Chapter 316 - 316. Melakukan Pemeriksaan USG

Baru beberapa detik mengelak, Silvia yang memandang suaminya, matanya langsung berkaca-kaca dan memukul-mukul dada bidang suaminya dengan kesal. "Jahat, tega! Bisa tidak kalau pergi itu bicara dulu! aku yang bangun tidur pagi-pagi dan tidak melihatmu itu rasanya aneh tahu!." Omel Silvia habis-habisan dengan setengah terisak.

'Memang istriku yang manja, baru saja mengelak rindu, sekarang justru menangis. Maafkan aku ya Sayang.. lain kali kalau aku mau pergi pasti akan memberitahumu,'

Ludius mecium kening Silvia lalu memeluknya kembali untuk menenangkan emosi Silvia yang berubah-ubah, padahal hanya terpisah 1 hari saja tapi bagi mereka 1 bagai abad lamanya. Mereka terdiam cukup lama tenggelam dalam ketenangan untuk sementara waktu dan menikmati kebersamaan mereka.

Setelah dirasa perasaan Silvia mulai tenang, Ludius melepas pelukannya. "Seharian tanpaku, apa yang kamu lakukan Sayang?", tanya Ludius santai, ia masih tidak memperbolehkan istrinya beranjak dari pangkuannya.

"Tidak ada, tadi malam aku setelah aku terbangun sudah ada Nadia dan yang lainnya. Ya.. kita ngobrol kesana kemari, trus paginya teringat kamu masih pergi aku belanja ke pasar. Sudah itu saja.." ujar Silvia menjawab semua yang ditanyakan suaminya kecuali pas ia bertemu Richard. Silvia tahu pasti akan berakhir seperti apa nantinya jika suaminya sampai tahu akan hal itu.

"Benar, hanya itu Sayang?" tanya Ludius selidik,

"Iyalah, memang apalagi yang dilakuin sepagi ini kalau bukan masak dan belanja?!" Silvia mengelak secara sarkas.

'Apa Ludius sudah tahu soal aku bertemu dengan pria yang menolongku? Tapi aku tidak salah kok, hanya menemani dia sarapan. Itupun aku di paksa atas nama terima kasih.' belanya namun hanya bisa dalam hati.

"Ya sayang, aku hanya tanya, jangan cemberut gitu dong.."

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang Direktur, "Nyonya Lu, pesanan ice coffe anda sudah ada, boleh saya masuk?" tanya seseorang diluar pintu,

"Ludius, sepertinya itu CS yang mengantarkan minuman yang tadi aku pesan untuk Kakak dan Nona Huan," kata Silvia, ia ingin beranjak dari sisi Ludius namun Ludius makin mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang istrinya.

"Tidak perlu, biarkan saja CS itu masuk." Balas Ludius cuek.

"Dasar muka tebal!" gerutu Silvia.

"Masuk saja, pintu tidak di kunci!" seru Ludius.

CS tersebut membuka pintu dan datang membawa nampan berisi 3 buah ice coffe dan beberapa makanan ringan sesuai pesanan Silvia. "Permisi Tuan dan Nyonya, ini pesanan anda Nyonya" kata CS dengan mata tak berani memandang kearah mereka. Pasalnya ia terlalu malu melihat kebersamaan sekaligus kemesraan mereka yang nampak di depannya.

"Taruh saja di meja, dan cepat segera keluar dari ruangan ini. Jangan lupa tutup pintunya!." Ujar Ludius sedikit kasar.

"Silahkan dinikmati minuman dan makanannya. Saya permisi." CS tersebut menaruh minuman serta makanannya dan langsung meninggalkan mereka.

"Ludius, perkataanmu terlalu kasar pada orang lain. Dia kan hanya ingin mengantarkan makanan, tapi perkataanmu seolah dia penganggu. Lain kali jaga perkataanmu suamiku, jangan sampai kau menyinggung orang yang tidak bersalah dan berakhir dengan mengumpatmu bukan mendoakan kebaikanmu. Karena kita tidak mengetahui apa yang mereka fikirkan atau inginkan." Tegur Silvia.

Inilah Silvia yang selalu membuat Ludius jatuh cinta, meski Silvia berkata pedas padanya, selalu bersikap manja dan mengomel melebihi orang tua. Tapi Silvia tidak pernah melupakan sisi dewasanya dan kemanusiaannya. Mungkin bagi orang lain, bersikap menghargai orang lain itu adalah hal sepele, apalagi di kalangan orang-orang berpangkat. Tapi tidak bagi istrinya..

"Iya Sayang, maafkan aku. Sini, aku suapi makanannya," Ludius mengambil camilan yang ada di meja dan menyuapi Silvia dengan sangat lembut, "Enak..?" tanyanya.

"Uhm, pudingnya enak. Apalagi ini puding mangga. Kamu coba juga deh Suamiku, inikan juga pudding kesukaanmu." Silvia mengambil sendok dari tangan Ludius dan menyendok pudingnya lalu menyuapi suaminya. "Gimana?"

"Enak, tentu saja. Apalagi jarang-jarang istriku ini menyuapiku, selalu saja ada alasan." Ujarnya sambil melahap suapan istri tercinta.

"Habisnya kalau aku ingin menyuapimu selalu ada orang lain. Akukan malu Sayang.. ohya, aku udah hampir masuk 3 bulan kan? Kapan kamu mau menemaniku USG suamiku yang super sibuk?" tanya Silvia dengan sedikit sindiran.

"Bagaimana kalau sore ini, kebetulan aku masih free Sayang"

"Benarkah? Janji tidak menundanya lagi seperti yang sudah-sudah?"

"Janji sayang, aku juga sudah rindu ingin menyapa mereka. Jadi sekarang kamu makan yang banyak, setelah itu kita kembali ke Mansion sebentar lalu ke Rumah sakit. Ok.."

"Uhm, makasih Sayang.." Silvia langsung mencium pipi Ludius,

Mereka melanjutkan makan mereka dengan saling suap dan setelah itu meninggalkan kantor di jam istirahat untuk kembali ke Mansion sebelum melanjutkan ke rumah sakit.

***

-Rumah Sakit Kota Shanghai.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 sore waktu setempat dan akhirnya Ludius benar-benar menepati janjinya mengantar Silvia dengan mengendarai mobil ferrari luxury kesayangannya. Kini mobil sudah ada di depan rumah sakit.

"Sayang, ayo turun." Ludius turun lalu membukakan pintu untuk Silvia.

Mereka melangkah beriringan masuk menuju Rumah Sakit, dan baru saja berada di depan pintu sudah di sambut baik oleh Linzy dan beberapa Dokter kandungan lainnya.

"Tuan Lu, mari langsung saja melakukan pemeriksaannya." Kata Linzy yang sudah menyambut di depan bersama Dokter yang lain

Ludius melihat kearah Silvia dengan senyuman "Ayo Sayang, kita masuk"

Mereka melewati beberapa lobi di rumah sakit, seperti biasa. Bukan Ludius namanya kalau tidak menyita perhatian banyak wanita, apalagi sikapnya yang selalu menunjukkan keromantisannya secara sederhana namun mampu membuat orang terpana.

Sampai juga di depan ruang USG untuk mengetahui kondisi janin dan bersama Dokter Linzy dengan Dokter wanita satu lagi yang berprofesi sebagai spesialis kandungan masuk bersama.

"Silahkan masuk Tuan dan Nyonya Lu. Panggil saja saya Dokter Jasmine. Kedepannya Nyonya Lu ada dalam pengawasan saya" ujar seorang wanita berjas putih yang berdiri di depan pintu.

Mereka berempat masuk bersama keruang USG. Linzy ikut karena ia adalah Dokter yang cukup mumpuni dalam bidang luka dalam. Jadi dia diikut sertakan untuk mengetahui seberapa jauh luka pada rahim Silvia,

"Nyonya Lu, silahkan berbaring" kata Dokter Jasmine mempersilahkan,

Silvia berbaring diatas kasur dan pakaian bagian atas ke perut di buka serta di tutupi selimut, Dokter Jasmine mengolesi perut Silvia dengan gel khusus baru melakukan pengecekan dengan sebuah alat yang langsung terhubung dengan layar.

"Sebelumnya Nyonya Lu belum pernah melakukan USG?". Tanya Dokter Jasmine yang masih mengecek ,

"Belum Dok, memangnya ada apa dengan kandungan saya?" tanya Silvia cemas.

"Tidak, hanya..." kata Dokter Jasmine tertahan.