Ludius menerima panggilan Video dari Azell dan terlihat di layar laptop Azell yang pagi ini sudah memakai seragam akan berangkat ke sekolah.
[ "Pagi Pah!! Azell mau berangkat sekolah nih. Oh Ya.. Kenapa Papa tidak pernah menghubungi Azell kalau tidak Azell yang menelfon duluan? ".] Kata Azell dengan menunjukkan wajah cemberutnya di depan layar laptop.
[ "Aku sedang sibuk Azell, kau belajarlah yang rajin. Untuk sementara Papa tidak bisa menemanimu karena harus pergi untuk perjalanan Bisnis". ] Ujar Ludius, ia tersenyum simpul di depan layar melihat putranya sudah rapih memakai seragam sekolah. Setidaknya Azell bisa bersikap dan bermain layaknya anak seusianya.
[ "Jadi aku tidak bisa menemui Papa beberapa hari ini? Yah.. Padahal aku kangen sama Papa".] Wajah Azell seketika di tekuk, muka kusut bagai kain tak di setrika.
[ "Kalau Azell kangen, Azell bisa kapan saja menghubungiku. Papa pasti akan mengangkatnya".]
["Papa janji?!". ] Di depan layar Azell mengacungkan jari kelingking dan menunjukkannya pada Ludius
[ "Papa janji, ini adalah janji sesama pria, kalau begitu Papa tutup dulu telefonnya. Ingatlah Azell, kamu harus sekolah yang rajin. Ok..!! ".]
[ "Uhm.. Demi Papa Azell akan sekolah dengan rajin. Kalau begitu sampai jumpa Papa.. ".] Azell melambaikan tangan di depan layar dan panggilan pun terputus.
Sekarang sudah jam 08.10 pagi, masih ada beberapa jam sampai waktunya pergi ke Jeju, namun Ludius masih mengerjakan setumpuk map dokumen dan masih memikirkan kejutan apa yang akan diberikannya.
Namun dibalik itu, hal yang sebenarnya membuat Ludius tak fokus pada pekerjaannya adalah mengenai MATA-MATA dan pengkhianat yang masih berkeliaran di sekitarnya.
Bagai BOM WAKTU yang siap meledak kapan saja, penghianat memang adalah musuh paling mengerikan yang memakai topeng dengan sangat rapi.
"Tapi siapa pengkhianat itu? Bagaimana bisa aku kecolongan sampai dia masih berkeliaran di sekitarku?". Ludius beranjak dari tempat duduknya, ia berdiri membelakangi kursi dan menatap dinding jendela yang memperlihatkan seluruh daratan Shanghai.
"Sepertinya sudah saatnya aku menemui Ayah Angkat yang berada di Belanda. 10 tahun aku tidak menemuinya.. Apakah dia akan marah?".
Masih ada satu hal lagi yang tidak kalian ketahui, Ludius Lu.. Sebenarnya telah diangkat sebagai Putra oleh salah satu Pemimpin dari 5 Keluarga besar di Amerika Serikat di bagian California, lebih tepatnya di Kota LA yang mendominasi sebagian penduduk terpadat di Negara Amerika Serikat.
Alasan mengapa Ludius diangkat anak oleh salah satu Pemimpin 5 Keluarga Besar di Begar Bagian California tersebut adalah karena 10 tahun yang lalu Ludius pernah menyelamatkan beliau yang sedang terluka parah saat sedang berada di Negara China. Meski Ayah angkat Ludius adalah seorang pria misterius yang memiliki banyak kemungkinan terjadi, namun Ludius memiliki keyakinan sendiri bahwa Ayah angkatnya dapat membantunya.
"Ayah angkat, aku pasti akan meluangkan waktu untuk bertemu denganmu!".
****
-Mansion Lu
Pagi ini di Mansion Lu yang masih sedikit riuh oleh suara kicauan burung menambah suasana yang sedikit membosankan bagi Silvia karena harus sendirian terkurung dalam Mansion dengan alasan demi keselamatanya.
Pagi ini Silvia yang masih duduk di depan TV baru saja menelfon Nadia dan Lingling untuk datang ke Mansion disaat mereka senggang. Dengan ditemani kesendirian di depan TV yang acaranya membosankan dan camilan yang sebenarnya tidak membuat kenyang meski kau memakannya setiap hari.
TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Silvia langsung terperanjat dari duduknya dan menggeletakkan camilan yang melekat pada tangannya. Segera ia mempercepat langkahnya menuju pintu depan dan membukanya.
"Mbak Nadia baik-baik saja kan?". Tanya Nadia spontan. Ia melihat Silvia heran dari ujung kepala sampai ujung kaki dan melihat tidak ada yang salah dengan Silvia. "Mbak pagi-pagi kok sudah menghubungiku ada apa?". Tanyanya kembali.
"Ish.. Tanyanya nanti dulu, masuk dulu gih, nggak enak tau ngobrol depan pintu...". Ujar Silvia mempersilahkan Nadia masuk.
Silvia membawa Nadia masuk ke ruang keluarga yang lebih santai karena tempatnya memang untuk bersantai, semisal tadi yang dilakukan Silvia duduk dengan camilan dan ditemani TV.
Di ruang keluarga ada sofa yang lebih santai dengan ruangan yang didesain seklasik mungkin. Ruangan ini memang jarang dipakai, selain karena Ludius sibuk diluar Silvia juga enggan memakainya karena membuatnya teringat akan rumah yang selalu ramai orang-orang.
"Duduk Nad, sorry yah.. Aku tiba-tiba menghubungi kamu nggak jelas sebenarnya karena aku bosan. Kamu nggak lagi ada kelas kan yah..?".
Nadia yang di bawa ke ruang keluarga duduk di sofa yang sedikit berantakan dan terdapat sisa camilan yang masih berhamburan ada di sekitar sofa membuatnya berfikir sepertinya Silvia memang butuh teman..
"Tidak mbak, aku kebetulan lagi libur beberapa hari karena Kampus sedang mengadakan seminar yang diikuti ribuan Mahasiswanya". Ujar Nadia yang sedang duduk santai dengan ponsel di tangannya
TOK TOK TOK
Tidak berselang lama Nadia datang, terdengar suara ketukan lagi dari pintu depan. Dan seketika senyum Silvia mengembang. "Nad, kamu tunggu disini ya.. Aku mau bukain pintu. Kayaknya si LingLing juga sudah dateng deh. Soalnya tadi aku hubungin dia juga Hihi.. ". Kata Silvia dengan senyum cengir tanpa dosa.
Nadia lantas tidak menyahut masih meneruskan main ponselnya, Silvia langsung pergi ke pintu depan meninggalkan Nadia yang terlihat serius dengan ponselnya.
"Sil.. Kamu telat bukain pintunya, aku udah masuk duluan! ". Omel Lingling yang sudah ada di ruang tamu.
"Iya sorry deh, soalnya aku nganter Nadia masuk dulu nih. Ayo sekalian ke ruang keluarga biar enak ngobrolnya.
Lingling terperanjat mendengar Putri Keraton ada di rumah Silvia. "Putri Nadia disini? Tidak apa-apa nih? Kau kan tahu sendiri aku orangnya blak-blakan kalau ngomong. Tadi malam saja di BAR aku nggak sengaja salah ngomong! ". Kata Lingling, ia menghentikan langkahnya.
"Kau terlalu HOROR Ling, Nadia itu orangnya loyal kok.. Dia bukan orang yang mudah tersinggung. Enak pokoknya kalau kamu ajak bicara". Silvia mendekatkan bibirnya pada telinga Lingling. "Asal kau tahu saja Ling, Nadia tuh lagi deket sama Wangchu tahu, ya.. Walau Nadia mungkin masih suka pada Kakak Ipar Lian sih.. Niatnya sih aku pengen comblangin mereka. Siapa tahu bisa jadian. Hihi.. ", bisik Silvia dengan terkekeh,
"Hah!! Seriusan?! ". Lingling kembali terkejut, Seketika insting gosip dan keponya muncul. Seketika Lingling membayangkan antara Nadia. wangchu dan Lianlian. "Hehe.. Boleh juga tuh".
"Bener kan.. Makanya ayo masuk".
"Hayok.. Masih kepo maksimal aku.. ". Kata Lingling yang biang gosip dan berhasil di bujuk.