15 menit berlalu setelah kepergian dari Cafe, hingga mobil sampai di sebuah bagunan yang mirip Rumah Sakit namun terlihat lebih privasi. Mungkin saja itu Rumah Sakit khusus yang didirikan oleh Orang-orang tertentu. Setelah mobil memasuki halaman rumah sakit yang privasi, mobil berhenti tepat di depan pintu.
Tidak lama kemudian, 3 suster dengan 1 Dokter keluar membawa ranjang dan kedua bawahan Daniel memindahkan Daniel ke kasur dan Suster membawanya ke ruang ICU.
Sejauh suster membawa Daniel masuk kedalam rumah sakit dan menuju ruang ICU Silvia terus mengikuti dengan langkah gemetar. Ia sangat takut jika nyawa orang yang menolongnya tiada begitu saja.
"Kamu harus selamat Tuan Daniel.. " kata Silvia, tangannya menggenggam erat tangan Daniel yang dingin.
Setibanya di depan ruang ICU,pintunya terbuka dan Daniel dibawa kedalam oleh Suster. Ketika Silvia ingin mengikuti namun ditahan oleh Suster. "Mohon tunggu diluar, secepatnya kami pasti akan melakukan hal yang terbaik untuk pasien". Kata Suster sebelum akhirnya pintu ruang ICU tertutup.
Do luar pintu ICU, terdapat bangku memanjang dan Silvia memilih duduk sementara sambil menunggu hasil pemeriksaan. Dua bawahan Daniel yang tadi ikut dalam membawa Daniel ke rumah sakit menghampiri Silvia.
"Bagaimana keadaan Tuan kami Nons?". Tanya salah satu dari kedua bawahan atau bisa dibilang tangan kanan Daniel.
"Uhm, belum ada jawaban pasti. Kita hanya bisa menunggu sampai Dokter yang menanganinya keluar" jawab Silvia dengan wajah tertunduk.
"Jangan khawatir Nona, Tuan kami sangat kuat dan memiliki daya hidup tinggi, apalagi menolong Nona juga sama pentingnya dalam hidup Tuan".
"Ya.. Aku harap juga begitu". Balas Silvia.
Tangan Silvia masih saja gemetar memikirkan semua hall yang akan terjadi pada Daniel. Pakaiannya yang kotor karena darah membuatnya semakin takut. Bayangan masa lalu terulang kembali, masa dimana ia melihat lautan darah dengan mayat yang menumpuk.
***
Satu jam telah berlalu Silvia dan kedua bawahan Ludius duduk tanpa bersuara menunggu di bangku yang memanjang di depan ruang ICU, namun belum ada tanda-tanda Dokter akan keluar.
"Ini sudah 1 jam lamanya, tapi kenapa Dokter belum keluar juga? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Jika diingat kembali ke 3 peluru mengenai seluruh punggung Daniel. Apakah tidak ada kepastian?". Gumam Silvia,
Dengan sabar meski Silvia merasakan lelah, pusing bahkan ia hampir pingsan karena tubuhnya sendiri telah mencapai batasnya. Apalagi karena hamil muda membuat Silvia mudah lelah lelah.
Setelah beberapa saat Silvia menunggu di ruang ICU, karena menunggu lama bersandar di dinding. Tidak berselang lama Silvia yang tadinya ingin memejamkan mata karena lelah terperanjat ketika melihat pintu ICU terbuka. Segera Silvia melangkah cepat menghampiri Dokter dan suster yang baru saja keluar.
"Dokter bagaimana keadaan Tuan Daniel?". Tanya Silvia cemas.
"Nona tak perlu khawatir, operasi pengangkatan peluru berhasil dengan baik. Kondisi pasien saat ini sudah jauh lebih baik meski sekarang belum melewati masa Kritis". Jelas Dokter,
"Sampai kapan Tuan Daniel harus melewati masa kritisnya Dok?" tanya Silvia cemas.
"Untuk hal ini masih membutuhkan beberapa waktu Nona, hal ini dikarenakan peluru yang ada di tubuh Tuan Daniel hampir saja melukai organ dalam tubuh". Kata Dokter menerangkan
"Baik terima kasih Dokter atas pemberitahuannya".
"Sama-sama, saya permisi dulu". Ujar Dokter melangkah pergi.
Di belakang Dokter yang merawat Tuan Daniel terlihat Daniel di bawa beberapa suster untuk dipindahkan ke ruang rawat VVIP.
Sejauh Suster membawa Daniel pergi, Silvia Terus mengikuti hingga sampai pada ruang rawat VVIP. Di dalam ruang VVIP, Tuan Daniel di baringkan di atas kasur yang sudah disediakan. Dengan kondisi ruangan yang sangat steril bahkan pengunjung diharuskan memakai masker.
Didalam ruang rawat yang memiliki fasilitas tingkat tinggi dibanding rumah sakit lain memang membuat Silvia aneh. Tapi ia tepis fikiran anehnya tentang siapa Daniel sebenarnya mengingat dia kini terluka serius karenanya.
Lebih mengherankan lagi kedua bawahan Daniel yang mengikuti selama dari Cafe membiarkan Silvia masuk begitu saja, seolah kedua bawahan Daniel memang sudah mengenal Silvia dan mempercayakan Daniel padanya.
Di atas tempat tidur yang nyaman kini terbaring pria teduh dengan wajah tampan yang terlihat pucat. Wajah yang jika dilihat kembali terlihat seperti bukan orang China ataupun korea, tapi lebih ke wajah orang barat daerah Rusia.
'Setelah beberapa jam aku bersama orang ini, dilihat kembali dia memang terlihat tidak seperti orang China. Ada darah Negara Lain yang mengalir di tubuhnya. Hanya saja.. Siapa dia sebenarnya? Mengapa aku merasa orang ini jadi terus mengikutiku? Apakah ini hanya perasaanku saja? '. Batin Silvia.
Silvia yang duduk di kursi samping kasur Daniel mulai merasakan pening kembali, rasa lelah dan Kepala yang begitu berat tiba-tiba saja menyerang Silvia. Ia yang mulai kehilangan kesadaran sedikit demi sedikit memegang kepalanya.
"Jangan sekarang.. Aku masih belum boleh pingsan, setidaknya sampai aku benar-benar tahu orang ini bangun dan melewati masa kritisnya.. ". Gumam Silvia.
Namun keadaan tidak sesuai keinginan, lambat laun seiring waktu berjalan Silvia semakin lama semakin kekurangan kesadarannya dan berakhir pingsan bersandar di atas kasur di samping Daniel.
Kesadaran Silvia yang hilang tidak ada seorangpun yang tahu hingga 2 jam lamanya, dengan kondisi yang memburuk Silvia masih terus berada di sisi pria yang menyelamatkan nyawa tidak hanya dirinya namun juga janin yang ada dalam kandungannya.
Perlahan namun pasti Daniel yang masih pingsan terbangun dari pingsannya dan keluar dari masa kritis. Bagi sebagian orang mungkin butuh Berjam-jam untuk pulih dari luka dalam, namun berbeda dengan Daniel, entah metode apa yang Dokter gunakan padanya, seolah itu hal biasa baginya.
Ia yang mulai bisa membuka kelopak mata mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Selain Itu ada yang aneh dengan tangannya, Daniel merasa tangannya sedang memegang seseorang. Begitu ia menoleh ke arah samping ranjang, sedikit terkejut melihat Silvia sedang tidur di samping dirinya.
"Silvia.. ". Gumam Daniel, tangannya menyentuh wajah Silvia yang seakan sedang tertidur membuatnya kaget begitu merasakan suhu tubuh Silvia sangat tinggi.
"Ceroboh.. Mengapa kau selalu memaksakan diri? Sudah tahu tidak kuat kau masih mau menemaniku?". Katanya pada wanita yang sedang memejamkan mata. Segera Daniel menyentuh bell untuk memanggil suster jaga datang.
Tidak berselang lama 3 suster terbaik datang memasuki ruang rawat dan melihat kemurkaan Daniel.
"Apakah kalian buta! Ada wanita pingsan di sampingku dan kalian diam saja!" Sentak Daniel. "Cepat rawat dia dan biarkan dia satu ruangan denganku!". Perintah Daniel pada ke tiga suster yang datang.