Chapter 215 - 215. Tangan yang nakal

"Apa kedudukanku sebagai Direktur memang tidak berguna yah? Bahkan Perusahaan sedang tidak stabil pun kamu tidak mau menerima bantuanku". Keluh Silvia

"Jangan salah paham Sayang, kamu adalah satu-satunya wanita yang paling penting dalam hidupku. Sudah cukup 2 tahun yang lalu kau mengurus Perusahaan menggantikanku. Aku takkan mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya".

"Uhm.. Baiklah, tapi aku tetap ingin menemanimu ke kantor" Silvia mencoba mengerti keinginan suaminya.

"Boleh jika hanya menemani saja".

"Ludius, aku mau mandi. Bisa singkirkan tanganmu dari situ? ". Pinta Silvia yang sepagi ini sudah digoda suaminya. Tangan nakal suaminya menjamah bagian pinggang dan menyentuh perut Silvia.

"Aku hanya menyapa buah hati kita, memang ada yang salah dengan ini? ".

"Menyapa sih tidak salah, tapi tanganmu sudah menjelajah kemana saja? Ini masih pagi suamiku.. ". Protes Silvia dengan menunjukkan ekspresi menggemaskannya

"Mandilah, aku akan meminta seseorang mengantarkan sarapan. Oh Ya, kalau bisa mandi secepatnya ya Sayang. Soalnya sebentar lagi Suster akan datang untuk memeriksa". Kata Ludius dengan ledekannya,

"Lalu apa hubungannya denganku, kalau mau periksa ya periksa saja. Aku tidak peduli!! ". Acuh Silvia seolah tak peduli, ia langsung beranjak pergi dari sisi Ludius dengan bibir bersungut.

Ludius terkekeh melihat tingkah Silvia. "Baiklah kalau istriku tidak peduli, biarkan suster saja yang merawatku ". Balas Ludius dengan sedikit mengeraskan suaranya, berharap dapat terdengar jelas oleh Silvia.

Dari luar terdengar suara pintu terbuka, refleks Ludius melirik kearah pintu "Siapa disana!!".

"Ini aku..". Balas seseorang yang menghampiri Ludius, ia melangkah dari luar dan masuk begitu saja langsung duduk di sofa,

"Kakak, sepagi ini untuk apa kau menemuiku? ".

"Kau lupa atau pura-pura lupa! Kembalilah ke Kantor. Atau kau sudah sangat menikmati ruangan ini jadi tidak ingin meninggalkannya? ". Sindir Lianlian,

"Bagaimana hasil rapat kemarin, Aku harap Kakak tidak mengacaukannya".

"Perbaiki kata-katamu, kau kira aku siapa bisa dengan mudah diperintah oleh mu". Lianlian menghela nafas panjang seperti akan mengatakan hal yang berat. "Aku tidak tahu apa strategi mereka selanjutnya, tapi untuk saat ini kita aman".

"Kak… kemarin Silvia baru saja di serang oleh pasangan orang yang menyamar sebagai perawat. Masih belum pasti, apakah mereka dari Dark Phantom? Yang jelas aku menemukan barang bukti berupa zat kimia yang hampir mereka suntikkan pada Silvia"

"Jika sudah sampai ke tahap ini, aku rasa mereka benar-benar ingin membuatmu jatuh!. Aku harap kau semakin memperhatikan setiap langkahmu mulai sekarang". Ujar Lianlian memperingatkan,

"Uhm, aku akan ke kantor pagi ini dan mengecek keadaannya. Bagaimana dengan Perusahaan Jiang? ",

"Perusahaan Jiang dalam keadaan stabil, dalam beberapa hari akan ada investor asing datang untuk bertemu denganku. Jujur saja, aku masih belum sebaik dirimu dalam mengelola Perusahaan, kadang itu membuatku sedikit tertekan". Kata Lianlian dengan refleks tangan kanan memijat kepala yang terasa pening jika memikirkan hal itu,

"Jangan terlalu di fikirkan Kak. Jalani saja apa yang ada di depan kita. Inilah kenyataan dari kehidupan yang kita jalani. Dan seorang penguasa dilarang untuk mengeluh meski lelah sekalipun".

Disela percakapan mereka Silvia yang baru selesai mandi dan sudah berganti pakaian menyapa. "Selamat pagi Kakak ipar". Sapa Silvia dengan ramah, ia sudah berganti pakaian dengan Dress panjang yang cocok dikenakan untuk pergi ke kantor.

"Pagi adik ipar, bagaimana keadaanmu? ".

"Aku baik kak, Kakak sendiri ada apa sampai menemui Ludius kemari? ".

"Hanya urusan kecil..". Ujar Lian, ia beranjak dari duduknya dan berniat keluar dari ruang rawat. "Kalau begitu aku akan pergi dahulu. Jaga dirimu baik-baik adik ipar ".

"Uhm tentu saja, terima kasih telah mengunjungi Ludius Kak".

"Jangan berterima kasih adik ipar, kita ini keluarga". Tanpa sadar Lian mengusap kepala Silvia manja dan terlihat oleh Ludius,

Secepatnya Ludius menarik tangan Lianlian dari kepala Silvia dengan wajah tak sukanya, "Kak sepertinya kau sibuk, lebih baik kau secepatnya kembali ke kantor".

"Ludius, berhentilah bertindak seperti anak kecil". Tegur Silvia.

Lianlian tidak menyahut kembali dan keluar dari ruang rawat dengan senyum simpul melihat kecemburuan di hati adiknya.

Pagi ini selepas dari kepergian Lianlian, tidak lama Dokter dan suster yang membawa perlengkapan medis datang untuk memeriksa kondisi luka Ludius. Karena untuk pemeriksaan Ludius diminta membuka kembali kemeja yang ia pakai.

"Sayang bagaimana? ". Tanya Ludius,

"Mengapa kau mempertanyakan nya padaku, kau kan akan diperiksa". Jawab Silvia acuh,

Kesal tentunya, Ludius sengaja mempertanyakan itu agar ia terlihat seperti seorang wanita yang tak rela memperlihatkan tubuh suaminya. 'Ludius..! Apa kau sengaja mengatakan itu untuk membuatku terlihat sangat menyayangkan tubuhmu terlihat oleh wanita lain?'. Batin Silvia,

Senyum tipis terukir di wajah Ludius, betapa tidak.. Ia melihat istrinya yang tak rela memperlihatkan tubuhnya di depan suster.

Setelah melakukan berbagai pemeriksaan Dokter dan suster memberikan hasil pemeriksaan terakhir "Tuan Lu, luka anda sudah membaik. Namun masih harus diperhatikan agar jangan terlalu dipaksakan. Karena bagaimanapun itu adalah bekas operasi".

"Jadi aku sudah bisa keluar hari ini? ". Tanya Ludius

"Sudah, Tuan Lu hanya perlu meminum obat secara rutin. Resep beserta obat akan diantarkan suster nantinya ".

"Terima kasih ".

"Sama-sama Tuan, saya permisi ", setelah Dokter pamit, ia dan suster yang menemaninya keluar dari ruang rawat.