Chapter 257 - 257. Undangan Pernikahan

Dress Silvia yang sudah setengah terbuka ia benarkan, malu pastinya kalau sampai ke pergok 2 kali sama Bibi Yun. "Udah yah Suamiku.. Ini masih pagi loh! Nakalnya tunda entar malam ok! " bujuk Silvia manja,

"Benar Loh Sayang nanti malam! Awas kalau kamu kabur lagi. Kamu nggak akan bisa lepas dari tanganku baby.." kata Ludius, ia mencolek pipi Silvia dan menciumnya.

Khawatir Suaminya nakal kembali Silvia langsung kabur begitu mendapat ciuman dari suaminya.

Karena pagi ini tidak jadi melakukan olahraga peregangan otot yang mengencang, ya.. terpaksa Ludius melanjutkan masak sop tulang iganya.

"Oh ya Sayang, panggil Bibi Yun suruh bawa ke dapur tulang iganya! ". Seru Ludius, ia melanjutkan aktifitas memasaknya.

"Uhm… masak yang enak ya Sayang, aku tunggu masakan penuh cinta darimu! ". Terdengar samar-samar dengungan suara Silvia yang nampaknya sudah berada di lantai atas.

Sedangkan di dapur Ludius sedang mencincang bumbu-bumbu untuk masak oseng kornet dengan sayur caisim dan tahu. Entah bagaimana rasanya, Ludius ingin mencobanya. Ia tahu selera istrinya itu sangat suka pedas, jadi kali ini Ludius masak sayur dengan sedikit lebih pedas dari biasanya.

"Kau harus memberiku bayaran Sayang.. ". Gumam Ludius.

Di balik pintu dapur Bibi Yun datang membawa bungkusan berisi tulang iga. "Tuan, ini tulang iga pesanan anda" kata Bibi Yun sedikit canggung.

"Jangan sungkan begitu Bi, kau terlihat kaku sekali! Cepat bantu aku memasak bahan ini! " pinta Ludius

"Maafkan saya Tuan, jujur saya kaget..".

"Aku harap Bibi akan terbiasa mulai hari ini. Hahaha.. ". Tawa Ludius di sela kesibukannya memasak.

"Tuan.. Saya senang anda sudah mulai menikmati hidup Tuan. Nyonya Silvia memang pandai mencairkan suasana hati Tuan". Kata Bibi Yun yang sedang menaruh daging iga di baskom dan mencucinya.

"Haha.. Iya benar Bi, istriku memang pandai mencairkan perasaanku yang kadang dangkal dan tak terarah. 5 hari lagi aku harus terbang ke Kerajaan Hardland! Aku masih bingung apakah aku harus membawa Silvia?". Curhat Ludius pada Bibi Yun.

"Menurutku sebaiknya Tuan mengajak Nyonya Silvia. Tuan tahu sendiri bahwa Nyonya sangat nekad dalam mengambil keputusan. Jika tahu di tinggal Tuan, nyonya pasti akan menyusul sendiri disana. Lagipula kan masih ada Tuan Zhuan yang tinggal di Inggris, sekalian saja Tuan menemui beliau untuk sekedar mempertemukan Nyonya dengan keluarganya" kata Bibi Yun menasehati,

"Yah.. Mungkin Bibi benar! Aku harus membawa Silvia ke Inggris. Di sini dia sendiri juga tidak aman. Hanya saja kehamilannya sangat riskan".

"Percayalah Tuan, Nyonya akan baik-baik saja asalkan bersama anda di sisinya. Dia sangat mengkhawatirkan anda Tuan".

"Bi.. Kau tahu dari mana Silvia mengkhawatirkanku?". Tanya Ludius penasaran. Meski ia tahu memang Silvia itu istri yang perhatian.

"Nyonya sering tanya-tanya tentang Tuan kalau anda pulang malam. Meski Nyonya selalu nampak acuh dan kasar tapi hatinya selembut kapas". Ujar Bibi Yun,

"Kau benar Bi, itulah Silvia! Dia sangat menjaga image nya di depan semua orang. Selalu menyembunyikan perasaannya dalam-dalam. Dasar istri nakal.. ".

TING TONG..

Di sela pembicaraan Ludius dengan Bibi Yun, terdengar bell rumah. "Tuan sepertinya ada tamu, saya akan memeriksanya". Bibi Yun meninggalkan baskomnya di wastafel dan melangkah pergi keluar dapur menuju ruang depan.

Di ruang utama Bibi Yun membuka pintu utama, dan terlihat seorang pria berjas rapi menyambangi Mansion Lu.

"Permisi.. Tuan Lu ada?", tanya pria yang ada di luar pintu.

"Iya, Tuan Lu ada di dalam. Silahkan masuk.. ". Bibi Yun mempersilahkan tamu untuk masuk ke ruang tamu.

Pria berjas rapi tersebut duduk di sofa ruang tamu, ia melihat ke sekeliling ruangan yang terlihat klasik bergaya china khas namun terlihat elegan dan modern.

"Tuan duduklah, saya akan panggilkan Tuan Lu sebentar". Ujar Bibi yun mempersilahkan. Ia masuk kedalam menuju dapur.

Dari arah tangga lantai dua, Silvia yang mungkin mendengar ada tamu yang datang turun dan menemuinya.

Tamu pria yang sedang duduk begitu melihat Silvia datang langsung berdiri menyambut Tua rumah. "Nyonya Lu.. Selamat pagi! ". Sapa tamu dengan ramah.

"Selamat pagi Tuan. Silahkan duduk kembali" Silvia mempersilahkan tamunya untuk duduk kembali. "Maaf kalau boleh tau Tuan ini siapa yah?". Tanya Silvia ramah.

Dari pintu dalam, Ludius keluar dengan memakai kemeja yang lengannya masih tergulung karena masih uprek di dapur. Dengan ramahnya Ludius datang menyambut tamunya. "Tuan Hyun Ae, lama tidak berjumpa dengan anda. Bagaimana kabar Tuan Kim Lion?". Tanya Ludius, ia duduk di sofa depan Tuan Kim.

"Kebetulan.. Sebenarnya kedatangan saya kemari diutus secara langsung oleh Tuan Kim Lion mengingat anda masih menjadi rekan bisnis terbaik beliau. Tuan Kim mengirim surat undangan ini untuk anda". Kata Hyun Ae, ia memberikan sepucuk undangan kepada Tuan Lu. "Mengenai resepsinya akan dilaksanakan sore nanti di Pulau Jeju. Semoga Tuan Lu berkenan untuk hadir". Kata Hyun Ae ramah,

"Baik terima kasih, saya terima undangan ini. Dan sampaikan salam saya untuk Tuan Kim katakan pada beliau bahwa saya Ludius akan datang memenuhi undangannya". Balas Ludius dengan senyum ramah.

Karena urusan di Kediaman Lu sudah selesai, Asisten Hyun Ae beranjak dari duduknya. "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Karena saya telah menyampaikan amanat dari Tuan saya. Saya permisi...". Asisten Hyun Ae pergi setelah memberikan surat tersebut pada Bibi Yun.

Silvia yang sedari tadi diam memperhatikan menengok kertas yang diberikan tamu pada Ludius. "Surat apaan?". Tanya Silvia,

"Surat undangan Pernikahan rekan bisnis Sayang.. ". Balas Ludius. "Dia Tuan Kim Lion Presdir dari Perusahaan KI Grup".

"Oh.. Aku tidak tahu, lalu kau akan datang Tuan Lu?".

"Ya Sayang.. kita akan berangkat ke Jeju siang ini dan bermalam disana". Ludius tiba-tiba terdiam memikirkan pulau Jeju. Setelah beberapa saat bagai lampu yang menyala di atas kepalanya, Ludius teringat sesuatu. "Sayang.. Kita akan menghadiri acara Pernikahan sekaligus mengajakmu mengelilingi Pulau Jeju. Aku ada kejutan untukmu". Kata Ludius dengan senyum mautnya.

Wajah Silvia seketika cerah, matanya berbinar penuh dengan kebahagiaan. "Pulau Jeju?! Kau serius suamiku?". Tanya Silvia memastikan.

"Tentu saja Sayang, aku akan memberikan kejutan untukmu nanti". Kata Ludius, ia yang melihat Silvia begitu gembira mendengar akan pergi ke Pulau Jeju mengacak-acak rambutnya.