"Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan? Kelihatannya serius sekali. Apakah mereka sudah tahu yang sebenarnya dan sengaja menyembunyikannya dariku?" fikir Silvia,
Perlahan Silvia mendekat untuk mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan, dan tidak jauh dari tempat mereka duduk Silvia berdiri di balik dinding untuk mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.
"Kau secepatnya harus mengambil keputusan untuk kondisi rahim Silvia. Seperti yang kau dengar dari Dokter Jasmine, Silvia mengandung bayi kembar dan itu sangat brepengaruh pada beberapa bulan kedepan. Jika kau terus menundanya, maka kondisi Silvia akan semakin memburuk." Kata Linzy, ia meminum ice yang ada di depannya.
"Jika aku mengambil keputusan itu, akankah kau bisa memberi jaminan atas kesehatannya di masa mendatang?. Dengar! Semua yang dilakukan Daniel pasti tidak jauh dari yang namanya niait terselubung. Aku tidak ingin membahayakan Silvia lebih dari ini!".
"Lalu, apakah kau memiliki pilihan lain saat ini? Cobalah untuk mengerti kondisi yang terjadi saat ini. Menurutku Daniel tidak memilliki niat buruk pada Silvia. Tapi ada baiknya kau menemuinya sekali lagi untuk mendengar apa yang sebenarnya Daniel inginkan!". Ucap Linzy menasehati.
Karena Silvia sudah tidak tahan untuk mendengar penjelasan mereka berdua, akhirnya dia keluar dan langsung mendatangi meja mereka. "Apa maksud pembicaraan kalian?! Siapa yang tidak memiliki niat buruk?." Tanya tegas Silvia didepan mereka berdua, terlihat gurat amarah yang luar biasa di wajah Silvia.
Ludius dan Linzy yang kepergok tengah mengobrol berdua sontak saja kaget melihat Silvia sudah ada didepan mereka, ditambah lagi dengan emosi Silvia yang mudah berubah-rubah sejak mengandung, membuat mereka semakin terlihat bersalah.
"Sayang, sejak kapan kamu ada disitu?" tanya Ludius masih kaget dengan kedatangan Silvia, ia langsung beranjak dan memegang lengan kanan Silvia.
"Sejak kalian membicarakan Daniel, aku dan rahim yang terluka. Sebenarnya apa yang kalian sembunyikan dariku? Tidakkah kalian merasa bersalah membuat orang kebingungan tiap saat karena banyak hal yang tersembunyi yang tidak ku ketahui?"
Ludius langsung memeluk Silvia. "Apakah kamu sudah mengetahui tentang kondisi sebenarnya dirimu Sayang?." Tanya Ludius perlahan,
"Uhm.. dari Dokter Jasmine dan itupun aku memaksanya. Kondisiku tidak dalam keadaan baik-baik saja bukan?!" tanyanya tanpa basa-basi,
"Dengar Sayang, apa kau tahu bagaimana dilemanya aku saat mendengar tentang kondisimu? Aku bingung Sayang, aku takut kamu memilih jalan kedua dimana kamu terus mempertahankan janinmu sementara mengabaikan nyawamu sendiri. Maka dari itu aku memilih diam sementara waktu dan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan tentang kondisimu yang sebenarny, tapi kini kamu sudah mengetahui yang sebenarnya. Tidak perlu ada yang ditutup-tutupi kembali. Aku akan menceritakan semuanya ."
"Aku akan siap mendengarkan apapun yang terjadi. Asalkan kamu tidak membohongiku lagi." Balas Silvia mengangguk mengiyakan.
"Kondisi luka dalam rahimmu masih tertinggal 40% dan itu merusak jaringan sel dalam rahim. Karena kamu sudah terlanjur hamil maka penyembuhan melalui operasi dan lainnya sudah tidak bisa di lakukan. Hanya ada 1 hal yang tersisa saat ini. Yaitu melalui penemuan yang sedang Daniel kembangkan." Kata Ludius menjelaskan.
"Bagaimana bisa Daniel memiliki hal semacam itu? Lalu, apakah kamu masih ragu suamiku mengenai menyerahkan aku pada pria seperti Daniel?."
"Benar Sayang, aku masih belum berani mengambil resiko tentangmu. Maka dari itu aku diam sambil terus mencari alternatif lain untuk menyembuhkanmu. Maafkan aku yang terlalu egois." Kata Ludius dengan perasaan bersalah dan putus asa. Baginya buah hati itu penting, tapi dalam hidupnya Silvialah yang lebih penting dari segalanya.
Disisi lain, Linzy yang melihat hal ini langsung mundur serta menjaga jarak lalu menghubungi seseorang dari kejauhan,
["Master Dominic! Semua yang anda perintahkan sudah saya laksanakan. Saya sudah mendorong Ludius untuk menyetujui hal itu dan Master tinggal menunggu hasilnya!"]
["Bagus, semakin mereka terpisah jauh aku makin menyukainya. Ingin sekali melihat Ludius tersiksa sepanjang hidupnya karena penyesalannya telah melukai istrinya!. Lanjutkan tugasmu!"]
["Yes Master!"].
Linzypun memutus panggilannya serta berjalan ke arah mereka sambil memperbaiki mimik mukanya.
'Maafkan aku Silvia, Ludius. Aku juga terpaksa melakukan ini. Jika saja Ayahku tidak dalam kendalinya aku tidak akan melakukan hal keji seperti ini.' Batin Linzy menelan rasa bersalahnya.
"Tuan Lu, sepertinya aku harus kembali terlebih dahulu. Kalian selesaikan dulu pembicaraannya." Kata Linzy dan melangkah pergi.
"Tunggu Zy, kau akan pergi kemana? Jangan pergi begitu saja setelah membuat renggang hubungan ku dengan istriku!." Cegah Ludius begitu ia melihat Linzy akan pergi begitu saja.
"Apalagi yang kau mau Ludius? Aku kan hanya memberitahumu tentang keadaan Silvia yang sebenarnya. Silvia maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan sesuatu darimu.." ujar Linzy.
"Tidak masalah, kamu pergi saja Zy. Terima kasih telah memberitahu segalanya pada suamiku." Balas Silvia dengan lembut membiarkan Linzy pergi.
"Mengapa kau membiarkannya pergi Sayang? Apa kau tahu, dia selalu mendesakku untuk membawamu pada Daniel dengan alasan untuk menyembuhkanmu. Aku masih tidak mempercayai cara yang Daniel ajukan, tapi aku juga tidak ingin kehilanganmu Sayang. Apa yang harus aku lakukan?." Kata Ludius dengan memejamkan mata seolah itu adalah titik terputuk dalam hidupnya.
Melihat itu hati Silvia tentu saja terluka. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana dalam menghadapi cobaan kali ini. Di tengah kebahagian berita tentang janin yang ada dalam kandungannya kembar. Disisi lain kondisi tubuhnya terus menurun dan itu pasti sangat mengganggu fikiran Ludius saat ini. Dengan lembut Silvia memegang wajah Ludius yang terpuruk,
"Suamiku, mengapa kau terlihat begitu putus asa dan gelisah? Tidakkah kau percaya akan keajaiban?." Tanya Silvia lembut mencoba menghibur suaminya yang kalut.
"Aku selalu berharap akan ada keajaiban yang datang untuk kesembuhanmu dan kesehatan kedua calon baby kita Sayang. Tapi apa itu mungkin?."
Kedua tangan Silvia kini memegang wajah Ludius dan memaksanya melihat kedua matanya. "Percayalah pada Tuhan yang Maha Kuasa, kita saja yang bagai langit dan bumi bisa bersama, apalagi hanya sekedar menyembuhkan penyakit yang menyerangku. Percayalah Suamiku, Allah swt tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan ummat-Nya."
Kali ini kata-kata Silvia cukup ampuh untuk menenangkan hati Ludius yang terpuruk memikirkan hidup tanpa istri tercintanya. Di tengah pembicaraan mereka, sosok pria yang dikenal Silvia muncul.
"Jika aku bisa menyembuhkan rahim Silvia, maukah kau melepaskan Silvia untuk tinggal bersama kami?!" sahut pria yang baru saja datang. Ia melangkah mendekat kearah mereka. Seketika semua perhatian tertuju pada pasangan Silvia Ludius dan pria yang baru datang.
Silvia langsung menoleh kearah samping dan melihat orang yang di kenal. "Tuan Richard.." panggilnya.