Chapter 213 - 213. Perawat Gadungan bag 2

Ingin sekali Silvia langsung kabur dari mereka tapi sepertinya tidak mungkin. Silvia sadar, ia sedang berada dalam rumah sakit dan tidak mungkin baginya melakukan hal yang memancing keributan. Ditambah perawat pria itu selalu mengawasinya. Sebisa mungkin Silvia memberi kode pada orang-orang yang berada di luar berharap cepat datang,

"Berhenti menggertak Nona, kami hanya akan memeriksa anda". Kata salah satu perawat tadi,

"Ludius… ". Teriak Silvia,

Mendengar teriakan Silvia, salah satu dari kedua perawat tersebut mencekal kedua tangan Silvia dan memaksa Silvia untuk berbaring di ranjang. Bahkan tidak sampai disitu perawat pria membungkam mulut Silvia dengan kain seadanya yang terdapat di ranjang.

"Pfftt… ". Silvia mencoba memberontak, namun semakin ia berusaha, perawat pria yang mencekalnya semakin mencengkram tangannya.

Dan perawat wanita yang membawa alat medis mengambil jarum suntik dan botol kecil berisi cairan obat yang Silvia tidak ketahui apa isinya. Ia menyiapkan botol lalu mengambil cairan obat dengan ujung jarum suntik, tatapan matanya yang tipis namun tajam mengisyaratkan sebuah kebencian yang teramat dalam.

'Tidak..!! Ludius kau ada dimana? Aku takut.. Aku takut aku tidak bisa melindungi janin calon anak kita'. Teriak Silvia dalam hati, peluh membasahi keningnya, tubuh seakan lemas tak berdaya melihat situasi yang terjadi. Bagi Silvia kehilangan buah hati jauh lebih menyakitkan dari pada sakit itu sendiri.

"Pegang baik-baik baik tangannya, jangan biarkan dia bergerak". Perintah wanita yang akan menyuntikkan cairan pada lengan Silvia,

Dengan sekuat tenaga Silvia memberontak, perawat pria yang kebetulan tidak tterlalu memperhatikan kaki Silvia, ia dengan tenaga yang tersisa menendang pria perawat itu hingga tersungkur

BUACCK..

"Kurang ajar.. ". Hujat pria perawat,

Kini Silvia terlepas dari cengkraman pria itu, ia yang mendapat kesempatan kabur mendorong wanita perawat hingga terbentur ke meja.

DUBRAKK

"Sialan.. Hei kau cepat tangkap wanita itu..". Perintah perawat wanita pada rekannya,

Sebelum mereka menangkapnya, Silvia secepat mungkin berlari menuju pintu keluar ruang rawat Ludius. Dengan nafas yang memburu bercampur perasaan takut dan khawatir Silvia menarik gagang dan membuka pintu tanpa melihat hal yang ada di depannya.

'Tuhan.. Bantu aku untuk lepas dari mereka, aku tidak akan membiarkan siapapun mengincarku ataupun janin yang ada dalam kandunganku'.

BUUK..

Silvia yang tidak tahu di depan pintu terdapat seseorang, membuatnya menabrak orang tersebut dan mengakibatkan kondisi tubuhnya tidak stabil hingga membuatnya hampir terjatuh.

"Hati-hati.. ". Dengan cepat seorang pria menangkap tubuh Silvia yang oleng ke dalam dekapannya,

"Apa kau terluka? ". Tanya orang tersebut

"Tidak..". Silvia seperti kalang kabut, ia melihat ke arah ruang rawat tanpa mengatakan apapun.

"Nona, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau terlihat ketakutan? ". Tanyanya kembali

"Biarkan aku pergi.. Mereka menginginkanku, aku takut..". Kata Silvia dengan suara parau, wajahnya mulai memucat, keringat dingin menyelimuti tubuhnya.

"Tenang, kau harus tenang Nona.. ". Pria itu membenarkan posisi berdiri Silvia dan memaksa Silvia menatap wajahnya.

Mendengar perkataan pria itu Silvia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya. Lalu ia melihat pria yang ada di depannya. Seorang pria tinggi berwajah tampan dengan mata biru yang jelas menandakan bahwa ia bukan orang China. Apalagi cara bicaranya menggunakan aksen bahasa Inggris yang biasa orang barat pakai. Namun melihat auranya.., 'Siapa pria ini? '. Tanya Silvia dalam hati.

"Maaf membuat anda khawatir, sekarang saya baik-baik saja ". Kata Silvia, ia melepas kedua tangan pria itu yang memegang lengannya,

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? ". Tanya pria itu melihat heran ke arah dalam ruang rawat.

"Tidak, bukan apa-apa. Silahkan lanjutkan aktivitas anda, sekali lagi maaf sudah merepotkan ". Kata Silvia dengan senyuman, ia pergi meninggalkan pria itu dan mencari dimana Ludius berada.

"Hei Nona, tunggu.. Kau mau pergi kemana? ". Panggil pria itu pada Silvia yang meninggalkannya begitu saja,

Tanpa menyahut, Silvia meneruskan langkanya mencari Ludius. 'Ludius, sebenarnya kau ada dimana? ', Silvia beberapa kali menyusuri rumah sakit dengan perasaan khawatir kalau musuh mengejar. Beruntung tanpa sengaja Silvia melihat Ludius tengah bersama penjaga Organisasinya di balkon lantai 2. Silvia mempercepat langkahnya dan menyambar Ludius dengan sebuah pelukan.

"Ludius… ". Panggil Silvia dengan suara parau,

Ludius yang tiba-tiba mendapatkan pelukan dari Silvia tersentak. Ia langsung memeluk balik istrinya. "Sayang.. Apa kamu terluka? Maaf aku telat mengetahui ini, dan telah menempatkanmu dalam bahaya". Ujar Ludius, tubuhnya tak kalah gemetar melihat kondisi Silvia,

"Ludius aku takut.. Aku takut kehilangan buah hati kita, aku takut mereka mengincar buah hati kita". Dengan menahan rasa takut, ia akhirnya menangis memeluk Ludius menahan tubuhnya yang melemah.

"Jangan takut aku disini, mereka tidak akan bisa menyakiti buah hati kita". Kata Ludius menenangkan. Ia mengecup kepala Silvia dengan tangan menepuk-nepuk pelan.

"Sebenarnya apa yang mereka inginkan dariku dan janin yang ada dalam kandunganku? Mengapa nyawa tak berdosa harus menjadi incaran mereka? ". Ucap Silvia dengan tersedu-sedu, ia tidak bisa membayangkan jika tadi ia tidak dapat melarikan diri.

"Aku juga tidak begitu mengerti, tapi cepat atau lambat semua akan terungkap. Maafkan aku sayang, Kamu mengalami hal ini semua karenaku. Jika saja kamu tidak hidup denganku mungkin semua tidak akan pernah terjadi".

"..." Silvia hanya terdiam tidak bergeming seolah hatinya saat ini mengiyakan kesalahan Ludius.