Chapter 214 - 214. Permintaan Ikut Andil dalam Perusahaan

Beberapa orang dari Organisasi datang dengan panik dan melihat adegan suami istri hanya diam berdiri menunggu Tuan mereka memberi instruksi.

"Katakan, apa yang kalian dapatkan? ". Tanya Ludius

"Tuan, dari hasil pantauan kamera CCTV beberapa saat yang lalu ada sepasang perawat memakai masker melukai penjaga yang anda tempatkan di depan pintu hingga tewas dan disembunyikan di toilet ruangan samping yang kosong, dan mereka berhasil memasuki ruang rawat anda. Namun ketika kami sampai, kami tidak menemukan jejak mereka dan hanya menemukan salah satu barang bukti yang tertinggal". Kata salah satu anggota memberi penjelasan dan memberikan barang bukti tersebut pada Ludius,

Ludius memperhatikan dengan seksama sebuah botol kecil berisi cairan obat yang ia tidak ketahui apa kegunaannya. 'Siapa lagi yang mengincar Silvia? Mengapa mereka melakukan hal ini? Lantas apa motif mereka menyuntikkan cairan ini pada Silvia bukannya membawanya pergi?'. Batin Ludius, fikirannya sempat teralihkan.

Silvia yang masih dalam pelukan Ludius melihat botol tersebut seketika histeris. "Jangan.. Ludius singkirkan barang itu dariku. Aku takut.. ". Sivia terus berbicara kacau dengan tangan kanannya memegang perut seolah sedang melindungi apa yang ada di baliknya,

"Sayang tenanglah.. Aku tidak akan memperlihatkan barang ini didepanmu lagi". Ludius memberikan botol itu pada penjaganya. "Berikan sampel obat ini pada Longshang, dan jangan sampai orang lain mengetahuinya. Terus lakukan penyelidikan dan temukan pelaku secepatnya ". Perintah Ludius pada anak buahnya,

"Baik Tuan. Laksanakan!! ". Mereka akhirnya pergi meninggalkan Ludius yang masih bersama Silvia di balkon Rumah Sakit.

"Sayang.. Ayo kita makan dan setelah itu istirahatlah... Aku sudah meminta koki untuk membawa makanannya ke sana" Kata Ludius lembut, ia mengangkat Silvia dan menggendongnya melewati lorong rumah sakit. Sikap yang terbilang romantis ini sukses menyita sebagian

Silvia yang masih syok dengan kejadian yang terjadi dibawa kembali ke ruang rawat dalam dengan Ludius yang tidak melepas dekapannya.

****

Pagi telah bersambut setelah seharian melewati banyak hal akhirnya Silvia bisa tertidur dengan lelap. Semalaman Ludius terjaga tanpa memejamkan mata menemani istrinya yang masih diselimuti rasa takut.

2 hari ini Rumah Sakit yang Ludius tempati bagai rumah kedua bagi mereka, semua berjalan mengalir apa adanya membuatnya memiliki banyak waktu berdua dengan Silvia.

Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi, Ludius segera membersihkan diri selagi istrinya tertidur. Namun suara shower yang deras mampu membangunkan Silvia yang sejatinya tertidur dengan diselimuti mimpi buruk. Perlahan Silvia membuka mata, mengedarkan pandangannya dan mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelum ia tertidur.

"Ini masih di Rumah Sakit, apakah sekarang sudah pagi?". Silvia mengambil ponsel yang tergeletak di meja, "Sudah jam5 pagi. Semalaman Ludius pasti menjagaku, dia pasti sangat lelah saat ini". Silvia beranjak dari tidurnya, namun belum sempat ia singgah dari ranjang, Ludius keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi bawah perutnya.

Rambut yang basah menetes membasahi tubuh bidangnya. Otot bisep yang terbentuk dengan wajahnya yang tampan menambah keindahan sosok Ludius Lu. Jika seperti ini nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?

"Sayang.. Apakah kau sudah baikan? ". Tanya Ludius, ia tersenyum melihat istrinya memperhatikannya dengan begitu intens

"Uhm.. " Silvia mengalihkan perhatiannya malu, wajahnya bersemu merah dengan pikiran yang menjelajah entah sampai kemana. Jika tidak ia hentikan hayalannya, mungkin saat ini ia sudah mimisan karena melihat tubuh indah suaminya.

"Pagi ini aku akan ke kantor, kau kembalilah… ". Belum selesai Ludius berbicara dengan cepat Silvia memotongnya,

".....Tidak, aku akan menemanimu ke kantor. Sudah lama juga aku tidak mengunjungi Perusahaan, sebagai Nyonya Lu tidak baik jika terlalu mengabaikan urusan Perusahaan",

"Kau yakin dengan itu Sayang?". Tanya Ludius memastikan, ia mengambil setelan kemeja di lemari dan memakainya,

"Uhm.. Aku baik-baik saja, lagi pula di kantor banyak orang-orangnya Naga Imperial. Mengapa aku harus takut".

"Sayang, kita masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang mereka incar. Di tambah lagi Perusahaan sedang dalam gejolak karena ulah seseorang memprovokator Dewan Direksi. 30% Saham Tangshi Grup telah berada di tangan seseorang yang tidak aku ketahui".

"Apa kamu Lupa Ludius, Saham General Grup 50% sudah di tanganku meski aku belum berkeinginan menduduki kursi Direktur".

"Apa maksudmu sayang? ". Tanya Ludius yang baru selesai memakai setelan kemejanya. Ia yang sedang memakai jam tangan berjalan mendekati Silvia dan duduk di sampingnya,

"Maksudku, aku akan mewakili Perusahaanku memberikan suntikan dana untuk proyek kerjasama Pembangunan Istana Kenegaraan".

"Tidak, aku tidak akan menerimanya. Itu adalah Perusahaan Keluargamu. Aku tidak akan memanfaatkan hal itu untuk melawan orang-orang serakah seperti mereka ".

"Lalu apa kau punya rencana?" Silvia meninggikan suaranya dengan mata menatap Ludius. "Kemarin saja mereka mendesak melakukan rapat untuk menyudutkanmu, bahkan kita belum tahu hasilnya dari Kakak Lian. Aku hanya berharap yang terbaik untuk semuanya". Ujar Silvia lirih di akhir kalimatnya

Ludius mendekap Silvia dan membelai rambutnya, "Sayang, kamu sedang hamil pun masih memikirkan nasib Perusahaan? Kamu tenanglah.. Apakah kamu lupa suamimu ini adalah CEO yang menduduki Peringkat 5 besar serta Ketua dari Naga Imperial?! Percayalah Tekanan seperti ini takkan membuatku jatuh".