Chapter 227 - 227. Flash Back Penyelamatan Emilia dan Silvia bag 3

Dengan perasaan campur aduk, Emilia membetulkan pakaiannya yang sedikit terkoyak karena ulah Zain. Ia mengusap air matanya yang sempat keluar membasahi sudut matanya.

"Aku tidak membencimu, hanya saja.. ".

"... Hanya saja apa? Apakah menyenangkan membuat wanita merasa tidak berdaya di tangan pria? Aku kecewa padamu Zain! ". Kata Emilia dengan tatapan penuh kekecewaan. .

'Hanya saja aku takut kau terluka Emilia.. '. Zain hanya bisa membalas perkataan Emilia dalam hati, mulutnya seakan tertahan untuk berbicara, karena ia sadar akan status mereka yang terlampau jauh.

Setelah Emilia membenarkan pakaian dan penampilannya yang sempat acak-acakan karena Zain, ia beranjak dari posisinya.

Sedangkan Zain yang masih melihat pertarungan sengit Ludius melawan musuh dari jauh menjadi khawatir kalau mereka mengincar wanita yang ada dalam mobil kembali. Segera setelah Emilia beranjak dari posisinya, Zain menarik tubuh Emilia dalam pelukannya dan menggendongnya ala bridal keluar dari zona musuh.

"Turunkan aku! Apalagi yang akan kau lakukan padaku Zain?". Sentak Emilia, ia memukul-mukul dada Zain mencoba memberontak pada pria di depannya. Namun semakin lama ia terbenam dalam pelukan Zain, Emilia justru merasa tenang dan diam tanpa melakukan perlawanan kembali. Ia mengalungkan tangannya di leher Zain.

'Ini kedua kalinya aku berada di pelukan seorang pria, dan orang itu justru Zain. Argh… betapa malunya aku'. Batin Emilia, wajahnya merona merah membayangkan apa yang telah Zain lakukan padanya. Karena jujur saja itu adalah ciuman pertamanya yang ingin Emilia simpan untuk orang yang dicintainya. Setiap mengingat hal itu Ia semakin menenggelamkan wajahnya yang mungkin saat ini terlihat begitu merah .

"Diam! Kita harus segera meninggal kan tempat ini atau musuh akan mengetahui pergerakan kita. Selagi Ludius mengecoh mereka aku sudah berjanji untuk menyelamatkanmu dan Silvia", kata Zain dengan terus melangkah meninggal kan tempat kejadian, namun ia tidak menyangka perkataannya masih saja menyinggung perasaan wanita,

Wajah yang baru saja memerah berubah masam, "Oh, jadi kau menyelamatkanku karena Silvia, bukan karena kita memang saling kenal? Lagi-lagi aku terlalu berharap banyak padamu". Emilia melonggarkan cengkramannya yang melingkar di leher Zain. Fikiran Emilia yang kacau karena perasaan jengkel dan malu secara bersamaan, apalagi setiap mengingat ciuman pertamanya itu membuatnya tidak nyaman.

"Berhenti bersikap bodoh Emilia, ingatlah akan statusmu sebagai Putri Pemegang kekuasaan. Jangan melangkah keluar dari batasmu atau kau akan terluka",

"Kau mengatakan itu, apakah karena takut jatuh hati padaku dan mengalami akhir yang sama seperti saat mencintai Silvia? Kau anggap perasaanku ini apa?". Emilia yang semakin jengkel dengan perkataan Zain menaikkan nada bicaranya, menuntut Zain untuk berkata jujur padanya tentang perasaannya saat ini.

Perkataan Emilia seketika menohok hati Zain, ia merasa seolah wanita yang ada didalam gendongannya kali ini mampu membaca isi fikirannya. 'Mungkin yang kau katakan benar Emilia, tapi aku lebih takut kalau kau melawan keluarga kerajaan demi seorang Pria. Lebih baik aku diam dan membuatmu menjauh dariku. Itu akan baik untuk kita'. Batin Zain,

"Aku sudah mengatakan nya padamu Emilia, jangan melangkah keluar dari batasmu. Ingatlah, ada kalanya kau tidak akan bisa mengubah hal yang sudah di Takdirkan". Kata Zain mengingatkan kembali.

"Aku tidak peduli, karena aku akan mengubah Takdir hidupku sendiri!". Tegas Emilia,

"Hidup tidak seindah bunga tidur, tapi jika memang kau ingin mengubahnya, aku akan menantikannya. Ini janjiku padamu, jika kau bisa melewati batasmu aku akan menjadi orang pertama yang mendukungmu",

"Benarkah?! ",Emilia tertegun dengan perkataan Zain. 'Aku tidak salah dengar kan? '. Tanya hati memperjelas,

"Uhm.. Jadi berjanjilah untuk tidak melakukan hal bodoh yang akan membuatmu semakin sulit untuk bebas".

"Baiklah.. Aku jadi semakin menyukaimu Zain.. " kata Emilia dengan tiba-tiba mencium pipi kanan Zain. "Ini hadiahku untukmu. Hehe… ". Emilia terkekeh melihat reaksi spontan Zain yang mendapat ciuman dari wanita.

Didepan Zain sudah terdapat 2 mobil, kemungkinan Wangchu sudah sampai. Benar saja Wangchu sudah berdiri didepan mobil menunggu kabar dari Zain, namun..

"Bisakah kalian bermesraan setelah kita selesaikan misi kali ini?". Tegur Wangchu yang melihat jelas Emilia yang tengah bermanja di dalam gendongan ala bridal Zain.

"Wangchu.. Sejak kapan kau ada di situ? Apakah kau melihat semuanya? " tanya Zain begitu ia sadar di perhatikan.

"Kau bertanya seperti itu kau anggap aku apa? Aku melihat semuanya. Jadi bisa kalian hentikan sekarang, misi kita kali ini adalah membantu Ludius melawan musuh yang belum diketahui motif nya. Jadi berhati-hatilah!! ". Kata Wangchu memperingatkan,

Begitu pula dengan Silvia yang melihat dengan jelas apa yang terjadi antara Emilia dengan Zain. Ia hanya tersenyum melihat tingkah mereka yang mencoba kembali saling acuh. 'Aku tahu akan ada masanya untuk kamu menemukan cinta Zain, hanya saja kau belum menyadarinya'.

"Silvia kau disini saja bersama Emilia dan menunggu kami menyelesaikan tugas kami". Kata Zain yang baru menurunkan Emilia dari gendongannya,

Namun perasaan Silvia justru tidak tenang, ia merasa suaminya tengah dalam keadaan tidak tenang. "Zain, aku akan ikut! Wangchu, cepat panggil ambulans segera! ". Perintah Sulvia tiba-tiba, membuat semua yang mendengar heran dengan apa yang dipikirkan Silvia,

"Untuk apa kita memanggil ambulans Silvia? Bukankah ini akan mengundang banyak perhatian publik nantinya". Sela Emilia berpendapat,

"Aku punya firasat Ludius akan membantai semua orang, kalian tahu sendiri Ludius adalah orang yang tempramental, terutama jika ada seseorang yang menyinggung perasaannya. Aku hanya takut ia melewati batas kesabarannya " Silvia terlihat begitu khawatir, berkali-kali ia memainkan tangannya meremas-remasnya untuk menghilangkan kecemasannya.

"Aku akan meminta Aliansi Kedokteran Militer China untuk mengurus mereka. Bagaimana? ". Celetuk Wangchu memberi usul,

"Bagaimana kita akan meminta bantuan mereka Wangchu, kita tidak punya akses untuk menemui mereka, apalagi meminta bantuan!!", Sergah Zain,

"Jangan khawatir, diam-diam aku sudah menjalin kerjasama dengan Aliansi kedokteran Militer China. Aku akan menghubungi mereka, semoga mereka tidak tewas seketika! Aku tahu bagaimana mengerikannya Ludius ketika ia sudah lepas kendali". Ujar Wangchu,

Seketika Silvia merinding, ia menyilangkan kedua tangannya dengan fikiran kembali ke masa dimana pertarungan hidup dan mati Ludius dengan Jonathan Nero. Itu merupakan mimpi buruk bagi Silvia yang sampai kapanpun takkan bisa hilang.

'Semoga masih sempat.. aku tidak ingin hal kelam yang dilakukan Ludius terulang kembali. Ludius.. ingatlah, aku tengah hamil putramu, jangan sampai kau membunuh meski ia adalah musuhmu'. batin Silvia khawatir.

FLASH BACK OFF...