Chapter 309 - 309. Belanja di pasar bag 2

Silvia memperhatikan baik-baik pria yang ada di depannya, sekilas seperti orang yang di kenal. Namun ketika sang pria menyapa sontak Silvia langsung mengingat orang terseebut,

"Kau! Bukankah kau orang yang waktu itu?", kata Silvia dengan menunjuk tepat di wajah sang pria.

"Ya aku adalah pria yang ada di restaurant waktu itu, dan pria yang mengantarmu kembali dalam keadaan pingsan. Nona sudah mengetahui siapa aku, tidakkah Nona memberikan ucapan terima kasih?", ucapnya dengan tenang dan masih memandang intens Silvia,

Tatapan mata pria itu sungguh memabukkan orang yang melihatnya. Retina matanya yang biru dengan cara menatapnya yang intens mampu menghipnotis siapapun yang berhadapan dengannya. Untung saja dia memakai kaca mata hitam tadi, mungkin kalau pria itu mengumbar tatapannya bahkan satu pasar ini bisa penuh wanita yang datang hanya untuk melihat betapa memabukkan tatapan matanya.

Sejenak Silvia memang terhipnotis, mungkin karena ia jarang melihat orang barat di China, tapi bukan berarti itu akan cukup untuk merobohkan pertahan hati Silvia yang setinggi gunung efersh. Segera Silvia menyadarkan dirinya dari tatapan memabukkan pria tersebut dan mengalihkannya melihat kearah sayuran.

"Terima kasih telah menolong dan mengantarku waktu itu." Silvia melihat pria itu sambil menunjukkan sayur yang ada di tangannya. "Kau meminta ucapan terima kasih dariku kan? Kau boleh ambil semua sayuran ini sesukanmu. Jangan khawatir, aku akan membayarnya untukmu!" sambung Silvia sedikit ketus, ia meletakkan sayurannya dan mengambil dompet yang ada didalam tasnya.

"Pak sayuan disini saya beli semuanya dan tolong berikan pada pria ini!" kata Silvia melihat ke arah sayng pria sambil memberikan beberapa ribu yuan pada penjual itu.

Penjual paruh baya tersebut melihat nominal yang Silvia berikan sedikit terkejut. "Maaf Nona, ini masih sisa banyak."

"Sisanya untuk bapak saja, permisi..!" Silvia pergi dari depan lapak bapak tersebut tanpa mengatakan apapun lagi pada sang pria, membuat sang pria semakin terusik.

"Tunggu!" cegah sang pria

Silvia menghentikan langkahnya dan menoleh. "Apakah ada yang kurang Tuan? Atau sayurannya kurang banyak?". Tanya Silvia yang sedikit mengejek.

"Nothing is lacking. Because what's lacking is your presence". (Tidak ada yang kurang, karena yang kurang adalah kehadiranmu) jawabnya dengan percaya diri.

Silvia memejamkan matanya sejenak untuk mengatur emosinya, gombalan yang pria itu katakan ia sudah sering mendengarnya. Hanya saja mungkin karena dia pria tampan rasanya lebih enak didengar, mungkin..

"Apakah sudah selesai? Sekarang apa lagi yang kau inginkan Tuan?". Tanya Silvia dengan senyum di paksakan.

'Pria ini sungguh menyebalkan, dia sudah membuang waktuku secara sia-sia, bahkan aku sampai belum mendapatkan bahan makanan satupun karenanya!'. Gerutu Silvia dalam hati.

Pria itu menerima bungkusan berisi banyak sayur yang di beli Silvia tadi dari pak penjual dan melangkah mendekat kearah Silvia. "Aku tidak membutuhkan sayuran darimu, sebagai gantinya aku hanya meminta sesuatu hal kecil darimu.." katanya dengan menarik tangan kanan Silvia dan memberikan kembali sayuran yang sudah Silvia beli.

"Aku tidak menerima barang yang sudah aku berikan," Silvia memberikan balik sayuran ke tangan sang pria. "Kalau kau ada permintaan lainnya, katakan saja!" ujar Silvia dengan senyum tipisnya.

"Temani aku makan dan berkeliling sebentar, aku baru di Negara China ini dan kau sepertinya hapal sekali dengan keadaan seluk beluk di kota Shanghai.." katanya beralasan.

Ok! Si pria mulai beralasan, sedikit jengkel pastinya mendengar alasan konyolnya yang mengatakan baru di China tapi sudah berkeliaran bahkan sampai kepolosok pasar. Tapi mau semarah apapun Silvia, ia tetaplah pria yang sudah menyelamatkannya.

'Baiklah, untuk kali ini aku akan menuruti permintaan pria aneh ini. Menghadapi Ludius saja sudah buat sakit kepala, ini keluar satu lagi yang menyebalkan! Aku harap ini pertemuan yang terakhir.' Batin Silvia menggerutu.

"Baik.. aku akan menemanimu. Ini yang terakhir kalinya. Untuk sayuran yang ada di tanganmu, itu sudah menjadi milikmu. Terserah mau kau apakan aku tidak peduli".

"Karena ini pemberian, aku akan memasaknya untukmu. Bagaimana?" tawarnya

"Terserah kau, aku disini hanya menemanimu"

Si pria tanpa aba-aba menarik tangan Silvia dan membawanya menelusuri jalan sempit dipasar, seolah sudah tahu tempat mana yang akan di tuju. Silvia yang melihat hal ini baru menyadari pria ini hanya pura-pura tidak tahu jalan dan hanya memanfaatkannya.

"Hei tunggu! Kau mau membawaku pergi kemana?" tanya Silvia setengah berteriak,

"Kesebuah restaurant, bukankah tadi sudah kukatakan, temani aku makan."

"Pembohong murahan, kau tadi mengatakan tidak tahu jalan sekarang malah menarikku seperti ini. Lebih aneh lagi kau muncul tiba-tiba di pasar. Apa jangan-jangan kau itu pengungtit?" cibir Silvia yang masih berjalan cepat mengimbangi langkah si pria.

"Mungkin.." jawabnya singkat membuat Silvia semakin jengkel dengan sikap so cool nya.

Lama Silvia di bawa pergi menjauh dari lokasi penjual sayur dan ia bahkan meragukan dimana dia saat ini. Meski Silvia sudah lama di China, nyatanya masih banyak tempat asing yang belum Silvia datangi atau ketahui.

Pria itu menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah makan dengan arsitektur ala Kerajaan pada Dinasti Ming. Cukup indah nan cantik, sangat cocok sebagai tempat pariwisata sejarah. Silvia yang baru melihat saja langsung kagum melihat bangunan yang kental akan sejarah.

"Bagaimana kau bisa tahu tempat seindah ini?", tanya Silvia tanpa sadar sambil terus memperhatikan dari jauh setiap ukiran yang terpahat di dinding dan bagian lain dari bagunan tersebut.

"Kalau itu, ra-ha-sia, Aku akan membawamu masuk menikmati beberapa hidangan khas disini." Katanya dengan percaya dirinya,

Silvia hanya mendengus kesal mendengar jawaban menyebalkan dari mulutnya. "Aku masih banyak pekerjaan lain, kita tidak bisa berlama-lama disini atau kau aku tinggal saat ini juga!"

"Baiklah Nona pingsan, aku tidak ingin di salahkan lagi jika tiba-tiba kau pingsan disini. Itu akan sangat merepotkan",

"Kau pandai mengejek juga rupanya.." timpal Silvia,

"Aku hanya meniru kebiasaan kalian, tidak lebih.." sahut sang pria cepat

"Kau menang!"

'Dasar pandai bersilat lidah, ada saja akalnya untuk memojokkanku! Sudahlah.. lebih baik lupakan itu sejenak dan menikmati keindahan tempat ini terlebih dahulu sambil sarapan. Lapar..' batin Silvia mencoba acuh dengan sikap pria yang belum ia ketahui namanya.

Mereka masuk ke dalam restaurant tersebut, beberapa pelanggan di dalamnya terlihat seperti orang yang memiliki status tinggi. Terlebih lagi hal yang membuat Silvia terkejut adalah ketika mereka sampai didalam semua orang langsung merubah sikap mereka dan berbondong-bondong mendekati pria yang ada disamping Silvia.

"Tuan.." sapa beberapa orang yang sudah berdiri berjajar menyamping menyambut pria itu.