Chapter 212 - 212. Perawat Gadungan

Semenjak kejadian pelayan yang diam-diam memperhatikan istrinya dengan pandangan liar dan penuh nafsu membuat Ludius semakin berhati-hati.

Silvia yang sore tadi baru terbangun dari tidurnya yang lelap langsung membersihkan diri. Ia yang baru berganti pakaian selepas mandi mendapat tatapan liar suaminya.

"Sayang.. Harum tubuhmu benar-benar menggodaku ". Kata Ludius jahil pada istrinya, ia menarik Silvia hingga jatuh dalam pelukannya. Dengan liarnya ia mencium leher jenjang istrinya dan sedikit mengecupnya menutupi bekas merah yang masih berbekas.

Sedikit merinding Silvia dengan cepat menjaga jarak dengan Ludius, "Tuan Lu.. Apa yang sedang kau lakukan? Apa yang tadi siang masih belum cukup? ". Tanya Silvia dengan cemberut,

"Tubuhmu terlalu indah untuk sekedar di pandang Sayang, apalagi harum tubuhmu yang manis. Kau barusaja membangkitkan kembali hasrat suamimu". Bisik Ludius

"Besok lagi yah Tuan Lu.. Apakah kau tidak kasihan pada istrimu yang masih lelah karenamu? ". Ujar Silvia manja

"Aku hanya bercanda Sayang.. Sini, jangan jauh-jauh dariku. Apa aku begitu menakutkan".

"Kau tidak hanya menakutkan, tapi juga LIAR". Silvia melepas pelukan Ludius dan duduk di meja rias.

Bagai di sebuah hotel berbintang, Ruang Rawat yang di tempati Ludius ini bahkan memiliki segalanya. 'Apakah pria ini sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari? Tapi ini Rumah Sakit loh.. Aku tidak habis fikir, sebenarnya apa yang membuatnya melakukan hal semacam ini? '. Batin Silvia,

"Sayang.. kamu belum makan dari tadi siang, bagaimana kalau kita makan di luar? ". Ajak Ludius

"Kalau kita makan diluar, lalu mau diapakan makanan yang sudah tersaji disini? ". Tanya Silvia balik

"Uhm.. Tapi makanan ini dimasak tadi siang dan sudah dingin. Tidak baik untuk kesehatanmu Sayang… ".

"Ludius.. Kau mungkin tidak tahu atau pura-pura menutup diri, diluar sana masih banyak orang membutuhkan, bahkan tidak sedikit dari mereka mengais makanan yang sudah ada di tong sampah. Jika suatu saat aku ada diposisi mereka, apa yang akan kamu lakukan Sayang? ". Ujar Silvia yang sedang menyisir rambutnya seusai berdandan.

Ludius yang berdiri dibelakang Silvia sambil melihat kearah cermin tersentak, ia tidak bisa membayangkan akan mendapat pertanyaan seperti itu dari istrinya. Begitu dalam dan bijak dalam menyikapi hidup. 'Inikah hal yang selalu Istriku fikirkan? Dia selalu mengingat orang lain sebelum bertindak. Begitu bijaksana sampai aku tidak bisa mengerti jalan fikirannya'. Batin Ludius,

"Sayang.. Sampai kapan kamu akan terus mengejutkanku? Kebijaksanaan mu dalam menyikapi hidup begitu dalam bahkan aku belum bisa menggapainya". Kata Ludius, ia berbalik berdiri didepan Silvia dan mengecup keningnya.

Mendapat kecupan hangat Ludius, Silvia menerimanya dengan sepenuh hati dengan perasaan yang semakin tidak bisa tergambarkan. Silvia membuka mata dan memegang tangan kanan suaminya, dengan ikhlas ia mencium punggung tangan suaminya "Suamiku, kita telah menikah dibawah ikrar dan janji di hadapan Tuhan. Sudah menjadi kewajiban bagiku untuk mendukung dan mengingatkan jika kamu melangkah ke jalan yang salah".

"Meski kau tahu aku adalah Ketua Mafia berdarah dingin..".

"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya.. Apapun statusmu, meski kau bermuluran darah, Silvia Zhuan akan tetap mendukung suaminya dan berdiri disampingnya",

"Uhm… maafkan aku Sayang". Ludius memeluk Silvia dan menggendongnya tiba-tiba membuat Silvia terkejut. "Ayo kita makan malam Sayang.. ".

Disofa Ludius mendudukkan Silvia dengan lembut, "Duduklah Sayang, aku akan menghangatkan makanan tadi siang". Ujar Ludius, ia pergi membawa makanan yang sudah berada di meja dorong dan membawanya ke dapur yang letaknya cukup jauh dari ruang rawat untuk dihangatkan kembali.

TOK.. TOK.. TOK..

Terdengar suara pintu diketuk, "Permisi, Saya Perawat yang bertugas memeriksa anda. Bolehkah saya masuk? ". Tanya seseorang dari luar pintu,

Silvia beranjak dari duduknya dan membukakan pintu. "Silahkan masuk… ". Kata Silvia mempersilahkan.

Dua orang perawat pria dan wanita dengan memakai masker wajah masuk kedalam ruang rawat Ludius. Perawat wanita yang baru saja masuk membawa alat suntik beserta cairan obat yang membuat Silvia curiga. "Siapa kalian? Kalian bukanlah perawat yang merawat Ludius siang tadi". Tanya Silvia selidik. Ia yang sudah curiga ada yang salah dengan kedua perawat yang masuk melipir ke sisi dinding dan perlahan melangkah ke luar pintu dengan masih menatap tegar agar mereka tidak curiga.

"Anda mau pergi kemana Nyonya?". Tegur perawat pria.

Sontak Silvia menghentikan langkahnya, ia ingin sekali langsung kabur dari mereka. Tapi dari gelagat mereka jika ia nekad bukan tidak mungkin akan berakhir lebih buruk baginya dan janin yang ada dalam kandungannya.

"Prosedur Rumah Sakit memang mengharuskan perawat secara acak bergantian merawat Pasien. Dan malam ini kami diperintahkan untuk memeriksa kondisi kesehatan dari Nyonya Silvia. Nyonya silahkan berbaring". Pinta perawat wanita yang membawa peralatan medis,

Demi membuat mereka percaya, Silvia yang sudah mengeluarkan keringat dingin dengan tubuh gemetar memikirkan nasib buah hatinya mencoba untuk setenang mungkin, ia dengan cepat menguasai diri dan perasaannya. Tangannya yang dingin ia sembunyikan dan saling menangkup untuk menyembunyikan ketakutannya,

"Maaf sebelumnya, tapi sepertinya kalian salah. Disini yang terluka adalah suami saya Tuan Lu, mengapa harus saya yang kalian periksa? Katakan! Siapa kalian sebenarnya? ", gertak Silvia dengan nada tinggi berharap Ludius atau siapapun mendengar dan mengerti dengan maksud perkataannya.