Zain samar-samar mendengar perkataan Emilia. Ia secepatnya menyadarkan dirinya dari tidur yang membuatnya terlena hingga tidak menyadari kedatangan Emilia.
"Apa yang kau lakukan disini?". Tanya Zain dingin dengan aura yang mengerikan.
"Aargh..!". Emilia tersentak kaget dengan perkataan Zain hingga membuat keadaannya tidak stabil dan mengakibatkan ia terjatuh.
GUBRAAK!!
Emilia tersungkur kebelakang dan terjatuh di tumpukan barang-barang usang..
Ukhuk.. Ukhuk..
Debu yang lumayan tebal seketika beterbangan, ruang kerja yang tak terawat seperti ini dia bisa tahan??
"Aaugh.. Zain tidak bisakah kau berkata dengan benar? Kau hampir saja membunuhku". Oceh Emilia.
Melihat laptopnya masih menyala Zain segera menutupnya paksa. Ia mengalihkan posisi duduknya 180 derajat kebelakang.
"Aku tanya sekali lagi, APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?". Tanya Zain meninggikan nada bicaranya, ia mengulangi pertanyaannya tanpa menggubris perkataan Emilia untuk memastikan bahwa Emilia tidak melakukan apapun di ruangannya.
"Kau pria atau bukan sih? Sudah mengagetkan wanita hingga terjatuh dan sekarang masih mencecarku dengan pertanyaanmu?". Omel Emilia. Ia mencoba berdiri dan membersihkan pakaian yang kotor karena debu yang beterbangan.
"Kau keluarlah dari ruanganku. SEKARANG!". Usir Zain dengan nada tinggi. Ia marah bukan main mengetahui Emilia melihat isi Laptopnya tanpa sepengetahuannya.
"Kau marah tanpa sebab seperti ini benar-benar menjengkelkan. Apa kau tahu, aku kemari hanya ingin melihat keadaanmu yang semalaman tidak keluar dari ruangan ini? Jika tahu akan begini aku tidak akan peduli padamu dan repot-repot membawakanmu kopi serta camilan!". Balas Emilia, ia yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Zain lekas pergi.
"Membawakanku cemilan?". Zain mengedarkan pandangannya dan benar saja ia melihat nampan masih tergeletak diatas meja dengan tempe goreng dan kopi yang masih panas.
"Jadi dia tidak berbohong padaku?".
Secepatnya Zain beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang kerjanya mencari Emilia. Ia menyusuri bagian dalam rumah dan tidak menemukan dimana Emilia berada.
"Sebenarnya kemana dia pergi? Wanita yang menyusahkan".
Zain pergi kedapur mengingat Emilia yang membuatkan kopi untuknya, siapa tahu dia ada disana.
"Bi.. Apa Bibi melihat dimana Emilia?". Tanya Zain pada Bibi An yang masih memasak didapur.
"Lho.. Bukannya tadi Non Emilia ngantar kopi buat Tuan?". Tanya Bibi An kembali,
"Iya Bi, tapi karena perkataanku sepertinya Emilia marah. Aku akan pergi mencari dimana Emilia berada, jika Bibi melihatnya Bibi beritahu aku".
"Baik Tuan, sarapannya sudah siap. Tuan tidak ingin sarapan dahulu?".
"Nanti saja Bi, taruh saja di meja".
Zain mempercepat langkahnya keluar dari rumah, ia berjalan menyusuri jalan di sekitar tempat tinggalnya. "Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu, Putri Kerajaan Hardland itu benar-benar merepotkan!".
Julian baru mengetahui tadi malam setelah menyelidiki pin tanda Kerajaan milik Emilia bahwa Emilia Keirl Hamilton adalah Putri dari Kerajaan HardLand yang ada di perbatasan Eropa Utara.
Sepanjang jalan yang menghubungkan rumahnya ia telusuri, namun tidak menemukan dimana Emilia berada. "Apa dia sudah tertangkap oleh orang yang mencarinya?".
Perasaan Zain semakin tidak karuan, ia merasa tidak berguna karena tidak bisa melindungi wanita yang ada di sampingnya.
"Emilia… Emilia.. ". Teriak Zain di sepanjang jalan bagai seorang Ayah yang mencari anaknya.
Zain mampir ke seorang Ibu tua yang berada di toko pinggir jalan untuk menanyakan Emilia.
"Bu.. Apakah Ibu tadi melihat wanita dengan pakaian Dress ¾ dengan rambut tergerai?". Tanya Zain
"Maaf Tuan, saya tidak pernah melihat wanita dengan ciri-ciri yang anda sebutkan".
"Oh.. Baik terima kasih".
Zain melanjutkan pencarian, namun ia teringat sesuatu. "Mengapa aku tidak terpikirkan ini sebelumnya? Apakah aku terlalu kalut karena kepergiannya?!. Zain.. Kau tidak akan melakukan kesalahan yang sama bukan?". Tegurnya pada dirinya sendiri.
Zain akhirnya memutuskan kembali kerumah untuk menghack CCTV di sepanjang daerah rumahnya. Ia melangkah cepat untuj segera sampai di rumah.
Sesampainya di depan pintu, Zain tercengang bukan main.. Wanita yang membuat ia gila karena kepergiannya justru sedang duduk manis memakan sarapan paginya sambil menonton tv di sofa ruang tamu.
"KAU..!!". Teriak Zain geram. Ia menunjuk Emilia yang tidak memperdulikannya. "Apakah kau tidak tahu malu duduk santai setelah membuat oranglain khawatir dan hampir gila karena mu?". Cecar Zain dengan emosi.
Emilia menaruh sarapannya di meja, ia berdiri dan menghampiri Zain yang terbawa emosi. "Hei.. Bukankah kau yang menyuruhku untuk PERGI! Lalu untuk apa kau mencariku Zain? Apakah hati nuranimu yang tidak membiarkan itu terjadi?".
Perkataan Emilia seketika membungkam Zain, ia tidak bisa mengelak semua yang dikatakan Emilia karena itu memang salahnya. "Sudahlah, kau sudah disini maka lakukanlah sesukamu". Zain pergi meninggalkan Emilia yang masih berdiri terpaku melihat kepergiannya.
Emilia menggertak giginya, ia merasa kesal saking kesalnya sampai ingin menyumpal mulut pedas Zain. "Lagi dan lagi.. 2 kali kau membiarkan aku berdiri terpaku menatap kepergianmu tanpa sepatah kata. ZAIN… KAU PRIA MENYEBALKAN!!". Teriak Emilia tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
Drrrt… Drrrt…
Dering pesan dari seseorang menyadarkan Emilia, ia mengambil ponsel di sakunya dan melihat pesan dari Kakaknya.
[Emilia Keirl Hamilton, Kakak harap kamu segera menemui Tuan Lu. Kondisi Kerajaan semakin tidak memungkinkan dan Perusahaan sedang mengalami krisis karena serangan dari Pihak Luar. Kakak sangat bergantung padamu kali ini .]
"Kali ini ada masalah apalagi di Perusahaan? Serangan dari pihak Luar? Siapakah orang yang berani menentang Kekuasaan HardLand?".