Chapter 291 - 291. Morning bebz.. bag 2

Dengan tubuh yang berbalut handuk kimono putih dengan bagian dada yang dibiarkan terbuka, hingga terllihat jelas dada bidang nan atletis itu sang Ludius mencuri ciuman pagi istrinya. Mengubah pagi yang cukup dingin dengan kehangatan sentuhan bibir yang saling terpaut.

Dan entah mengapa pagi ini Silvia tidak menolak ciuman nakal yang sedikit lebih lembut dari suaminya, dan membiarkannya menyesap dan mengulum lebih dalam dari biasanya. Sisi lain dari hati Silvia diam-diam justru merasa senang dengan perlakuan suaminya.

Namun begitu Ludius teringat mereka harus kembali pagi ini membuatnya perlahan melepas tautan ciuman mereka. "Selamat pagi Sayang.." sapa Ludius,

Dengan cepat Silvia mengalihkan pandangannya ke samping, mungkin wajahnya saat ini terlihat sangat menggemaskan atau mungkin justru aneh, dengan malu-malu ia membalas sapaan suaminya. "Pagi.." jawab Silvia lirih.

"Mengapa kamu mengalihkan pandanganmu Sayang?" Ludius mengeratkan pelukannya. "Apakah kamu sudah agak baikan?".

"Uhm.. sudah agak baikan dari tadi malam,"

Begitu Ludius tak sengaja menyentuh perut Silvia ia teringat belum menyapa buah hati mereka, ia melepas pelukannya dan sedikit berjongkok, dengan senyum hangatnya ia menempelkan telinganya di dekat perut istrinya yang sebenarnya masih belum terlihat karena memang masih berumur 2.5 bulan.

"Pagi Nak.. Papa ada di sini untuk menyapamu, papa harap kamu tidak menyusahkan mamamu di dalam sana ya. Kasian mamamu sering kelelahan dan hampir pingsan. Papa selalu mengkhawatirkan kesehatanmu dan mamamu . Tumbuhlah dengan baik di dalam sana ya, karena di sini papa dan mama dengan sabar menunggu kelahiranmu", kata Ludius mengutarakan isi hatinya.

Silvia yang mendengar ini tentu saja hatinya tersentuh, ia tersenyum sambil menyentuh lembut perutnya. "Terima kasih ya suamiku, kau mau menyapa buah hati kita sepagi ini. Tapi ngomong-ngomong kamu masih berbalut kimono. Cepat ganti pakaian deh, kalau ada orang yang lihat kan nggak lucu suamiku.." tegur Silvia.

Ludius beranjak dari tempatnya, ia mengecup kening Silvia dan pergi dengan senyum nakal, "Ish.. memang siapa lagi yang bisa melihat tubuh atletisku selain kau Sayang.." ujarnya sedikit berteriak yang sudah di depan koper mengambil setelan jas untuk di pakainya.

"Narsis.. ohya, kita akan kembali ke China pagi ini yah?"

Langkah Ludius terhenti, ia menoleh ke arah Silvia dan berjalan mendekatinya yang sudah menunjukkan raut kecewa meski istrinya berusaha menyembunyikannya. "Iya Sayang, maafkan aku. Malam nanti ada hal yang harus aku urus bersama Longshang dan tidak bisa di tunda. Lagi-lagi aku menunda kebersamaan kita.." katanya sambil menyentuh wajah lembut istrinya.

"Tidak apa-apa, aku ngerti kok Suamiku.. kalau gitu aku mandi dulu ya." Balas Silvia dengan senyum menyembunyikan perasaan sedihnya. Ia langsung pergi menghindari suaminya.

'Sayang.. kamu pasti kecewa karena aku lagi-lagi membatalkan waktu untuk kita berdua. Sekali lagi maafkan aku sayang..', batin Ludius, ia melanjutkan langkahnya ke kamar ganti.

***

-Hotel Wistle Lark

Setelah semalaman Longshang mabuk sendirian di Bar Hang On dan membuat onar disana dengan mengigau menyebut nama Linzy Abigail berulang kali hingga membuat beberapa orang kesal, dia akhirnya di bawa seorang wanita menuju hotel Wistle Lark.

Longshang yang pagi ini terbangun berada di sebuah kasur empuk diruangan yang cukup luas sontak saja terkejut. Ia segera beranjak dari tidurnya dan melihat kesekeliling dengan heran. "Siapa yang membawaku ke kamar ini? Ah.. sial! Bagaimana aku bisa seceroboh ini dan mabuk hingga kehilangan kesadaran?!". Umpatnya pada diri sendiri. Ia memegang pelipis matanya dengan kening berkerut menahan sakit kepala sisa mabuk semalam.

Dengan kesadaran yang belum pulih sepenuhnya Longshang menjelajahi ruangan satu kamar tersebut sambil melihat-lihat siapa tahu orang yang membawanya masih ada di dalam.

"You're awake?". (kau sudah bangun?) tiba-tiba seorang wanita keluar dari ruangan ganti dengan memakai dress ¾ berwarna merah darah.

Longshang yang di sapa terkejut, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Terlihat wanita beperawakan yang tinggi nan ramping, begitu seksi dengan gincu yang merah menggoda, entah tidak bisa di pastikan tapi dia terlihat seperti.. 'Wanita panggilan?' batinnya menerka.

"Yes! As you can see. Thank you for bringing me her.. So! How much is it for your kidness tonight?" (Ya! Seperti yang kau lihat. Terima kasih telah membawaku kemari. Jadi.. berapa biaya untuk layananmu malam ini?). tanya Longshang dengan memandang acuh wanita di depannya.

Mendengar perkataan Longshang yang merendahkannya bagai mucikari, ia langsung mendekat kearah Longshang dan menarik dasi panjangnya. "Hei Tuan berdasi! Jangan fikir kamu memakai kemeja dan dasi panjang membuatmu sesuka hati merendahkan orang lain dan menganggapnya mucikari. Aku masihlah wanita baik-baik!", kata wanita itu penuh tekanan dengan tatapan tajam menatap intens Longshang.

"Hei Nona, ternyata kau bisa berbicara bahasa China juga..". Longshang mencekal tangan kanan wanita tersebut dengan membalas tajam tatapannya. "Dengar! Jika kau bukan mucikari, lalu apa yang sedang kau lakukan padaku sekarang? Bukankah ini sama saja dengan menggoda?".

"Ini karena kau yang meminta Tuan berdasi! Aku sudah menyelamatkanmu dari amukan orang-orang di Bar, kau justru membalasnya dengan merendahkanku. Apa semua pria di dunia ini sama brengseknya sepertimu?".

Seketika Longshang lansung terdiam, ia mencoba mengingat kembali apa yang telah di perbuatnya semalaman.

#FLASH BACK

Malam itu setelah kepergian Ludius yang menemaninya di Bar, Longshang yang jarang minum entah mengapa bisa sampai berkeinginan minum hingga menghabiskan 2 botol wine. Ia yang duduk sendiri dengan gelas yang berisi wine teringat akan Linzy Abigail yang menurutnya seperti menjaga jarak dengannya,

"Zy.. setelah sekian lama kita berpisah dan di pertemukan kembali 5 tahun lamanya, mengapa kau terlihat menjauhiku? Apakah cinta kita yang lama terjalin pupus begitu saja? Apa salahku padamu Zy?". Kata Longshang meracau, ia yang sudah menghabiskan satu setengah botol wine hampir kehilangan kesadarannya.

"Jika saja waktu itu aku bisa membuktikan ketidakbersalahanku padamu, Apakah kau masih mau percaya padaku? Sial.. nyatanya kau memilih mempercayai Ayahmu yang hanya berkata sekali timbang percaya padaku yang jelas kekasihmu. Hahaha... cinta memang buta bukan!". Kata Longshang dengan tawa keras yang menggelegar di dalam Bar.

Sontak saja sikapnya mengundang perhatian banyak orang, dan mendapat teguran dari bartender karena tawanya yang mengganggu pelanggan lain.

"Tuan, bisakah pelankan suara anda. Tawa anda mengganggu pelanggan lain", tegur sang bartender.

"Diam kau! Aku hanya tertawa, apa salahnya dengan itu?". Sentak Longshang, ia benar-benar telah kehilangan kesadaran hingga sikap Longshang yang kalem dan cerdik hilang begitu saja dari dirinya

Dengan langkah gontai Longshang berdiri dan mengacungkan gelasnya ke bar tender.