Chapter 315 - 315. Hanya ingin memanjakan istri karena rindu

"Kamu sedang memperingatkanku? Apa hak mu untuk itu!." Balas Huan masih dengan berbisik meski hatinya ingin meronta dan mengatakan bahwa Ludius seharusnya adalah calon suaminya.

"Aku ada hak karena kau ada dalam pengawasanku! Lupakan masalah surat wasiat dari Ibuku, itu hanya masa lalu!". Balas Kakak Lian masih dengan suara berbisik.

Mendengar bisik-bisik Silvia menjadi tidak enak pada kakak ipar dan Huan, 'Mereka sepertinya sedang dalam masalah. Sebenarnya apa yang mereka debatkan?.' Batin Silvia. Karena penasaran, Silvia akhirnya beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah mereka.

"Kakak ipar dan Nona Huan, sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Jika ada masalah, tidak bisakah di bicarakan secara baik-baik?" tanya Silvia yang tidak sadar juga mereka sedang membicarakan tentangnya.

Lian langsung melirik tegas Huan untuk diam, dan mengalihkan pandangannya kearah Silvia dengan senyuman. "Adik, tidak perlu pedulikan kami, ini hanya masalah kecil antar pasangan muda. Doakan saja Kakak iparmu ini bisa segera mengambil hati Huan" canda Lianlian yang sebenarnya merupakan KODE KERAS untuk wanita yang masih menggilai adiknya yang sudah beristri.

Silvia langsung tersenyum lebar, "Chie.. Kakak ipar, harus gerak cepat nih biar tidak di ambil orang. Silvia pasti akan dukung kakak ipar sepenuhnya. Sayang loh kak, Kakak Huan itu cantik dan baik pula," puji Silvia.

Lian yang mendengar pujian Silvia untuk Huan hanya bisa mengiyakan dengan senyum yang sedikit di paksakan. 'Adik ipar, tidakkah kamu terlalu baik pada orang lain? Dia ingin merebut suamimu dan kamu justru memuji dia sedemikian rupa. Untung saja Ludius tidak disini..', batinnya.

Mungkin untuk saat ini Lianlian hanya bisa memaklumi fikiran dan sudut pandang Silvia yang selalu berfikir positif tentang orang lain. Tapi tetap saja tidak akan membiarkan Huan berbuat sesukanya pada hubungan pernikahan adiknya.

Dari arah pintu terlihat gagang pintu berputar dan pastinya akan ada orang yang masuk. Silvia fikir itu orang dari CS yang mengantarkan minuman untuk tamunya, tapi tidak mungkin CS main buka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. 'Jadi siapa yang datang?'

"Sayang.. aku dengar kamu mengunjungi kantor untuk mengurusi beberapa dokumen yang menumpuk.." seru suara Ludius dari balik pintu,

Merasa di tinggalkan sehari semalam oleh Ludius, bagaikan seabad bagi Silvia. Dengan senyum merekah ia melangkah cepat ke arah pintu. Betapa bahagianya Silvia saat melihat sosok suaminya datang dan tepat ada di depan matanya. Dengan cepat Silvia memeluk Ludius dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

"Jahat!, kamu pergi pun tidak mengucapkan selamat malam terlebih dulu padaku..!", protesnya, seketika Silvia bertingkah manja seakan sudah tidak bersama suaminya berbulan-bulan.

"Sayang maafkan aku. Malam itu kamu sangat lelah dan kondisimu sedang tidak stabil. Bagaimana mungkin aku membangunkanmu dan mengatakan aku akan pergi untuk beberapa waktu.." balas Ludius sambil membelai surai rambut panjang istrinya.

Lianlian yang melihat ikut berbahagia atas kesungguhan cinta mereka. "Ekhem.. bisa kalian hentikan sebentar sayang-sayangannya. Masih ada aku disini loh..". celetuk kakak Lian,

"Hehe.. Kakak Lian," ujar Silvia, ia langsung melepas pelukannya.

Ludius yang juga baru menyadari ada orang lain didalam ruangan langsung menoleh kesamping. "Kakak Lian, dan Nona Huan.. untuk apa kalian ada disini?". Tanya Ludius dengan santai.

"Aku hanya ingin mengecek keadaan kantor karena dengar-dengar kau sedang dalam perjalanan bisnis, begitu tiba di ruanganmu ternyata istrimu sudah ada disini. Ya sudah kami akhirnya sedikit ngobrol dan kami berniat ingin kembali", kata Kakak Lian menerangkan.

Ludius langsung menatap istrinya dengan selidik. "Apa saja yang kamu bicarakan dengan Kakak Sayang."

"Ish.. dasar cemburu tidak pada tempatnya! Kita hanya membahas beberapa pekerjaan. Lagian Kakak ipar kemari juga bersama orang lain." Balas Silvia dengan setengah berbisik. Tentu saja karena malu dengan sikap suaminya yang bucin parah, sampai saudara pun ia selidiki.

"Kalian lanjutkan saja pembicaraannya. Kakak dan Huan harus kembali ke kantor Jiang, jika ada waktu lagi kakak pasti akan datang kemari untuk melihat keadaan kantor. Kalau begitu sampai jumpa adik ipar.." sela Lianlian dan memberikan senyuman sebelum melangkah keluar pintu.

"Kakak ipar dan Nona Huan. Hati-hati di jalan.." sahut Silvia.

Kakak Lian akhirnya keluar dari ruang Direktur dengan sedikit memaksa Huan yang sedari tadi ingin mengatakan sesuatu pada Ludius.

Brak!!!

Dengan acuh Ludius menutup pintu dengan menendangnya begitu Kakak Lian keluar bersama Huan. Seketika terdengar suara langkah yang mendekat kearah pintu, mungkin mereka penasaran siapa yang sedang mengamuk dengan membantng pintu dengan sedemikian kerasnya. Tapi Ludius tidak peduli.

"Sayang, ini waktunya kita untuk berdua. Aku tidak peduli dengan orang lain karena Ludius Lu sudah sangat merindukan istri tercintanya.." ucap Ludius nakal, ia langsung menggendong Silvia menuju sofa dan mendudukkannya disana.

"Ludius, ini masih di kantor! Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Silvia dengan mendelikkan matanya.

"Tidak ada. Hanya ingin sedikit memanjakan istri karena rindu, memang tidak boleh?". Ujanya beralasan. Ia duduk di samping Silvia dan mengangkat tubuh Silvia lalu mendudukkannya di atas pangkuannya.

Wajah Silvia merona merah, ia yang seharian merindukan suaminya begitu mendengar rayuan sang suami justru mengalihkan pandangannya malu. "Alasan.." balasnya.

"Terserah kamu mau mengatakan apapun boleh Sayang, tapi wajahmu tidak bisa membohongiku kalau istriku ini juga sama rindunya sepertiku." Ludius menarik dagu Silvia hingga mereka saling tatap. Tanpa meminta izin Ludius langsung mencuri ciuman istrinya,

Entah mengapa Silvia yang biasanya memberontak kini pasrah di hadapan suaminya. Mungkin ciuman adalah obat mujarab untuk mengobati perasaan rindu yang tertahan seharian yang dirasa olehnya.

Semakin lama semakin dalam pula ciuman yang Ludius berikan, ia yang rindu dengan bibir ranum merah istrinya sedikit memainkannya, menyesap dan mengulum pangkal lidahnya di dalam mulut istrinya. Perlahan Ludius melepas tautan ciumannya dan tersenyum simpul.

"Kamu tidak mengelaknya Sayang?", tanya nya dengan matanya menggoda Silvia jahil,

"Tidak!. Mau bagaimana lagi, kau menciumku secara tiba-tiba dan aku tidak punya waktu untuk melepas ciuman darimu.." balas Silvia beralasan.

Ludius mensentil kening Silvia manja. "Dasar tsundere. Mulutmu saja berkata tidak, tapi hatimu sungguh bersorak senang mendapat ciumanku. Iya.. kan." Tebaknya masih dengan kejahilannya.

"Augh, sakit tahu!" Silvia mengusap keningnya. Dengan manja ia mensungutkan bibirnya yang merah yang membekas akibat ciuman mereka. "Tidak! Mana ada wanita yang senang di paksa untuk berciuman. Narsis..!" Silvia terus saja mengelak meski semua yang dikatakan Ludius tidak ada yang salah. Sedikit menahan gengsi itu perlukan bagi seorang wanita, apalagi di depan suami narsis seperti Ludius.