Kakak Lian yang melihat Huan diam saja memandang Silvia langsung menepuk pundak Huan untuk menyadarkannya. "Huan, apa yang sedang kau fikirkan?" tanya Lian padanya.
"Ehm.. ada apa Tuan?" tanyanya sedikit kaget dan langsung menoleh kearah Lian.
Lian langsung mendekatkan wajahnya kearah Huan, "Aku tidak tahu apa yang sedang kau fikirkan, tapi aku harap kau tidak berfikiran untuk membuat masalah disini".
Shashuang langsung tersenyum ramah. "Tuan tidak perlu khawatir, saya akan bersikap profesional semana mestinya"
"Baguslah kalau begitu..". Kakak Lian langsung melihat Silvia yang semakin tersenyum nakal melihatnya akrab bersama Huan xian,
'Adikku ini, apakah dia sedang berfikir kalau kami sedang saling bercanda di depannya?' batin Lian, ia hanya bisa menghela nafas atas pemikiran naif adik iparnya,
Sedangkan Silvia yang menjadi bahan pemikiran dua orang di depannya malah salah faham dan mengira mereka sedang saling pandang dan lirik dengan perasaan yang saling terpendam satu sama lain. Benar-benar naif bukan..
"Kakak Lian dan Nona Huan, silahkan duduk.." Silvia mempersilahkan duduk kedua kakak di depannya dengan senyum jahil masih menggoda Kakak iparnya.
Mereka berdua duduk di sofa sudut yang ada di ruangan. Huan yang sejak awal membawa bungkusan kecil berisi camilan buatannya sendiri, berniat memberikannya pada Ludius. Tapi sepertinya tidak semudah yang diharapkan.
"Ohya, hampir saja kelupaan. Saya membawa beberapa camilan buatan sendiri untuk Tuan Lu. Silahkan diterima Nyonya.." Huan langsung beranjak dari duduknya dan memberikan bungkusan tersebut pada Silvia.
"Terima kasih, Nona Huan tidak perlu repot-repot membawakan sesuatu untuk suami saya. Karena Nona Huan teman kakak ipar saya, panggil saja saya Silvia." Dengan senang hati Silvia menerima bungkusan camilan yang diberikan Huan.
"Ohya, Kakak ipar datang kekantor ada urusan apa dengan Ludius? Kebetulan Ludius sedang pergi ke Hamburg, Jerman untuk urusan kerja dengan koleganya yang ada disana." Tanya Silvia, ia menaruh makanan tersebut di meja kerja.
"Kakak kemari hanya untuk mengecek keadaan kantor, tahu sendiri Ludius sering sekali absen dari kantor dan banyak meninggalkan tugas yang menumpuk dimeja." Ujar kakak Lian.
"Benar sekali kak, ini saja aku yang tidak pernah melihat keadaan kantor sekali datang langsung melihat setumpuk laporan di meja. Ah.. pria itu memang paling bisa merepotkan orang. Hufft.." keluh Silvia, ia yang duduk di meja kerja mulai menghubungi CS untuk mengantar minuman untuk tamunya.
"Kakak Lian dan Huan ingin minum apa, biar Silvia pesankan," tanyanya sambil kembali melihat beberapa dokumen yag tersisa.
"Apa saja, kau tak perlu repot-repot adik. Lagi pula kamu sedang sibuk mengurus beberapa laporan yang menumpuk." Balas Kakak Lian menolak.
"Saya ice coffe saja, kebetulan ini sudah siang dan sepertinya sangat nikmat kalau minum ice coffe di jam seperti ini."
Mendengar hal itu, Kakak Lian langsung melihat kearah Huan dengan tatapan sedikit tidak sukanya. "Jangan menyusahkan adik Silvia, kau meminta hal yang merepotkan!." Tegur Kakak Lian lirih dan tertebak oleh Silvia.
"Kakak ipar tidak perlu sungkan, kalau Nona Huan ingin ice coffe biarkan saja, nanti aku pesankan." Silvia langsung mengambil gagang telefon kantor dan memesankan beberapa ice coffe dan makanan ringan untuk menyuguhi tamu spesialnya. Pasalnya Silvia memang jarang bertemu dengan Kakak Lian. Dan anggap saja ini untuk sesi pendekatan antara Kakak dan adik ipar.
Sambil menunggu pesanan ice coffe datang, Silvia yang sedang memeriksa dokumen mencoba untuk berinteraksi dengan Kakak Lian dan Huan. Mereka ngobrol banyak, mulai dari hal yang berhubungan dengan bisnis, keseharian Kakak Lian di Kantor Jiang Grup sampai pada kebiasaan Ludius waktu umur 3 tahun.
"Ya.. Sejak dulu Ayah dan Ibu sangat memanjakan Adik Lu dan memang dia sudah dingin dan angkuh sejak kecil. Entah dia menuruni sifat siapa sampai bisa memikili sifat angkuh dan dingin seperti itu pada orang lain" Kata Kakak Lian di akhir ceritanya.
Pembicaraan antara Kakak Lian dengan Silvia memang sangat seru hingga tak jarang mengundang gelak tawa. Namun sepertinya Huan terlihat diam saja sejak tadi dan tidak merespon sedikitpun dari pembicaraan kami. 'Mungkin dia tidak mengerti siapa Ludius, makanya dia tidak menyahut sedikitpun pembicaraan kami'.
Silvia pun merasa bersalah karena membuat Huan tidak nyaman dengan membahas masalah non formal yang tidak diketahuinya di depannya. "Maaf Nona Huan, saya malah keasyikan bercerita dengan Kakak ipar mengenai suami saya. Dan malah membuat anda bingung dan canggung."
"Tidak masalah, lagi pula aku juga mengenal Tuan Lu dengan baik.." balas Huan dingin tanpa ekspresi dengan menyimpan kejengkelan yang tertahan di dalam hatinya.
Lianlian mendengar ucapan Huan langsung menoleh dan menatap tajam kearah Huan, "Ingatlah akan peringatan dariku Huan! Jangan mengatakan hal yang tidak perlu!." Bisik tegas Lian pada Huan yang sudah memberi kode apa yang ingin di katakan selanjutnya.
"Benarkah.. Nona Huan sudah mengenal suamiku?, yah. Aku akui Ludius memang sangat terkenal dimanapun dia berada, apalagi di kalangan para wanita." Kata Silvia, tiba-tiba raut wajahnya berubah muram seperti memiliki perasaan yang sedikit terluka. Ia menundukkan wajahnya dan memalingkannya kearah lain dan merasa malu untuk menatap Huan.
'Apakah Huan ini salah satu wanita masa lalunya? Kalau iya.. apakah dia datang kemari untuk meminta pertanggung jawaban? Lalu bagaimana dengan kakak Lian?.' Batin Silvia yang sudah berfikiran entah sejauh mana.
Kakak Lian yang menyadari wajah Silvia langsung melirik Huan. "Sudah ku peringatkan untuk tidak membuat masalah! Dan kau justru mengundang masalahmu sendiri dengan tidak bisa menjaga mulutmu. Kita kembali saat ini juga!" bisik Lian setengah marah. Ia menarik lengan Huan dan beranjak dari duduknya.
Bagi Kakak Lian, Silvia adalah anggota keluarga yang paling di sayanginya di antara Keluarga Lu yang tersebar di daratan China, karena Silvialah satu-satunya yang menjadi penghubung antara dia dan Ludius. Karena Silvia pula Ludius bisa bertahan sampai saat ini, dengan terus berada disisi adiknya tidak peduli bagaimanapun keadaannya. Meskipun ia harus bersikap tegas pada Huan yang sedikit mengusik hatinya.
"Lho.. Kakak ipar dan Nona Huan, kalian mau kemana? Ice coffenya sebentar lagi sampai loh." Cegah Silvia,
"Kakak harus kembali ke kantor Silvia, kami kemari memang ingin mengecek keadaan kantor. Tapi syukurlah sudah ada adik ipar disini. Jadi aku tidak perlu khawatir lagi mengenai kondisi kantor." katanya beralasan untuk menghindari kecurigaan Silvia
Lianlian terus mengawasi Huan agar tidak mengatakan apapun, ia yang melihat mimik bibir Huan akan mengatakan sesuatu langsung memandang tegas ke arahnya dengan mengeratkan genggamannya. "Diam!". Bisik Lian.