihat apa yang sedang Zain kerjakan di Laptopnya. Di laptop terlihat beberapa dokumen rahasia dari Markas SSIA.
"Markas SSIA..?. Apa Zain salah satu dari mereka?". Karena keterkejutannya membuat Emilia bersuara dengan sedikit keras. Secepatnya ia menutup mulutnya untuk menghentikan ucapannya sebelum Zain terbangun.
Emilia cukup kaget melihat dokumen dari Organisasi Kemiliteran yang simpang siur tengah menjadi buah bibir di kalangan para Jenderal dan perajurit di Kerajaannya.
"Sepertinya Zain sedang membobol keamanan Markasnya sendiri. Ada apa sih sebenarnya?"
Karena rasa penasarannya Emilia membaca sedikit isi dari dokumen yang seperti surat perintah dari atasan.
"Zain di perintahkan untuk meninggalkan China dan melanjutkan penyelidikannya di Inggris?. Apakah ini tidak terlalu kebetulan?" .