Malam telah tiba, di Mansion Lu kini Silvia sedang merias diri duduk di depan cermin yang baru saja selesai mandi dan berganti pakaian dengan Dress pemberian Ludius. Dress malam merah maroon yang begitu pekat membuatnya terlihat semakin cantik dan elegan.
Ludius yang baru saja dari kamar ganti keluar dengan Jas Tuxedo hitam dengan kemeja dan dasi yang selaras semakin membuatnya terlihat tampan. So handsome man..
"Sayang.. Kamu terlihat cantik malam ini.. ". Puji Ludius yang datang dari belakang Silvia,
Silvia yang duduk dengan riasan yang masih belum sepenuhnya selesai diam acuh tanpa memperdulikan sapaan Ludius yang kadang membuatnya merinding.
"Hmmm.. Sayang kamu berani mengacuhkanku? Apakah kamu ingin aku hukum saat ini juga!". Ludius mendekatkan dirinya tepat di belakang Silvia. Ia membungkukkan sedikit badannya agar sejajar dengan tinggi tubuh Silvia. "Kau benar-benar terlihat cantik Nyonya Lu". Puji Ludius kembali,
"Hmm… modus mu sudah ketahuan Tuan Lu, hafal sekali dengan tabiatmu". Ujar Silvia semakin acuh,
"Baby.. Mulutmu mengapa selalu berkata kasar pada suamimu ini.. ". Ludius mencubit dagu Silvia lalu mengalihkannya tepat ke arah pandangannya. "Apakah suamimu ini perlu memberi pujian dengan sebuah ciuman?".
"Tuan Lu apakah kau berani melakukan itu padaku. Kalau berani coba saja! ". Tantang Silvia.
"Nyonya Silvia Zhuan, jangan menganggap remeh suamimu ini.. Atau kamu akan menyesal nantinya.. ". Goda Ludius,
"Hanya dalam mimpimu Suamiku.. ". Balas Sllvia tak kalah tegas. Ia serta merta mensungutkan bibirnya yang merah, semakin menambah gairah Liar suaminya yang memang jago dalam bermain bahkan jika harus beberapa babak..
"Oh.. Kau menantangku Sayang.. ". Seketika Ludius memutar posisinya menjadi didepan Silvia. Dengan sigap tangan kiri nya menarik pinggang Silvia hingga berakhir dalam dekapan Ludius. Dengan senyum jahilnya Ludius mencium bibir istrinya yang merah menggoda.
Terasa dingin dan manis pada lumatan pertama, mungkin itu karena lip ice yang baru saja Silvia pakai.
"Pfft.. " Silvia mencoba memberontak meski yang mencium adalah suaminya. Silvia yang selalu melakukan perlawanan kecil justru membuat Ludius semakin ingin bermain dengan istrinya itu.
Tangan Silvia yang masih bergerak bebas mencengkram jas suaminya hingga sedikit lusuh, "Uhmm… ". Silvia mencoba mengalihkan wajahnya,
Mengingat malam ini akan ada party di BAR, Ludius melepas tautan nya dari Silvia. Ia memandang jahil istrinya yang masih marah karena berani mencuri ciumannya. "Bagaimana Sayang? Haruskah kita teruskan ciuman malam ini di atas ranjang?".
Tubuh Silvia yang masih dalam dekapan erat suaminya tidak bisa mengelak begitu saja. Posisi yang paling indah untuk saling memandang mata satu sama lain.
"Suamiku.. Kau menang! Bisakah kau lepaskan tanganmu dari pinggangku? ". Bujuk Silvia, binar matanya yang indah bahkan mewakili dirinya untuk meminta suaminya melepas tautan tangannya.
"Katakan kalau kau mencintaiku! Mungkin aku akan berfikir 2 kali untuk melepasmu Sayang ".
"Hnng.. ". Silvia memalingkan wajahnya,
Ludius mendekatkan wajahnya pada telinga Silvia. "Baiklah.. Kalau istriku memilih keras kepala, kita akan tetap seperti ini dan lupakan tentang party nya. Karena kau tahu sendiri kan Sayang, kalau aku lebih suka party yang hanya ada kamu di sisiku". Bisik Ludius yang membuat Silvia merinding sekujur tubuh.
Bagai magnet yang menarik kuat, bahkan bisikan Ludius mampu menarik apapun di dekatnya. Silvia yang mendapat bisikan langsung mengiyakan. Ia tidak tahu sampai sejauh mana bisa bertahan dari godaan pria penakluk wanita seperti suaminya itu.
"Baiklah.. Suamiku, aku mencintaimu!!" Kata Silvia ketus dan lirih,
"Sayang, aku tidak dengar! Bisakah kau ulangi..? ". Kata Ludius jahil.
Tangan kiri mengepal menahan emosi atas keusilan suaminya. "Hehe.. Kau sengaja yah suamiku?". Tanya Silvia dengan dipaksakan.
"Aku hanya kurang mendengar Sayang, aku hanya memintamu mengulanginya kok.. ".
"Uhm.. Aku mencintaimu, AKU MENCINTAIMU.. A.. KU.. MEN.. CIN.. TA.. I.. MU..! Aoakah kau PUAS Sayang?". Ujar Silvia mengulangi perkataannya dengan menaikkan nadanya.
"Pfft. haha.." Ludius terkekeh melihat kemarahan Silvia yang menurutnya imut, ingin sekali Ludius menggoda istrinya kembali. Tapi teringat waktu semakin malam terpaksa Ludius menghentikannya.
"Ini sudah malam, aku akan membiarkanmu malam ini Sayang, tapi tidak untuk lain kali". Ludius menawarkan tangannya pada Silvia yang sudah selesai dengan make upnya.
Dengan senang hati Silvia menerima tangan Ludius dan keluar dari kamar bersama. Di depan pintu kamar Bibi Yun sedang berdiri menunggu Tuannya.
"Tuan Lu, Apakah anda akan makan malam di luar? Tanya Bi Yun.
"Ya Bi, aku dan Silvia akan makan malam di luar. Bibi cukup masak sup untuk nanti ketika kami kembali. Silvia masih harus makan makanan yang lembut-lembut". Kata Ludius,
"Kami berangkat dulu Bi Yun". Ujar Silvia pada Bibi Yun berpamitan, ia melempar senyum ramahnya pada orang yang dianggap orang tua pengganti.
"Hati-hati di jalan Tuan dan Nyonya, saya akan menunggu kalian pulang".
Silvia menangguk lalu menggandeng Ludius menuruni tangga. Silvia yang jarang memakai Dress merah maroon beberapa kali menyita perhatian Ludius, dan itu membuatnya merasa aneh.
"Apa ada yang salah suamiku, mengapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu? Itu terlalu mencolok".
"Istriku, setelah melihatmu seperti ini. Ku fikir lebih baik kita tidak perlu datang ke acara party!!".
Silvia menghentikan langkahnya, "Memangnya kenapa?". Tanya Silvia heran.
"Penampilanmu kali ini terlalu menarik perhatian! Dan aku tidak ingin ada pria lain yang memandangimu dengan tatapan nakal".
"Hei Ludius, kau fikir aku berpenampilan seperti apa! ". Sanggah Silvia. "Bagian mana dari penampilanku yang menarik mata nakal kecuali kau! Semua bagian tubuhku tertutup. Dan kau masih bilang penampilanku menggoda??".
"Kau mungkin tidak menyadarinya Sayang, tapi penampilanmu mampu menarik nafsu liar seseorang. Auramu terlalu memikat! ".
"Lalu aku harus berpenampilan bagaimana Sayang? Dress ini pun kamu yang memilihnya! Kau tahu sendiri aku suka warna biru laut, tapi kau memberiku warna merah maroon. Salah sendiri kalau ada pria yang melihatku dan tertarik denganku!! ".
"Ganti!! ".
"Tidak ah… males Tuan Lu! ". Kata Silvia beralasan,
"Ganti tidak! ". Kata Ludius kembali,
"Tidak ya tidak! Kan kau yang memilihnya untukku! Apa kau lupa suamiku. ini sudah malam, kita pasti telat kalau terus memperdebatkan pakaianku! ". Ujar Silvia,
"Apa perlu aku gantikan Sayang..?".
"Ayolah Tuan Lu, bukankah disisiku ada kamu. Kalau ada mata yang menatap nakal istrimu bukannya suamiku ini akan menghajarnya dengan tangan kekarnya?". Bujuk Silvia,
"Istriku ini kalau kau bersilat lidah kembali aku cium kau Sayang.. Baiklah.. Aku takkan mempermasalahkannya. Kita pergi sekarang!".
'Istriku.. Kau semakin membuatku jatuh cinta padamu. Semakin hari kamu semakin berani dan memperkuat hatimu. Ini awal yang baik sebelum waktuku untuk pergi tiba! '.