Chapter 234 - 234. Linzy Abigail bag 2

Mendapat pertanyaan serius dari mulut Ludius membuat Linzy berfikir bahwa Ludius juga mengetahui sedikit tentang hal yang sedang dipelajari. "Tanyakan pada dirimu sendiri, jika kau percaya aku akan dengan senang hati membantumu sebisaku". Kata Linzy dengan mantap tanpa keraguan.

'Apakah aku bisa mempercayakan ini pada Linzy? Tapi jika aku tidak meminta bantuannya aku tidak akan tahu apa yang akan musuh perbuat pada Silvia. Linzy adalah satu-satunya yang dapat menyelidikinya untuk saat ini'. Batin Ludius gusar,

Lama Ludius terdiam menimbang akan keputusan apa yang ia ambil. Setelah diam beberapa saat akhirnya Ludius angkat bicara. "Aku akan memberitahumu sesuatu, ini mungkin akan berhubungan dengan penyelidikan mu".

"Maksudmu tentang obat yang tengah marak di Dunia bawah?". Tanya Linzy memperjelas,

"Benar! Beberapa waktu yang lalu Istriku Silvia yang sedang berada di ruang rawat kedatangan 2 orang yang menyamar sebagai perawat. Mereka memaksa Silvia dan berniat menyuntikkan cairan obat yang belum aku ketahui jenis dan kegunaannya. Baru saja saat mendengar kau akan menyelidiki tentang Obat yang tengah beredar tentu saja membuatku kaget".

"Lalu apa yang kau inginkan dariku Ludius? ". Tegas Linzy,

"Bantu aku selidiki kandungan dari obat tersebut, saat ini obatnya berada di tangan Longshang. Kau bisa meminta langsung padanya".

"Aku akan membantumu menyelidiki obat tersebut. Tapi untuk obatnya kau saja yang ambil, aku enggan untuk bertemu Longshang. Lebih tepatnya aku belum siap",

"Semakin lama kau menunda untuk menemuinya, semakin besar kesalah pahaman diantara kalian. Tidak menuntut kemungkinan Longshang justru sudah memilih wanita lain sebagai penggantimu".

"Kalau itu terjadi, biarlah.. Kisah kami memang hanya sebatas ini. Untuk apa aku menuntut lebih… ".

"Kau memang tidak berubah Zy, masih sama seperti dulu. Memilih diam dari pada menjelaskan".

Ditengah percakapan Ludius dengan Linzy, sayup-sayup terdengar suara panggilan Silvia. "Ludius.. ".

"Sepertinya Silvia sudah siuman, aku akan melihatnya". Sela Ludius di tengah pembicaraan mereka.

"Ok.. Temui dulu istrimu. Dia pasti kaget saat terbangun tidak melihatmu ada di samping nya".

Ludius yang saat itu masih berbicara dengan Linzy begitu mendengar panggilan yang tak asing di telinganya langsung menemui istrinya yang masih terbaring di kasur.

"Sayang, kamu sudah bangun? ". Tanya Ludius, ia duduk di samping Silvia dan mengecup kening Silvia dengan lembut. Melihat mata Silvia yang sudah terbuka Ludius menggenggam kedua tangan Silvia dan menyentuh lembut wajah istrinya yang masih pucat.

"Uhm..". Jawab Silvia singkat dengan senyum mengembang, ia mulai membuka lebar matanya yang masih terasa berat.

'Pada akhirnya aku pingsan lagi dan membuat Ludius kerepotan'.

"Bagaimana keadaanmu Sayang, adakah yang terasa sakit atau tidak nyaman? ". Tanya Ludius kembali, ia membelai rambut Silvia yang di biarkan tergerai.

"Tidak, aku baik-baik saja suamiku. Uhm.. Maaf telah merepotkan mu". Ujar Silvia dengan tatapan mata yang sendu, terlihat gurat penyesalan di wajahnya.

"Ssst… ". Ludius menutup mulut Silvia dengan jari telunjuknya. "Jangan katakan itu Sayang, aku ini suamimu. Bagaimana bisa aku merasa repot karena kehamilan istriku.. Berhentilah nemikirkan hal yang tidak penting, kondisimu adalah yang terpenting untuk saat ini. Mengerti..!".

"Ya.. Suamiku..". Jawab Silvia dengan logatnya yang khas,

"Bagaimana kondisi istrimu Ludius?". Tanya Linzy yang baru saja beranjak dari duduknya.

"Ludius, siapa wanita ini? ". Tanya Silvia dengan mata menatap tajam suaminya.

"Jangan salah paham dulu Sayang, dia adalah Dokter Linzy dari Rumah Sakit Han Shi. Dokter Linzy ini adalah Dokter khusus kandungan yang Wangchu minta untuk memeriksa kondisimu". Jawab Ludius perlahan menjelaskan,

Silvia yang mendengar penjelasan Ludius terdiam mengerti, namun ia masih penasaran dengan kondisi janin yang ada dalam kandungannya. "Dokter Linzy, bagaimana kondisi kandungan saya? ". Akhirnya Silvia bertanya sendiri secara langsung.

Linzy tidak langsung menjawab, ia melihat kearah Ludius yang memberi isyarat untuk jangan memberitahu yang sebenarnya. Tapi pantang bagi Dokter untuk menutupi diagnosis atau kondisi sebenarnya pasien. Namun melihat betapa kerasnya Ludius dalam menjaga Istrinya Linzy Abigail akhirnya mengiyakan.

"Kondisi kandunganmu baik-baik saja Nyonya, kau tidak perlu khawatir". Jawab Linzy dengan seyuman..

"Syukurlah.. Aku kira pingsan ku tadi membawa dampak buruk bagi janin. Syukurlah itu tidak terjadi".

"Nyonya sudah saatnya saya pamit, jika anda tiba-tiba mengalami keluhan jangan sungkan untuk menghubungi saya. Pesan kecil untuk Nyonya, hindari memikirkan hal secara berlebihan dan sering-seringlah melakukan hal yang dapat merileks kan tubuh dan fikiran agar janin anda juga tidak mengalami tekanan yang sama".

"Terima kasih Dok atas sarannya".

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi". Linzy mengambil tas yang tergeletak di atas meja dan keluar dari kamar Silvia.

Ruangan kembali hening, tidak ada yang memulai berbicara dan hanya ada saling diam sampai Bibi Yun datang mengetuk pintu memecah keheningan.

"Permisi Tuan dan Nyonya, saya membawakan bubur untuk Nyonya Silvia". Seru Bibi Yun di pintu kamar

"Masuk Bi, bawa kemari buburnya". Sahut Ludius

Bibi Yun masuk membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat dan menaruhnya di meja. "Silahkan di nikmati Nyonya buburnya, jika ada hal lain yang di butuhkan panggil saja Bibi". Ujar Bibi Yun ramah,