Chapter 289 - 289. Telefon dari Rekan Bisnis

Tidak butuh waktu lama untuk Ludius sampai di Bar Hang On karena letaknya memang tidak jauh dari tempatnya berada. Mungkin karena malam ini adalah malam minggu makanya parkiran cukup penuh di isi oleh mobil para turis yang sedang berlibur.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ludius langsung menyambar jasnya yang tergeletak di tempat duduk samping dan menyampirkannya di tubuhnya. Ia keluar dari mobil dengan sorot mata kelamnya yang menusuk melangkah memasuki Bar tanpa memperhatikan orang yang di sekeliling terutama kaum hawa yang memandang dengan tatapan terpana . Mungkin ini yang ke tiga kalinya ia harus mendatangi Bar karena sebuah urusan. Baginya Bar memang adalah tempat yang harus ia jauhi, selain karena memang berisi banyak godaan, disini adalah tempat yang paling tidak di sukai istrinya.

"Ludius..!" panggil Longshang serta melambaikan tangan pada Ludius yang hampir tidak melihatnya

Mendengar sebuah panggilan di antara ramainya Bar, Ludius melihat ke sekeliling dan mendapati Longshang yang tengah duduk sendiri di depan meja bar tender dengan 1 gelas wine yang tergeletak di depannya.

"Kau tidak mencari gadis untuk menemanimu minum?", tanya Ludius begitu sampai, dia memilih kursi di samping Longshang. Dan penjaga bar tender segera menghampirinya.

"Kau tahu sendiri perasaanku! Mengapa masih menanyakannya. Jangan samakan aku denganmu yang mampu berganti wanita sesuka hati untuk menemanimu minum.." sindir Longshang

"Hahaha.. aku memang bermain dengan wanita, tapi semua wanita yang aku mainkan adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi. Karena hal itu aku memiliki banyak koneksi di berbagai tempat"

"Dasar licik..", timpal Longshang.

"Apa yang ingin anda pesan Tuan?" sela bartender pria muda seumuran Longshang.

"Coffe Mocacino and latte",

"Ok.. tunggu sebentar Tuan.." Bar tender yang berjaga memanggil pelayan Bar untuk menyiapkan pesanan Ludius.

Sedangkan Longshang yang sedang menikmati winenya memainkan gelasnya sambil menatap serius Bossnya. "Setelah kedatanganmu di sini, kau bilang ada pergerakan dari Dark Phantom. Jadi pergerakan apa yang mereka buat secepat itu Ludius?". Tanya Longshang lirih, ia tahu dimanapun pasti ada mata-mata yang tak terlihat karena mampu berkamuflase dengan keadaan sekitar.

"Sesampainya kami di resort, tidak butuh waktu lama ada seseorang yang meninggalkan sebuah surat peringatan. Dan yang membuatku bingung sampai sekarang adalah isi surat tersebut mengatakan kalau dia mengetahui identitas lain dari Silvia serta mendeklarasikan dirinya itu sudah bertunangan dengan Silvia karena sebuah perjodohan Leluhur..! menurutmu bagaimana Longshang?".

"Aku tidak tahu pasti mengenai hal ini, tapi yang jelas untuk saat ini adalah Dark Phantom ingin menunjukkan posisimu saat ini yang kalah 1 babak dengannya".

"Aku tahu.. maka dari itu aku ingin kau segera mencari tahu informasi tersembunyi mengenai Keluarga Zhuan secepatnya. Karena jika kita telat mengambil langkah aku takut dia akan bergerak dengan membawa nama Keluarga Inti dan mengatasnamakan Perjodohan Leluhur untuk menekanku dan Silvia".

"Ludius, kau terlalu banyak musuh yang mengelilingi. Untung saja saat ini Blak Emperor tidak membuat pergerakan yang nyata. Aku juga mengkhawatirkan ia akan memanfaatkan situasi yang terjadi antara kau dengan Dark Phantom".

"Kalau soal itu kita fikirkan nanti, masalah Silvia adalah yang terpenting untuk saat ini. Aku tidak ingin karena kecolongan waktu dan akhirnya Dark Phantom mendapatkan apa yang ia inginkan!. Ohya, segera selidiki siapa yang menyusupkan surat di bawah pintu. Sekecil apapun petunjuk kita harus mempertimbangkannya. Huft..", Ludius menghela nafas pelan. Ia memijat pelipis matanya yang tengah pening memikirkan banyak hal.

Di tengah perbincangan mereka, pelayan wanita datang membawakan Coffe pesanan Ludius dan menaruhnya di meja. "Tuan, silahkan di nikmati Coffe nya". Kata pelayan tersebut ramah.

"Uhm.." Ludius melambaikn tangan memberi tanda bahwa ia tidak membutuhkan apapun dan menyudahi pesanannya, lalu eplayan itu pun pergi.

"Jadi.. langkah apa yang akan kau ambil Ludius?". Lanjut Longshang meneruskan diskusi mereka sembari menenggak minumannya.

"Untuk sementara aku akan ikuti pergerakan mereka dan memilih zona aman agar tidak ada yang menargetkan Silvia selama kepergianku. Seperti yang kau tahu, aku akan pergi ke Kerajaan hardland untuk menemui Pangeran Richard dan meminta kejelasan dari penyelidikannya..".

"Bagaimana dengan laboratorium yang masih terbengkalai. Apa kau tidak ada keinginan untuk memakainya sebagai tempat penelitian?". Tanya Longshang

"Tidak untuk saat ini sampai kita tahu pasti siapa pemiimpin Dark Phantom sebenarnya yang menginginkan penemuan Kakek untuk pengembangan produksi massal mereka HMD 103". Ludius mengambil cangkirnya dan menyeruput kopinya yang lumayan masih panas.

Bzzt.. Bzzt..

Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba ponsel Ludius bergetar, sepertinya ada panggilan masuk dari seseorang. Begitu Ludius mengambil ponsel dan melihat siapa yang menelfonnya, terlihat sebuah nama sahabat baik dari dunia bawah, dia adalah Arthur.

'Ada apa dia menelfonku?'. Batin Ludius, akhirnya diangkatnya telefon tersebut.

["Hallo.."] sapa Ludius

["Aku butuh bala bantuan besok di pelabuhan Hamburg jam dua malam"] terang Arthur tanpa basa basi di ujung telefon,

["Oh kau rupanya Arthur, baiklah tidak masalah. Apa imbalannnya?"] tanya Ludius serius meski ia hanya bercanda mengenai pembayarannya,

["Kau ingin berapa?"] tawarnya

'Ho.. kau memberiku penawaran.. menarik!'. Batin Ludius

["Hahaha.. 50%"]

["Terlalu tinggi, 20%]

["Baiklah, baliklah.. karena kita rekan bisnis aku akan datang.. sangat, sangat terlambat.. Hahaha.."]. balas Ludius di ujung telefon dengan tertawa seringai

["Kau memang brengsek Ludius! 15% penawaran terakhir"]

["Deal!"].

Tut.. Tut.. Tut..

Ludius memutus panggilannya, ia langsung melihat kearah Longshang dengan serius.

"Siapa yang menelfonmu Ludius? Sepertinya kau baru saja melakukan transaksi?".

"Rekan bisnis kita Arthur baru saja menghubungiku untuk meminta bantuan dari kita. Sebenarnya aku hanya bercanda tapi dia menjanjikan 15% dari hasil perjanjian penjualan senjatanya dengan Rusia.