Chapter 310 - 310. Menemani Sarapan Sang Pangeran

Manajer restaurant begitu mendengar sang pria datang mengunjungi restaurantnya langsung keluar dari dalam bersama beberapa pelayan wanita terbaiknya.

"Yang...." perkataan sang manajer terhenti.

Belum sempat manajer restaurant menyapa, sang pria langsung menatap tajam ke arahnya dan orang lain yang sedang menyambutnya untuk diam.

"... Halo Pak Manajer, perkenalkan ini teman saya." Memperkenalkan Silvia yang ada di sampingnya. Karena disini ia belum mengenal Silvia, si pria sengaja menyenggol siku Silvia untuk memperkenalkan diri.

"Halo, saya Silvia. Apakah Tuan-Tuan ini sedang menyambut kedatangan pria yang ada di samping saya? Kebetulan dia sedang membutuhkan teman untuk makan bersama" kata Silvia dengan tersenyum puas. Setidaknya pria itu tidak bisa mengelak jika orang-orang yang berbaris itu benar ingin menyambut kedatangannya.

Si pria yang di sudutkan Silvia hanya terdiam sementara mata birunya menatap tajam pada orang-orang yang berjajar di depannya, seakan memberi isyarat untuk tutup mulut dan menjauh.

"Oh, tidak Nona. Kami hanya ingin menyambut Tuan ini karena kami memiliki beberapa bisnis dengan beliau." Ujar salah satu orang yang berjajar mewakili berbicara bahkan dengan tubuh gemetar mendapat tatapan si pria.

"Benar, aku sedang mengembangkan bisnis di sektor perindustrian dan menjalin kerja sama dengan beberapa kolega di China.". sahut si pria mengiyakan.

"Alasan..! bilang saja pria sepertimu tidak ingin idetintasnya terungkap", celetuk Silvia lirih,

"Kalau Nona Silvia memang ingin mengetahui tentangku. Mengapa tidak langsung di tanyakan saja? Mumpung aku masih ada disini." Balas si pria tidak kalah lirihnya.

Pak Manajer yang datang bersama beberapa pelayannya tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk menjamu kedatangan si pria meski dengan syarat tidak membuka identitasnya. Dengan penuh perhatian dan keramahan Pak Manajer menyambut kedatangan mereka sekali lagi.

"Tuan Richard dan Nona, mari masuk. Kami ada beberapa menu sarapan spesial pagi ini.." sambut Pak Manajer.

"Boleh, Tuan-Tuan silahkan lanjutkan sarapan kalian. Sebagai ucapan terima kasih karena i'tikad babik kalian menyambut saya. Sarapan kali ini biar saya yang membayarnya." Ujar si pria yang bernama Richard.

"Terima kasih Tuan Richard. Kami akan senang hati menerima jamuan Tuan pagi ini". Sahut salah satu dari orang yang menyambutnya.

"Tidak perlu sungkan, silahkan duduk kembali dan nikmati sarapan kalian".

Mereka yang menyambut kembali ke tempat duduk masing-masing. Sedangkan Richard serta Silvia di arahkan oleh pelayan wanita ke tempat duduk yang sudah di siapkan.

"Mari Tuan dan Nona, manajer telah mempersiapkan tempat khusus untuk anda berdua." Kata pelayan mempersilahkan,

"Tidak perlu, kami akan makan disini saja bersama yang lain," ujar Richard. Ia yang membawa bungkusan besar berisi sayuran memberikannya pada pelayan. "Oh ya tolong siapkan masakan menggunakan sayuran ini. Teman saya menginginkannya tadi" sambungnya sambil melirik ke arah Silvia,

Pelayan tersebut menerima bungkusan tersebut "Baik Tuan, akan segera kami siapkan", ujar si pelayan lalu pergi.

Richard meraih tangan Silvia dan menariknya ke tempat duduk dekat jendela. "Duduklah, tidak nyaman kalau harus terus berdiri". Ujarnya, iapun menarik kursi depan Silvia dan mempersilahkannya duduk.

Silvia merasa masih ada yang tidak beres dengan pria yang bernama Richard itu, apalagi ia sangat di hormati di Negeri orang. 'Sebenarnya orang ini siapa? Tidak mungkin juga dia bisa begitu dihormati di Negeri orang jika dia tidak memiliki status tinggi.' Batinnya.

Silvia masih memandang Richard acuh dan berusaha untuk tidak menatap matanya. Ia melihat ke arah jendela yang berada tepat di sampingnya dengan pemandangan luar nampak dengan berbagai toko dan lampion di atasnya.

"Kau mengacuhkan ku?" tanyanya membuka percakapan setelah tenang beberapa saat.

"Tidak, itu hanya perasaanmu saja" balas Silvia masih acuh.

"Oh, baiklah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Tapi kau sungguh tidak ingin menanyakan mengapa aku begitu di segani banyak orang?" katanya masih dengan kepercayaan dirinya.

"Buat apa aku bertanya kalau pada akhirnya kau tidak menjawabnya. Buang waktu saja".

"Jawaban yang menarik, jarang ada yang begitu berani menjawab pertanyaanku dengan membuang muka. Kau cukup berani"

"Berani karena aku tak mengenalmu dan tak ingin mengenalmu. Anggap saja pembicaraan ini sebagai salah satu rasa terima kasihku karena kau telah menolongku. Setelah ini kita anggap impas dan tidak saling mengenal satu sama lain!"

Silvia selalu menjawab acuh bukan karena sombong atau angkuh. Hanya saja setelah ini ia harap tidak bertemu lagi dan menghindari hal aneh ke depannya. Karena menurutnya, pria yang bersamanya saat ini bukanlah orang biasa dan dapat berakhir masalah jika Ludius mengetahuinya.

Beberapa saat keduanya saling diam, bahkan pengunjung lain yang tadi menyambut Richard tidak berani bersuara. Mereka seakan sedang dalam jerat sang penguasa dan hanya bisa menikmati sarapan dalam ketegangan melihat Richard dalam mood kurang baik akibat acuhnya Silvia,

"Jujur, mulutmu sangat pedas Nona Silvia. Aku tidak tahu bagaimana reaksi pria lain jika mendapat perkataan seperti itu langsung darimu.."

"Aku tidak peduli dengan itu, terutama pria mencurigakan sepertimu. Dan satu hal lagi, aku sudah bersuami, jadi maaf jika aku menjaga jarak dan berkata kurang sopan jika kau bertindak kurang ajar".

"Sayang sekali kau sudah bersuami, padahal aku sangat tertarik padamu Nona Silvia," Ujarnya sambil memandang Silvia dengan senyum mautnya. Senyum tipis namun mampu memikat mata kaum hawa.

"..."

Silvia tidak menyahut perkataan Richard dan masih menikmati angin yang berhembus dari balik jendela. Ia benar-benar sangat acuh seakan sedang menguji kesabaran Richard sang Putra Mahkota dari Kerajaan Hardland.

"Permisi Tuan dan Nona.." sela pelayan wanita yang membawa troli atau meja dorong dengan di atasnya tersaji berbagai menu makanan yang asing bagi Silvia.

Beberapa pelayan datang untuk menyajikan makanan yang sudah siap dan diantaranya membawa red wine kualitas tinggi, mungkin harganya berkisar 1 juta RMB. Sebelum mereka pergi, kepala pelayan membukakan Red winenya terlebih dahulu dan menuangkannya ke gelas yang ada didepan Richard dan Silvia,

"Silahkan di nikmati makanan dan minumannya Tuan dan Nyonya. Jika ada yang kurang kami siap melayani", kata kepala pelayan lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Setelah kepergian pelayan, Richard mengambil gelasnya dan menunjukkannya pada Silvia. "Mari Nona, silahkan di nikmati winenya. Ini khusus Manajer siapkan untuk anda",

"Terima kasih Tuan, tapi saya tidak mengkonsumsi alkohol. Saya cukup air putih untuk menemani anda minum" balas Silvia. Ia mengambil gelas berisi air putih dan mengangkatnya didepan Richard.

Sedikit kecewa wanita yang di incarnya tidak meminum alkohol, tapi justru ini yang membuat Richard tertarik. "Menarik.." gumamnya.,

"Apa yang menarik?!" tanya Silvia selidik dengan tatapan memandang Richard serius.