Chapter 246 - 246. Kedekatan yang berawal dari salah paham bag 2

JLEEB..

Zain tak bisa berbicara apapun, seketika ia bungkam seribu bahasa. Ia tak menyangka akan di serang perkataan seperti ini untuk kesekian kalinya.

Baginya memang sangat sulit memisahkan nama Silvia dari dalam dunia nya. Meski ia terpisah bertahun-tahun lamanya, tapi masih tetap saja berfikir untuk bisa kembali bersama. 'Naifkah pemikiranku ini?'. Batin Zain,

Wajah Zain tertunduk, ia merasa sangat tak berguna sebagai pria atau lelaki. Ingin sekali ia menyembunyikan dirinya dari Emilia.

"Zain.. Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh..! ". Ujar Emilia merasa bersalah,

Masih diam, Zain masih tertunduk untuk merenungi sikapnya kali ini. Dan menelan perkataan Emilia kembali. 'Apakah perasaan Cinta itu benar-benar ada?'.

"Diamlah, tidak ada yang perlu disesali. Aku memang belum bisa melupakan Silvia. Aneh bukan..! Putus hubungan selama 5 tahun lamanya namun masih memiliki perasaan suka seperti baru saja mengenal kemarin! ".

"Kau.. Apakah kau masih belum bisa menerima kenyataan Zain! Tidak bisakah kau membuka hati untuk wanita lain. Bukankah menurut kalian jodoh ditangan Tuhan! ".

"Justru karena ku fikir jodoh di tangan Tuhan maka aku selalu menutup hati untuk wanita lain dan berharap Tuhan menjodohkan aku dengannya. Ini memang konyol.. ". Ujar Zain dengan tersenyum kecut.

Emilia yang melihat itu langsung memeluk Zain dari samping tanpa mengatakan apapun. Membuat pria yang dipeluknya sontak kaget namun masih terdiam tanpa memberikan perlawanan.

"Rasakan pelukanku Zain.. Bisakah kau merasakan kehangatan ini?". Tanya Emilia yang justru semakin mengeratkan pelukannya meski Zain tidak membalas pelukan dari Putri Hardland tersebut.

'Hangat.. Apakah ini yang dinamakan pelukan yang dirindukan?'.

Zain Malik salah satu anggota dari Kemiliteran yang hidup dengan membuang perasaan dan cinta justru kalut karena wanita dan berakhir dengan cinta sepihak. Ironis bukan..

'Sudahlah, itu sudah berlalu. Bisakah aku berdamai dengan masa laluku? Lelah dan penat ini ingin sekali ku urai agar bisa tertawa lepas'.

Lama Emilia memeluk Zain yang diam tanpa bersua membuat keduanya hanyut dalam fikiran dan angan masing-masing. Yah.. Mungkin ini bisa dikatakan cinta yang benar datang di waktu yang tepat. Hanya saja..

Dalam dunia Emilia, apakah seorang Zain Malik pantas untuknya?

Pelarian mungkin bisa saja disebut seperti itu, Emilia yang saat ini menjadi pelarian dari Zain malik membuatnya merasa bahwa ini memang takdir.

TAkdir yang membawa Putri dari suatu Kerajaan bertemu dengan seorang pengawal dari Kemiliteran SSIA. Tidak buruk bukan..

Ditengah diamnya Zain dengan Emilia yang masih berpelukan, dari luar pintu Bibi An yang melihat pintu terbuka masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Tuan Zain, ini minuman anda..". Kata Bibi An yang masih didepan pintu. Namun ketika ia melihat ke arah meja kerja, sontak Bibi An terkejut. "Maaf Tuan Zain, saya tidak sengaja masuk. Saya akan keluar sekarang juga. '' Kata Bibi An malu, ia segera mundur dari depan pintu.

"Tunggu Bibi An". Cegah Emilia, ia yang sadar telah membuat ambigu orang yang melihat mereka melepas pelukannya pada Zain.

"Tapi Nona.. saya kesini hanya untuk mengantarkan minuman, Jadi sebaiknya saya keluar dulu". Kata Bibi An masih dengan perasaan malunya.

"Jangan sungkan Bi". Emilia dengan senyum cerahnya secerah matahari pagi, menghampiri Bibi An yang masih berdiri malu didepan pintu. "Sini Bi, biar Emilia saja yang mengantarkan minuman ini untuk Zain".

Bibi An memberikan nampan berisi secangkir kopi tersebut pada Emilia, "Makasih ya Non, Bibi mau lanjut masak untuk makan malam" ujar Bibi An lalu meninggalkan depan pintu ruang kerja,

Zain yang sedari tadi memilih diam memandang Emilia dengan gurat pertanyaan dan pertanggung jawaban dari sikap Emilia tadi di depan Bi An. "Karena sikap konyolmu barusan telah menyita perhatian orang lain! Apakah kau tidak malu? ". Kata Zain dingin.

Masih saja seperti itu meski mereka baru saja berpelukan, 'Zain yang keras kepala, bagaimana aku dapat menaklukkanmu ! Kita lihat saja nanti!! '. Batin Emilia semakin bersemangat.

"Memangnya kenapa dengan memeluk? Memang ada yang salah dengan berpelukan? Lagian itu bukannya wajar yah.. ". Kata Emilia beralasan,

"Terserah kau saja Putri Hardland, aku tidak mungkin menentang titah mu atau aku yang hanya manusia biasa ini akan berakhir di tanganmu".

Perkataan pedas yang terkesan mengejek membuat Emilia menautkan kedua alisnya. Ia mengepalkan tangan kirinya yang sudah gatal ingin memukul wajah menyebalkan Zain.

"Kau!! Apa kau tidak bisa berbicara yang lebih manis dari ini? Perkataanmu terlalu pedas dan pahit. Itu bisa membuat orang sakit tahu!! ". Omel Emilia balik,

"Terserah, aku tidak ingin berdebat denganmu! ". Balas Zain acuh,

"Membosankan! Begitu saja sudah marah". Ketika Emilia melihat ke layar laptop Zain, dia teringat akan suatu hal.

"Zain, aku ingin membicarakan hal serius kali ini.. ". Kata Emilia dengan tenang tanpa adanya banyolan atau candaan di perkataannya lagi.

Zain yang mendengar dan melihat perubahan ekspresi dari wajah Emilia diam sejenak. "Ada hal penting apa yang ingin kau bicarakan Putri Hardland?". Balas Zain dengan berbalik tanya,

"Alasan mengapa aku bisa sampai di China, mendapat serangan adalah karena permintaan Kakak Richard padaku". Kata Emilia terhenti.

"Maksudnya?" tanya Zain memperjelas

"Sebenarnya Kakak Richard sedang memata-matai pergerakan Black Emperor dan Dark Phantom yang ada di Daerah Eropa. Dan beberapa hari terakhir mereka menemukan hal ganjil yaitu mengenai penemuan pembuatan senjata Nuklir berbasis kecerdasan buatan dan mereka berencana memproduksi secara massal . Seharusnya kau juga sudah mendengar tentang hal ini".

Zain menelaah perkataan Emilia, ia yang beberapa hari terakhir menutup koneksi dari markas SSIA memang tidak mendapatkan kabar apapun kecuali itu dari Ludius dan anggotanya.

"Aku tidak terlalu mendengar berita itu, tapi aku tahu arah pembicaraan mu. Lanjut.. Ada apa dengan penemuan mereka?".

"Penemuan mereka masih terhubung dengan Laboratorium yang dimiliki Mendiang Kakek Tuan Lu. Itupun aku kaget saat mendengar nya. Karena Kakak ingin mencegah terjadinya perpecahan antar Negara. Maka dia secara pribadi mengutusku untuk memberitahu Tuan Lu. Karena jika mereka dibiarkan bukan tidak mungkin akan terjadi perang dunia ke 3 cepat atau lambat".

Sempat kaget dan syok pastinya mendengar sebuah penelitian akan berdampak pada Perang dunia ke 3. Tapi jika dicerna baik-baik memang itu kemungkinan terjadi.

"Lalu.. Apa hanya itu alasanmu kemari?". Tanya Zain kembali,

"Kakak ku juga secara khusus mengundang Tuan Lu untuk datang ke acara jamuan senin depan. Ia ingin membahas lebih detail masalah ini".

"Bagaimana bisa kakakmu mengenal Ludius? Aku kira mereka tidak terikat kontrak kerjasama atau masalah?".

"Tuan Lu dulu pernah singgah ke Kerajaan Hardland. Lebih tepatnya 6 tahun yang lalu. Sebelum Perusahaan Tangshi Grup ada di tangan Tuan Lu".

"Kau tahu banyak, apa jangan-jangan kau dulunya adalah pengagum rahasianya?". Zain mengangkat salah satu alisnya dan melihat Emilia dengan tatapan curiga.

"Apa yang kau fikirkan Zain Malik!! 6 tahun lalu aku masih berumur 17 tahun, mana ada aku suka pria yang umurnya jauh lebih tua 8 tahun dariku".

"Kau terlalu blak blakan! Lanjut, apalagi yang kau tahu!".

"Hanya itu, aku akan mencari tahu lebih lanjut nanti setelah kembali ke Kerajaan".

"Oh.. Ini sudah senja dan hampir malam".

Ditengah perbincangan Zain dengan Emilia yang entah sampai kapan ada ujungnya. Ponsel Zain yang dibiarkan tergeletak di atas meja bergetar.

Drrt… Drrt..

"Ada panggilan masuk tuh, sepertinya penting!" kata Emilia memberitahu,

"Uhm..". Zain mengambil ponselnya dan mengangkat telefon yang ternyata dari Longshang,

[ "Longshang ada apa kau menelfonku?".]

["Nanti malam Ludius mengadakan party di BAR Angel. Kau harus datang..! ". ]

[ "Apa Bossmu ingin mencari daun muda kembali? Mengapa dia mengadakan party di sebuah bar?". ] Ejek Zain,

[ "Kau terlalu banyak tanya hal yang sepele. Terserah kau mau datang atau tidak! Yang jelas Silvia masih dalam pengawasan mu! ".]

["Aku pasti akan datang!!".[

Tut.. Tut.. Tut.

Panggilan terputus, Emilia yang masih di samping Zain mendekat tiba-tiba. Spontan Zain yang tidak fokus kaget dan hampir terjatuh.

"Emilia, jangan sembarangan mendekati pria! Kau itu seorang Putri". Tegur Zain, tiba-tiba raut wajahnya berubah memerah.

"Hei Zain Malik, ada apa dengan wajahmu? ". Ledek Emilia begitu melihat rona merah yang menghiasi wajah Zain.

"Penglihatanmu sepertinya buram!! Wajahku yang seperti ini dari mananya kelihatan memerah! Ngaco! ".

"Hahaha.. Zain Malik, kau lucu sekali" seketika tawa Emilia pecah memenuhi seluruh ruangan begitu melihat wajah Zain yang terlihat malu.

Lambat laun Zain makin menikmati waktunya saat bersama Emilia, sikap urakan dan apa adanya Emilia yang kadang membuatnya pusing dan geleng kepala justru menjadi pelipur tersendiri bagi Zain Malik yang belum bisa melupakan cinta masa lalunya.