Chapter 299 - 299. Aku yang tak berdaya di hadapan Takdir bag 3

Melihat reaksi dari Ludius, sepertinya dia memang tidak terlalu mempermasalahkan atas kesalahan Longshang yang meninggalkan Silvia begitu saja. Segera Linzy masuk ke dalam menyusuri kediaman Lu hingga menaiki tangga menuju kamar yang Silvia tempati. Di belakangnya Ludius mengikuti dengan perlahan, dengan perasaan sedikit penyesalan karena mengabaikan Silvia selama di bandara tadi.

Di depan pintu kamar, bibi Yun baru saja keluar dari dalam membawa nampan dengan mangkuk sisa makanan. "Nona Linzy, silahkan masuk. Nyonya Silvia baru saja makan sedikit bubur".

"Oh baik Bi, saya akan segera masuk.." Linzy masuk ke dalam kamar yang Silvia tempati, namun Ludius yang ada di belakang Linzy seakan malu untuk masuk.

Lebih tepatnya Ludius merasa bersalah atas apa yang di perbuatnya dan tidak bisa menemui istrinya begitu saja. Bibi Yun yang melihatnya mendekat dan memberi senyuman. "Tuan, mengapa anda takut menemui istri sendiri? Menurut saya, jika ada kesalah pahaman ya harus di selesaikan. Jangan saling diam atau kalian akan memperparah keadaan. Katakan saja apa yang Tuan ingin katakan, saya percaya Nyonya akan mengerti dengan keadaan Tuan" ucap Bibi Yun menasehati layaknya orang tua ganti.

"Baiklah Bi, jujur aku bingung dengan keadaan yang seperti ini, apalagi kondisi fisik dan emosional Silvia sedang tidak stabil. Aku hanya tidak ingin itu mempengaruhi tubuhnya."

"Tidak ada hal yang bisa di katakan baik kalau belum mencoba Tuan, Nyonya Silvia sangat mengerti keadaan anda. Maka dari itu dia tidak menyalahkan anda dan memilih diam untuk menenangkan fikirannya. Masuk saja Tuan, temui istri anda".

Akhirnya Ludius masuk juga dan melihat Silvia yang sedang di periksa kondisi kesehatannya secara sederhana. Pasalnya Linzy datang tidak membawa alat medisnya,

"Bagaimana keadaannya Zy?" tanya Ludius yang sudah berdiri di samping Silvia yang sedang tertidur

"Untuk sementara waktu istrimu harus istirahat total. Dia terlalu kelelahan dengan perjalanan kemarin dan terlalu memaksakan diri".

"Iya aku sadae itu.."

"Dan satu hal lagi, rahimnya terus membesar dengan seiring berjalannya waktu, namun luka dalamnya masih 50% tersisa. Ini sangat berdampak di trimester kedua dan ketiga, Ludius kau harus cepat mengambil keputusan menggugurkan kandungan Silvia atau mencari cara lain untuk mengobati rahimnya, karena ini menyangkut nyawa Silvia dan janin yang ada dalam kandungannya", kata Linzy lirih karena tak ingin Silvia yang tengah tidur dalam pengarauh obat terbangun,

"Uhm.. aku akan segera mengambil keputusan. Tapi sebelum itu aku ingin kau disini untuk sementara waktu menjaga Silvia. Akhir-akhir ini dia sering mengeluhkan sakit di perutnya",

"Aku mengerti, kalau begitu aku keluar dulu. ini sudah senja dan sepertinya kau akan pergi bersama Longshang untuk sebuah Misi?"

"Benar, aku ada misi bersama Longshang malam ini. Jadi aku mengaharapkan kau dengan yang lain ada disini untuk menemani Silvia agar dia tidak melakukan hal aneh lainnya"

"Baiklah, malam ini aku akan disini dan meminta Nadia dan lain untuk datang juga menemani. Aku keluar telebih dahulu".

Linzy keluar dan memberikan waktu untuk mereka bersama, memang bagi sebuah pasangan waktu seberapa banyakpun takkan cukup untuk menggantikan kebersamaan yang tersisa, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Ludius duduk di atas ranjang menatap istrinya yang sedang tertidur dengan air mata yang tergenang di ujung kelopak matanya. Dengan lembut ia menyeka air mata istrinya dengan ujung jemari kekarnya.

"Sayang, dalam tidurpun kau menangis? Apakah aku telalu menyakiti perasaanmu?" tanya Ludius lirih seakan sedang mencurakan isi hatinya.

Karena masih ada waktu beberapa jam untuk menjalankan misi, Ludius rebahan di samping Silvia dengan tangan melingkar di pinggang istri tercintanya. "Biarkan seperti ini sebentar saja. Rasanya sangat nyaman.." Ludius mencoba memejamkan mata barang sebentar dan hanyut dalam waktu yang terus bergulir.

***

Di ruang tamu Longshang masih menunggu kedatangan Linzy, ia duduk di sofa dengan kedua tangan menyangga kepalanya yang terasa berat. Ia menoleh sebentar ke arah tangga dan melihat Linzy sedang datang menghampirinya.

"Bagaimana kondisi Silvia? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Longshang spontan,

"Silvia baik-baik saja, kau tak perlu tertekan seperti itu. Lagi pula Silvia sudah ada Ludius, kau seharusnya lebih memperhatikan kondisimu". Tegur Linzy pada Longshang yang terlihat kelelahan,

"Aku baik-baik saja, aku hanya butuh istirahat sebentar dan kondisiku akan kembali pulih". Sergah Longshang meski memang yang di katakan Linzy semua benar adanya,

"Terserah kau lah! Yang penting aku sudah mengingatkan. Jaga dirimu baik-baik karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang"

"Kau mengatakan itu seolah kita akan berpisah saja", Longshang menarik lengan Linzy dan mendudukkannya di sampingnya. Dengan lembut Longshang memandang Linzy yang sudah ada di depannya. Matanya menatap serius wanita yang di cintainya.

"Dengar aku Zizy, kita sudah berpisah 5 tahun lamanya. Bagaimana mungkin aku membiarkan hal itu terulang kembali?!" ucap Longshang,

"...", Linzy justru mengalihkan wajahnya mencoba menghindari tatapan tegas nan lembut pria yang ada di depannya.

"Mengapa kau diam Zy, kau tidak mungkin berfikiran untuk meninggalkanku kan?"

"Memang apa yang salah dengan aku meninggalkanmu Longshang! Kita sudah 5 tahun tidak bersama, jadi tidak ada salahnya kalau kita benar-benar berpisah bukan?!". Katanya masih dengan mengalihkan pandangannya,

"Lalu untuk apa penantianku selama 5 tahun ini jika kita berpisah begitu saja?! Apakah itu yang kau inginkan Zy?". Tegas Longshang, ia memaksa Linzy untuk memandang wajahnya dengan menekan dagunya,

"Iya.." balas Linzy dengan cepat tanpa melihat tatapan serius Longshang

"Bohong..! aku tahu kau sedang membohongi perasaanmu Zizy. Sebenarnya apa yang sedang kau sembunyikan dariku? Apakah diam-diam ada yang sedang menekanmu?". Pertanyaan dan sikap Longshang semakin menjadi-jadi sampai dia tidak ingat sedang berada di kediaman orang lain.

"Tidak, itu murni keputusanku sendiri. Kita memang sudah tidak ada kecocokan satu sama lain, jadi berpisah adalah hal yang terbaik.." ucap Linzy dengan menyembunyikan wajahnya. Tangannya saling mengatup seakan sedang menutupi perasaan dan keadaan yang sebenarnya.

Longshang yang mendengarnya langsung melepas cengkramannya dari dagu Linzy, ia beranjak dari duduknya dan berjalan mundur beberapa langkah. "Apa kau yakin dengan ucapanmu Zy?"., tanyanya kembali untuk memastikan

"Ya! Ini adalah keputusan yang terbaik.." jawabnya masih dengan mengepalkan tangannya menahan diri

"Baiklah jika ini yang kau mau Zy, mulai saat ini detik ini kita adalah orang asing. Tidak ada masa lalu atau masa depan, aku harap kau tidak menyesalinya..", ucap Longshang dengan tenang meski hatinya gemetar hebat. Ia memilih pergi meninggalkan Linzy sendiri di ruang tamu yang tenang,