Chapter 287 - 287. Senja Bersamamu bag 2

Longshang baru saja keluar dari dalam mobil dan hendak pergi meninggalkan mereka berdua terhenti karena panggilan bossnya yang merepotkan.

"Longshang, pesankan makanan di dekat pantai. Nyonya Lu ingin makan malam berdua yang romantis..", seru Ludius pada tangan kanannya yang setia.

"Kau memang menyusahkan Ludius..! mau dinner romantis pun kau masih merepotkan orang lain..!!". gerutu Longshang,

"Ayolah Longshang, bukankah kita sahabat. Masa kau tidak mau membantuku barang sebentar. Hanya memesankan tempat dan makanan. Aku percaya kau bisa melakukannya." Seru Ludius dari dalam mobil.

Meski Longshang menggerutu di depan boss sekaligus sahabatnya itu tetap saja ia tidak bisa mengabaikan permintaan sahabatnya. Baginya kebahagiaan Ludius juga sama penting baginya. Longshang akhirnya pergi ke sebuah restaurant untuk memesankan tempat khusus di tepi pantai.

Silvia yang mendengar permintaan suaminya yang merepotkan ikut menyahut. "Suamiku, kau tega sekali meminta Longshang melakukan hal ini. Ingatlah dia bukan pembantumu Ludius..", tegur Silvia.

"Sayang, aku melakukan ini demi dirimu, tapi kau justru menyalahkanku..".

"Sudahlah!! Jangan tunjukkan tampang menyedihkanmu suamiku, itu tidak cocok untukmu". Komentar Silvia yang melihat wajah Ludius merengek di depannya.

Begitu mendapat komentar pedas istrinya, Ludius langsung merubah moodnya. Ia keluar dari mobil dengan tangan menggenggam istrinya dan membantunya turun dari mobil khawatir Silvia jatuh kembali karena tubuhnya memang belum stabil. "Sayang, kamu yakin ingin makan di sini?". tanya Ludius memperjelas keinginan istrinya.

"Uhm.. aku sudah mendingan kok, tadi mungkin karena kelelahan akibat terlalu lama berdiri di acara resepsi tadi." Silvia menganggukkan kepala tanda setuju untuk makan malam di tepi pantai, meski tubuhnya sedang kurang fit tapi sudah lebih baik dari sebelumnya.

'Saat seperti ini, bagaimanapun aku takkan menyia-nyiakannya. Apalagi Ludius sudah mendapat undangan dari Kerajaan Hardland, dan ada kemungkinan dia akan lama di Negeri orang. Membayangkannya saja sudah membuatku rindu. Hufft..', batin Silvia sambil membuang nafas pelan.

"Sayang.." panggil Ludius, pada istrinya yang tiba-tiba diam melamun

"Uhm, ada apa?". Tanya Silvia langsung memandang suaminya kaget.

"Apa yang kamu fikirkan sayang? Kalau memang kondisimu belum membaik, apa sebaiknya kita kembali?". Tanya Ludius khawatir.

Bucin satu ini memang paling tidak bisa melihat istrinya melamun, ia lebih baik mendengar ocehan atau omelan serta amarah istrinya dari pada lamunannya. Ludius mencium kening Silvia dan membelai lembut kepala istrinya dengan senyum mautnya yang tersungging manis di bibir seksinya.

"Ah, bukan apa-apa, hanya sedikit lelah. Mungkin karena terlalu lama berdiri tadi, sudah jangan di fikirkan. Ayok makan suamiku, aku lapar..". Silvia berbicara manja dan menggemaskan.

"Jangan memasang wajah menggemaskan seperti itu Sayang, atau aku akan memakanmun saat ini juga". Ludius mensentil kening istrinya. "Nyonya Lu mulai pandai menggoda rupanya..".

"Ishh.. siapa yang menggoda, akun hanya bilang aku lapar..!!".

"Ya baiklah, kamu benar sayang..".

Ludius menggandeng tangan Silvia berjalan kaki menyusuri hamparan rumput hijau yang membentang di sepanjang jalan menuju pesisir pantai. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka menikmati senja di sore hari dan berharap dapat melihat matahari tenggelam bersama dengan suara deburan ombak khas pesisir pantai.

Begitu sampai di pesisir pantai yang lumayan sepi, mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul 5.20 waktu setempat mulai terlihat senja kuning keemasan. Silvia yang tengah berdiri bergandengan tangan dengan suaminya menikmati ombak yang sedikit tenang dengan memandang ke arah sunset.

"Senja di sore hari memang yang paling indah. Suamiku, kamu harus sering-sering membawaku jalan-jalan seperti ini". Celetuknya,

"Apapun yang kamu inginkan Sayang, aku pasti akan memberikannya untukmu. Apakah kamu ingat pas kita honeymoon di Pulau Raja Ampat sayang?". Tanya Ludius mengingatkan memori saat mereka bersama.

Seketika Silvia menutupi mulutnya menahan tawa begitu ia teringat sesuatu. "Pfft.. ha.. ha.. Suamiku, mana mungkin aku lupa". Dan secepat kilat Silvia merengut menatap Ludius. "Ya..! waktu itu karena ulahmu kita jadi jatuh ke kubangan lumpur, Dasar usil..!". gerutu Silvia.

"Usil begini tapi Nyonya Lu suka kan..".

"Narsis.."

Di sela candaan mereka, dari arah samping seorang pria dengan pakaian pelayan datang menghampiri. "Permisi Tuan dan Nyonya, meja dan makanan yang anda pesan sudah siap..". katanya dengan setengah membungkuk memberi salam.

"Ya..".

"Mari saya antar Tuan..". Pelayan tersebut berjalan di depan pasangan Ludius Silvia, mengantar mereka menuju meja makan konsep outdoor yang sudah di siapkan.

Tepat di sebuah bangunan mirip pendopo yang di bangun di bibir pantai dengan beberapa hiasan tanaman hijau serta ornamen yang berada di bagian atap dan lampu kerlap kerlip yang menghiasi di atasnya membuat tempat itu terlihat sangat romantis dan nyaman untuk pasangan muda apalagi yang baru saja menikah.

"Silahkan di nikmati Tuan dan Nyonya, semua makanan yang Sekretaris anda pesan sudah kami hidangkan.." kata pelayan tersebut dengan ramah.

"Ayo makan Sayang.." Ludius membawa Silvia masuk ke dalam pendopo.

Di dalam sana sudah ada meja besar dengan 2 kursi yang di siapkan khusus untuk pasangan Ludius dan Silvia. Di atas meja sudah terdapat berbagai hidangan seafood dan ada pula daging ayam bakar serta bubur nasi abalon khas negara gingseng. Selain makanan pembuka dan isi, ada juga makanan penutup seperti desert ektrim dengan berbagai rasa, ada juga teh dengan campurann rempah-rempah. Semua di jamin halal, nikmat di santap berdua apalagi di senja hari tepat di musim gugur.

Di depan meja Ludius menarik kursi duduk untuk istrinya dan mengambilkan beberapa makanan pembuka yang letaknnya agak jauhan. "Di makan sayang, katanya lapar..". ujar Ludius.

"Uhm.. hanya saja yang aku tahu hanya ayam bakar, sisanya makanan asing semua. Uhm.. sepertinya nikmat..". Silvia yang memang sedang mengandung trimester pertama lebih banyak maunya meski kadang kala makanan yang di minta tidak ia makan.

"Di coba dulu Sayang, ini adalah bubur nasi abalon.." Ludius mengambilkannya dan menaruhnya di depan Silvia. Ia sendiri mengambil olahan seafood untuk disantap dengan nasi yang di siapkan.

Duduk berdua di temani senja yang menyinari belahan bumi Korea sambil menikmati santapan yang di hidangkan. Sesekali mereka saling suap dan canda tawa yang memecah keheningan. Tidak butuh kata-kata romantis atau hal yang besar untuk menyatakan keromantisan. Cukup duduk berdua bersama, bukankah itu sudah cukup..

"Suam.. miku, in.. nie ma..ssih bel.. lum habbiss.." kata Silvia dengan mulut yang masih penuh dengan makanan."

"Nafsu makanmu lumayan juga Sayang, setidaknya kalau kamu hamil harus lebih gemukan dari biasanya, atau aku akan di marahi ibu Mertua jika dia sampai tahu". Ujar Ludius