Keesokan harinya,
Pagi ini suara kicauan burung yang sedang berada di halaman rumah membuat berisik seisi rumah hingga membangunkan Silvia dari tidur lelapnya. Sorot tajam sang surya yang menyilaukan memasuki ruang kamar tidur Silvia melewati celah-celah jendela membuat silau matanya.
Silvia yang terbangun dari tidurnya meraba-raba tempat tidur yang ada disampingnya, berharap suaminya masih tertidur pulas di sampingnya. "Eh.. Kok kosong?". Ujar Silvia, ia menoleh ke samping ranjang yang biasa di tempati suaminya. "Sepagi ini Ludius pergi kemana?". Fikir Sivia heran.
Ia melihat ke arah jam yang ada di atas meja, matanya terbelalak begitu melihat jarum berada di angka 07.00 "Apah!!! Udah jam 07.00? Ya Tuhan.. Mengapa kau tega sekali tidak membangunkanku dan membuatku telat bangun?! " keluh Silvia.
Segera dengan tergesa-gesa dengan Dress yang masih di kenakannya Silvia berlari keluar kamar dan menuruni tangga tanpa mengingat dirinya tengah hamil muda.
"Suamiku.. Apakah kau sudah pergi ke kantor tanpa menunggu diriku?". Teriak Silvia sambil menuruni tangga menuju ruang tamu.
Dengan mempercepat langkahnya, Silvia menyusuri seisi rumah dan berakhir di dapur. "Sayang.. Kau tega tidak membangunkanku.. !". Keluh Silvia kembali. "Suami_ku!". Seketika Silvia melongo begitu sampai di ambang pintu dapur.
"Selamat pagi Honey… Ehm.. Tadi aku kurang jelas mendengarnya, coba katakan lagi. Panggilan mu tadi benar-benar enak di dengar sayang.. ". Timpal Ludius yang sedang memasak di dapur.
Seketika Silvia mengerutkan keningnya begitu melihat wajah sok polos dan tak bersalah Ludius. "Kau! Bagiamana kau bisa tertawa dan tersenyum tak bersalah setelah membuatku kalang kabut mencarimu?!". Omel Silvia dengan suara menggelegar menyeruak ke seluruh Mansion.
"Uusthh". Telunjuk Ludius menutupi mulutnya. "Diam sayang, suaramu membuat bumi bergetar! ". Ledek Ludius.
"Masa bodoh! Kau yang membuatku teriak-teriak tidak jelas! ". Omel Silvia kembali
"Baik-baik maafkan aku Sayang.. Aku sedang masak sayup sop tulang iga untukmu. Semoga rasanya tidak mengecewakan, kau kan masih harus meminum obat dan vitamin yang di berikan oleh Linzy". Kata Ludius mengingatkan.
Silvia mengangguk-angguk. Ia berjalan kearah Ludius yang sedang mencincang bumbu-bumbu yang ada. Dengan senyum manisnya Silvia mencium pipi Ludius. "Ini ucapan selamat pagiku. Suamiku yang baik, paling tampan dan menggoda iman.. Aku mandi dulu yah, bau acem.. Dan ku tunggu masakanmu Sayang.. ". Kata Silvia manja dan langsung ingin pergi begitu saja.
Namun Ludius yang mendapat serangan tiba-tiba langsung mencekal pergelangan tangan Silvia hingga langkah istri dari Ludius terhenti. "Mau pergi kemana Sayang?". Tanya Ludius dengan senyum mautnya.
'Senyumnya benar-benar membuat orang mabuk, begitu manis dan menggoda. Ya Tuhan, mengapa kau memberikan suami yang begitu tampan kepadaku?'. Batin Silvia,
"Aku kan sudah bilang mau mandi! Makanya lepaskan tanganku suamiku.. ". Rengek Silvia dengan bibir bersungut
"Istriku sudah menggoda Suaminya sepagi ini, bagaimana sang suami bisa melepaskannya begitu saja. Ini namanya menolak rezeki Sayang.. ". Ujar Ludius beralasan.
"Dari mana kau mendapat perkataan MENOLAK REZEKI? Sepertinya kau semakin pandai membuat alasan! ". Kata Silvia datar.
"Istriku senang bermain kata-kata, aku yang masih menjadi muridmu ini harus mempunyai persiapan yang matang untuk menemui gurunya". Perkataan Ludius semakin ngawur dan membuat Silvia jengkel
"Berhenti beralasan, lepaskan.. Aku mau mandi! Bau alkohol di bar masih menyengat! Aku tidak tahan…".
Ludius menarik tangan Silvia hingga tersentak dan jatuh kedalam pelukan Ludius. Tanpa aba-aba Ludius mencuri ciuman Silvia dengan sedikit paksaan.
Meski Silvia baru saja bangun dari tidurnya, namun harum khas dari tubuh Silvia tidak pernah luntur. Apalagi bibirnya yang merona merah membuat Ludius semakin liar melumat bahkan menyesap bibir ranum istrinya itu. Derup nafas yang tidak stabil Silvia terasa jelas di rasa, bahkan suaranya mampu menyelusup kedalam telinga Ludius meski pagi ini ramai dengan suara kicauan burung.
Semakin dalam ciuman Ludius semakin membuat suami Silvia ini Liar! Tangan kirinya yang menganggur merasa gatal dan mulai berulah. Tangan nakal Ludius perlahan membuka resleting belakang gaun Silvia dan menyelusup masuk menelusuri setiap jengkal punggung halus istrinya.
"Pfft…". Silvia mulai kehabisa oksigen karena begitu lama Ludius menciumnya.
Sadar nafas Silvia sudah tersengal, Ludius melepas tautan ciumannya dan beralih ke leher jenjang Istrinya. Ia menyelamkan kepalanya di leher putih nan lembut istrinya, dengan bernafsu Ludius mennyecap bahkan menggigit tidak hanya sekali dua kami hingga tercetak jelas garis-garis tipis merah di beberapa tempat.
"Uhmm.. Ini masih pagi suamiku, apa yang sedang kau lakukan? Ugh.. ". Racau Silvia.
"Tentu saja memanjakanmu Sayang, tadi malam aku tidak mendapatkan jatah harian. Pagi ini ksu menggodaku! Tentu saja hasratku terbangun karena kenakalanmu". Kata Ludius,
Tangan nya yang menelusup kedalam Dress Silvia mulai berulah, ia menjelajah bagian intim istrinya hingga Dressnya sudah setengah terbuka.
Terasa jelas dua buah dada yang lembut dan empuk kesayangannya, dengan tanpa rasa malu Ludius menenggelamkan wajahnya di sela dua buah dada yang di biarkan terbuka. Dengan buasnya Ludius menyesap di bagian tengah buah dada istrinya hingga tertinggal bekas nakal Ludius garis merah. Tangan yang menjelajah mulai meremas nikmat buah dada sebelah kiri dan mulai melumat puting kanan nan mungil istrinya.
"Ughh.. Ahh.. Cukup Ludius! In.. Ni.. Massih paggih! ". Racau Silvia.
Di tengah pemanasan di pagi hari tanpa Bibi Yun ketahui, ia masuk kedalam dapur begitu saja. "Tuan.. Ini tulang iga yang Tuan pes..". Belum selesai Bibi Yun berbicara begitu melihat ke arah wastafel Bibi Yun tersentak kaget.
"Maaf Tuan dan Nyonya, saya akan membereskan kamar atas! " teriak Bibi Yun karena panik, ia segera berbalik arah dan pergi meninggalkan dapur.
Segera setelah Silvia sadar bahwa kelakuan mereka di pergoki Bibi Yun, Silvia mendorong Ludius karena kaget. Karena Ludius tidak siap akan hal yang dilakukan Silvia membuatnya tersungkur ke belakang. Beruntung tangan cekatan Ludius memegang dinding dan mampu menahannya untuk tidak jatuh dan terbentur dinding.
Silvia terperanjat begitu melihat Ludius hampir terluka berat karenanya. "Maafkan aku Ludius, aku sungguh tidak sengaja". Kata Silvia dengan raut wajah bersalah.
"Sayang.. Tenagamu kuat sekali? Jika aku tidak menyeimbangkan tubuhku dengan menahannya mungkin aku sudah terluka parah!". Ludius dengan menahan tubuhnya yang tidak stabil beranjak dari tempatnya terjatuh.
"Aku benar-benar minta maaf suamiku.. Aku tidak sengaja". Silvia menghampiri Ludius dan membantunya berdiri. "Lagian kamu sih.. Main nakal tidak pada tempatnya! Begitu denger suara Bibi Yun aku kagetlah! Refleks nggak sengaja dorong kamu suamiku! ". Tambah Silvia, matanya yang berbinar menatap sendu Ludius.