Chapter 272 - 272. Membawamu kembali

Setelah Ludius berhasil menemukan dimana Silvia berada, dengan langkah gontai ia keluar dari ruang rawat meninggalkan Daniel Qin dan sejuta pertanyaan yang singgah di hatinya. Setelah keluar dari ruangan, Ludius masih harus menyusuri tiap ruangan yang memiliki sejuta misteri, ia juga masih harus menunggu Wangchu kembali dari penyelidikannya yang sedang mengikuti Dokter serta suster yang tadinya keluar dari ruangan Daniel Qin.

Beberapa menit telah berlalu, Ludius yang membawa Silvia masih harus melewati beberapa ruangan lagi karena memang bangunannya begitu luas dan rumit. Mungkin bagi mereka yang memiliki ingatan buruk pasti akan tersesat.

Waktu seakan begitu lama berjalan, ia yang masih menyusuri rumah sakit dengan menggendong Silvia yang masih pingsan membuat hatinya sesak. Sebenarnya Ludius ingin menerima tawaran dari Daniel Qin untuk membiarkan Silvia di rawat olehnya yang memiliki alat medis memadai, namun Ludius tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan Daniel meski sudah ada bukti di depan mata, atau mungkin lebih tepatnya Ludius takut kehilangan hati Silvia.

"Sayang.. maafkan aku yang begitu egois tidak mengizinkanmu untuk dekat dengan pria lain meski ia mengatakan ingin menyembuhkanmu. Tapi aku jug tak ingin kehilanganmu.. aku hanya tidak ingin mendengar kenyataan yang Daniel katakan tentang kandunganmu Sayang.. aku tak ingin mendengar bahwa aku akan kehilangan salah satu dari kalian. Aku tak ingin, apa yang harus aku lakukan sayang?". Gumam Ludius dengan tubuh gemetar,

Setiap langkahnya semakin berat terasa, namun ia masih harus keluar dari tempat itu segerra mungkin hingga dari belakang terdengar suara langkah cepat yang mendekati Ludius.

"Ludius, tunggu!!". Panggil Wangchu dari belakang Ludius,

Ludius begitu mendengar suara langkah ia siap-siap menyerang jaga-jaga siapa tahu itu adalah musuh, namun begitu mendengar suara Wangchu ia menghela nafas panjang. "Wangchu, dari mana saja kau? Mengapa lama sekali padahal hanya mengikuti mereka yang jaraknya tidak jauh darimu!". Keluh Ludius

"Berhentilah menyalahkanku Boss, kau tahu sendiri memata-mati seseorang itu tidak mudah. Aku hanya heran, kita membuat ulah mengapa pengaman otomatis tidak menunjukkan tanda-tandanya akan ada penyusup? Atau jangan-jangan....!". seketika Wangchu terkejut memikirkan mereka di permainkan seperti ini.

"Terlambat untuk menyadarinya! Mereka sengaja menggiring kita masuk dengan menonaktifkan pengaman otomatis agar kita bisa masuk dengan mudah dan melihat semua yang ada di dalam sini". Jelas Ludius,

"Lalu apa tujuan mereka sebenanrya dengan memberitahu kita semua ini?, mereka tidak mungkin kan secara cukma-cuma pamer semua yang ada disini?". Kata Wangchu yang terkesan mengejek.

"Itu juga yang sedang aku fikirkan, entah apa tujuan mereka menarik kita untuk melihat semua ini yang jelas.. Daniel tahu bahwa kandungan Silvia bermasalah dan berakibat pada daya hidupnya. Dan yang membuatku kefikiran adalah Daniel menawarkan diri untuk merawat Silvia. Dia mengatakan dapat menyembuhkan luka dalam yang ada dalam rahim Silvia". Ujar Ludius, "Kita lanjutkan pembicaran setelah keluar dari tempat ini".

Menyusuri lantai dua untuk menemukan lift yang tadi di pakai seperti memecahkan teka teki labirin. Entah apa yang para ilmuwan itu fikirkan sehingga membuat bangunan yang begitu sulit untuk di ingat. Beberapa menit telah berlalu dan akhirnya sampai juga di lift yang membawa mereka menuju lantai dasar.

Di samping waktu dan tempat yang sulit untuk di cari jalan keluarnya, kondiai Silvia sepertinya semakin memburuk karena tidak adanya alat medis atau obat yang membantunya bertahan. "Wangchu kita harus mempercepat langkah untuk keluar dari sini. Kondisi Silvia semakin menurun, aku takut dia tidak akan bertahan sampai kita keluar dari tempat ini". Kata Ludius dengan gurat kekhawatiran yang terpancar jelas padab gurat wajahnya.

"Tenang saja, kita sebentar lagi bisa keluar dari tempat ini! Aku hafal ini adalah arah yang benar untuk menuju jalan keluar".

Dengan langkah yang di percepat dengan perasaan khawatir yang luar biasa Ludius dan Wangchu terus berjalan cepat tanpa henti. "Sayang bertahanlah..!" kata Ludius dengan bibir gemetar tak dapat mengatakan apapun.

Suhu tubuh Silvia semakin tak menentu dan sudah kehilangan kesadarann cukup lama membuat Ludius semakin khawatir. Akhirnya setelah beberapa menit berlalu Ludius dan Wangchu sampai juga di luar pintu rumah sakit Elit Wutian.

Mobil yang di parkirkan Wangchu tidak jauh dari lokasi, segera ia mengambil mobil tersebut sementara Ludius masih menunggu dengan Silvia yang masih ada di gendongannya..

"Ayo cepat masuk Ludius, kita tidak punya bannyak waktu untuk berdiam diri disini. Kondisi istrimu semakin memburuk". Seru Wangchu begitu mobil berhenti didepan Ludius.

Wangchu turun dari dalam mobil membukakan pintu mobil tersebut dan membantu Ludius membawa masuk Silvia. Tanpa basa basi Wangchu membawa kemudi mobil dengan kecepatan tinggi.

"Wangchu, ubah arah haluan ke rumah sakit tempat Linzy bekerja, akan lebih baik jika Silvia dirawat oleh Linzy" ujar Ludius.

Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke rumah sakit tempat Linzy bekerja, namun itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Silvia saat ini. Ditengah jalan Ludius mendengar suara lirih istrinya yang membuatnya kaget antara percaya atau hanya halusinasi..

"Sa..yang, akhirnya kau datang...". gumam Silvia lirih hampir tak terdengar karena suara tenggelam oleh ramainya kondisi jalan.

Awalnya Ludius tak percaya itu suara Silvia bahkan menganggap dirinya mungkin sedang halusinasi karena terlalu mencemaskan istrinya, namun begitu Silvia memgang jemari Ludius yang menyentuh lembut wajah Silvia membuat Ludius percaya bahawa itu suara Silvia,

"Sayang.. akhirnya kamu bangun juga, aku sudah sangat mencemaskanmu. Maafkan aku Sayang, kali inipun aku terlambat untuk menyelamatkanmu", kata Ludius dengan tubuh gemetar bahkan ia sembunyikan wajah putus asanya dari Silvia yang mulai membuka mata.

"Suamiku.. jangan engkau sembunyikan wajahmu dariku, apakah aku begitu menakutkan?". Tanya Silvia masih dengan suara serak nan lirih, dengan lembutnya Silvia tersenyum melihat suaminya menyembunyikan wajahnya.

Mata Silvia memang sudah terbuka, namun ia masih belum sepenuhnnya sadar dari pingsannya, sejenak Silvia terdiam mengingat kembali dengan apa yang telahg terjadi padanya. Seketika Silvia tersentak begitu ia menyadari sudah tidak berada di rumah sakit tempat dimana Daniel dirawat,

"|L