Chapter 308 - 308. Belanja di pasar

Silvia yang masih mengajarkan step by step cara mengolah ubi menjadi camilan yang bernama combro terhenti karena tempe untuk isiannya yang nanti akan di jadikan sambal habis. Ia memutar otaknya sejenak dan memikirkan apakah isiannya harus di ganti atau harus mencari bahan bakku tempe di luar.

"Bi, Apakah Bibi ingat di daerah Huangpu ada penjual dari Indonesia yang memproduksi tempe dan tahu?" tanya Silvia sambil mengingat-ingat tempatnya.

"Iya Nyonya, di daerah Huangpu ada orang dari Indonesia yang kebetulan jualan bahan baku tersebut. Nyonya ingin saya membelikannya?". Tanya Bibi Yun yang sedang meracik bumbu untuk sayup sop.

"Tidak perlu Bi, aku ingin keluar sendiri untuk mencari bahan bakunya. Sudah lama akku tidak ke pasar pagi. Disana juga ada beberapa barang yang ingin aku beli"

"Tapi Nyonya, kondisi anda masih belum membaik. Lebih baik saya saja yang membeli bahan makanan tersebut", sanggah Bibi Yun, ia sangat tahu Nyonya nya itu sangat mudah menjadi incaran saat ini.

"Ayo dong Bi.. aku juga ingin jalan-jalan dan menghirup udara bebas.." bujuk Silvia,

"Bagaimana kalau saya ikut Bi? Kan masih ada penjaga bayangan dan Zain yang menjaga Silvia" sahut Lingling ikut memohon

"Kalian ini, sudah menikah pun masih suka merengek, Huft.." Bibi Yun hanya bisa menghela nafas panjang dengan sikap Nyonya nya itu, "Baiklah Nyonya, kau bisa pergi tapi harus di kawal oleh penjaga bayangan."

"Aku takkan menolaknya, Bibi bisa memerintahkan penjaga bayangan untuk mengikutiku. Ayo Lingling.." Silvia menarik tangan Lingling dan menghentikan akhifitasnya.

"Loh, kok aku di tinggal Mbak? Tega sekali kamu.." celetuk Nadia yang sedari tadi diam

"Sebentar kok Nad. Sementara waktu kamu temenin Bibi Yun di Mansion yah, aku mau belanja dulu.." ujung kata Silvia meliuk indah seolah sedang menikmati pagi harinya.

Silvia dan Lingling bersiap diri dengan tas mereka masing-masing. Ia yang saat ini memakai long dress sederhana tetap saja tidak meninggalkan kesan anggun yang terpancarkan dari dirinya, meski sebenarnya ia adalah wanita yang cerewet, jutek jika di depan suami bucinnya.

***

Setelah menempuh perjalanan 15 menit mereka akhirnya sampai di pasar Tian Zi Fang di daerah Huangpu dengan mengendarai mobil berkecepatan sedang. Setibanya di sana pengunjung langsung di manjakan dengan sebuah gang sempit dengan kanan kiri berjajaran banyak toko dan makanan ringan yang di jajakan.

Silvia dan Lingling yang baru saja turun langsung terpesona dengan pemandangan bangunan kuno dan lampion yang bergantungan, hingga kini kelestarian tempat masih di pertahankan. Selain sayuran dan makanan ringan ala pedagang kaki lima di pasar ini juga terdapat banyak toko souvenir seperti aneka bentuk giok, gucci dan sebagainya. Dan yang paling membuat Silvia tertarik karena ada 1 penjual asal Indonesia yang berjualan bahan baku tempe dan tahu khas Indonesia.

"Ayo kita masuk, kau boleh mencari jajanan sesukamu. Aku yang bayar" kata Silvia menawarkan dengan senyum meringis memperlihatkan gigi cantiknya.

"Kalau gitu aku takkan sungkan untuk menguras dompet Nyonya Lu dan borong semua jajanan disini." Ujar Lingling.

Silvia dan Lingling mulai meyusuri pasar serta melihat-lihat ke sekeliling toko mencari barang yang mereka inginkan. Namun ada hal yang membuat Silvia dan Lingling merasa risih yaitu beberapa penjaga mereka yang diam-diam mengikuti mereka seperti pengintai.

"Apa kau juga merasa kita sedang di ikuti?" bisik Lingling dengan mata memandang kesekeliling curiga.

"Huft.. apa kau lupa Bibi Yun menyuruh anak buah Ludius untuk mengikuti kita. Mereka pasti sedang membuntuti secara diam-diam, karena memang mereka penjaga bayangan"

"Oh pantes, aku ngrasa ada yang buntuti kita sejak tadi. Tidak tahunya anak buah Nyonya Lu", sahut Lingling dengan nada ledeknya.

Lingling masih melihat-lihat dan seketika matanya berbinar melihat sebuah toko souvenir yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini, "Lihat souvernir dulu yuk, kayaknya bagus-bagus deh..", ajak Lingling langsung menarik tangan Silvia menuju toko tersebut,

Begitu sampai di depan toko, Lingling langsung menyambar beberapa gelang yang terbuat dari batu giok berwarna hijau. "Ya ampun Sil, lihat.. gelangnya cantik-cantik banget. Pengen beli satu-satu deh" ujar Lingling yang mulai heboh dengan pernak pernik yang ada di depan matanya.

"Mulai deh, kebiasaanmu kumat". Cibir Silvia, "Kita kesini kan mau membeli tempe dan tahu untuk masak, kita di tunggu orang rumah Ling". Tegur Silvia pada Lingling sambil menyenggol lengan kanan sahabatnya itu.

"Bagaimana kalau kau cari bahan masakannya dulu, nanti kita ketemu di mobil setengah jam lagi?" tawar Lingling dengan wajah memelas,

Silvia hanya bisa menghela nafas melihat kelakukan sahabatnya yang heboh itu. "Baiklah, setengah jam lagi kita akan bertemu di mobil. Aku pergi dulu!".

Silvia melangkah pergi meninggalkan Lingling yang masih memanjakan dirinya dengan aneka souvenir di depannya.

Silvia melangkah perlahan menyusuri banyak toko dan pedagang kaki lima sambil mengingat-ingat dimana lapak orang tua itu berada. "Seingatku Pak tua itu lapaknya ada di sekitar sini, tapi mengapa sekarang tidak ada? Apa iya aku salah ingat?". Fikir Silvia.

Karena tidak menemukan lapak penjual tempe dan tahu, Silvia akhirnya memilih bahan masakan lainnya serta beberapa bumbu dapur untuk persediaan di bagian los sayuran.

Cukup lama Silvia memilih karena memang banyak yang ia butuhkan dan tidak jarang pula ia menawar ala pembeli di pasar Indonesia pada umumnya,

"Pak, bagaimana kalau 1000 yen?" tawar Silvia.

"Tidak bisa Non, sayur ini memang sedang tidak panen tahun ini jadi sangat langka. saya jadi tidak bisa menjualnya kurang dari 1200 yen" ujar pak penjual sayuran,

Tawar menawar Silvia yang sedikit alot, membuatnya tidak bisa mendapatkan sayur dengan harga yang biasanya. Ada saja pak penjual sayur alasannya, sampai bilang sayur tidak panen segala.

"Bisa saya beli beberapa Pak?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada di samping Silvia.

Sontak Silvia yang mendengar suara tersebut berjingkat kaget dan melihat kearah sumber suara. "Maaf Tuan, sayur ini saya yang membeli terlebih dahulu", sela Silvia begitu sayuran pilihannya di ambil pria tersebut,

"Kau menginginkannya Nona?" tanyanya dengan santai. Silvia yang mendengar suaranya dan melihat postur tubuhnya yang tidak asing membuatnya harus mengingat kembali ia pernah melihat orang tersebut dimana?

"Uhm. Kau bisa memberikan sayuran tersebut padaku?" tanya Silvia,

"Boleh saja, Tapi sepertinya Nona melupakan satu hal..." kata orang tersebut menggantung.

Ia yang sedari tadi memakai kaca mata hitam dengan senyuman melepas kaca mata yang di pakainya didepan Silvia. "Nona pingsan, akhirnya kita berjumpa kembali.." ujarnya dengan senyum menyapa Silvia.