Chapter 322 - 322. Acuhnya sikap Lian

Wajah putus asa yang di perlihatkan Longshang terlihat jelas bahwa ia sangat mencintai Linzy. Wanita pertama yang berhasil mengusik hatinya. Hanya saja kini ia harus mendengar hal yang paling tidak ingin didengar mengenai wanita yang dicintai. Longshang yang tertunduk menengadahkan wajahnya, dengan perasaan berat ia mengambil wine serta menungkannya di gelas.

"Mungkin dengan sebotol wine akan membuatmu menjadi lebih baik," ujar Ludius sambil menuangkan wine di gelas Longshang yang kosong. Ia sangat tahu sahabatnya sedang membutuhkan tempat untuk pelampiasan, meski ia juga tahu, mabuk tidak menyelesaikan masalah. Tapi setidaknya itu lebih baik untuk temannya saat ini.

"Hahaha.. tidak ada hal baik jika sudah di khianati. Mungkin sejak dulu aku memang di anggap hanya sebagai tempat pelampiasannya." Balas Longshang dengan tawanya yang lepas.

"Kau boleh tertawa sepuasmu, setidaknya untuk malam ini. Aku akan menemanimu disini." Balas Ludius, meski ia sadar Longshang tidak akan mendengarnya.

Ludius memesan kopi untuk menemaninya bergadang di Bar Night Dragon. Dengan laptop yang dibawa Longshang, Ludius perlahan menyicil laporan yang dikirim ke e-mailnya sambil mendengar ocehan tidak jelas Longshang sepanjang malam.

"Huft.. aku tidak menyangka, kau akan menggila seperti ini karena Linzy. Aku harap semua tidaklah benar dan kau masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki hubunganmu dengan Linzy. Jika kau sudah sadar nanti, kau harus membayar waktu yang ku korbankan untuk menemanimu!" Gumam Ludius sambil melihat ke arah Longshang yang sedang meracau tidak jelas dengan wine di tangannya.

***

-Mansion Kakak Lian

Setelah pertemuan terakhir dengan Silvia dan Ludius, Lianlian lebih banyak diam pada Huan Xian dari pada biasanya. Seperti halnya pagi ini saat Huan xian memasak sarapan pagi bersama pelayan lain dan menaruhnya di meja makan berharap Lianlian akan sarapan buatannya, namun begitu Lianlian tahu itu buatan Huan ia langsung beranjak dari meja makan tanpa sepatah katapun.

"Tuan, tidak bisakah kau menghargai jerih payahku yang memasak sarapan pagi untukmu?!" ucap Huan dengan tangan mencekal lengan Lian untuk menghentikan langkah Lianlian yang akan meninggalkan meja makan.

Lianlian langsung melepas paksa cekalan Huan dan menatap Huan dengan dingin. "Pandai sekali kau berkata tentang menghargai! Apa kau juga memikirkan hal yang sama ketika kau berada didepan Silvia dan Ludius kemarin!. Seenak hati kau ingin memamerkan bahwa kau calon istri yang di pilihkan oleh Ibu kami atas nama surat wasiat. Apa kau fikir kau menghargai perasaan Silvia saat memikirkan hal itu! aku salah karena mengharapkan lebih darimu. Kau benar-benar wanita picik!." Ujar Lianlian dengan amarahnya yang tenang.

Untuk saat ini ia tidak ingin Huan mengusik kehidupannya, meski mereka hidup bersama, namun bagai orang asing yang memillih jalan yang berbeda. Lianlian mengatakan hal itu sebenarnya hanya untuk menutupi perasaan marahnya pada Huan atas perlakuan spesial Huan pada Ludius. Sisi lain hatinya tidak terima dengan sikap Huan yang menunjukkan rasa tergila-gila pada Ludius dan menganggapnya hanya batu loncatan untuk mendapatkan apa yang diinginkan Huan.

Meski begitu, tetap ia tidak bisa meninggalkan pengawasannya terhadap Huan, atau adik iparnya akan terluka jika mendengar hal itu.

Huan yang mendengar kata picik dari Lian langsung melepas cekalannya dan melihat kearah Lian dengan serius. "Jadi kau juga memandangku sebagai wanita picik? Apa kau tahu apa yang sudah kulewati beberapa tahun ini di Kediaman Zhu!." Ucap Huan dengan tegas dan lantang didepan Lian, membuat Lian tertegun melihat kesungguhanya.

"Kau pasti tidak akan menyangka, bahwa aku yang dianggap putri haram dari Keluarga Zhu hidup lebih buruk dari seorang pelayan disana. Setiap hari selalu mendapat perlakuan tidak adil dari mereka dan mendapat banyak siksaan setiap harinya. Ingin sekali aku kabur dari mereka, tapi mereka selalu dapat menemukanku dengan kekuasaan yang mereka miliki. Namun aku tidak menyangka, begitu aku bersamamu mereka tidak berani untuk mendekat kemari atau menyinggung Keluarga Lu. Maka dari itu, aku bertekad untuk mencari surat wasiat peninggalan orang tuamu dan mengambil Ludius dari sisi Silvia untuk membalas dendam Keluarga Zhu yang telas menindasku!." Ucapnya dengan menggertakkan giginya menahan amarah yang setiap saat muncul jika mengingat tentang penyiksaa n yang di deritanya.

"Aku masih belum mempercayai perkataanmu sepenuhnya, jika hanya sekedar balas dendam tidak mungkin kau menargetkan Ludius yang sudah menikah untuk menjadi suamimu. Kau masih menyembunyikan banyak hal dariku. Terserah kau akan melakukan apa aku tidak peduli!." Balas Lianlian acuh, ia meneruskan langkahnya keluar dari ruang makan.

Lianlian berkata dengan sangat jelas tadi, dan itu membuat Huan sedikit kecewa meski ia sadar hal seperti itu memang harus ia tanggung jika menginginkan hal yang lebih besar di masa mendatang. "Aku seharusnya tidak boleh terbawa perasaan dan menjalankan saja semua yang ku butuhkan demi balas dendam. Tapi mengapa perasaanku jadi begini melihat Lianlian mengacuhkanku?" gumam Huan yang terduduk dikursi.

"Paman Wu!." Panggil Huan dengan setengah berteriak,

Segera kepala pelayan Wu datang menghadap. "Ada yang bisa saya bantu Nona Huan?"

"Jadwal Tuan Lian hari ini apa saja? Apakah dia pulang seperti biasa?"

"Jadwal Tuan Lian hari ini cukup padat. Malamnya Tuan Lian ada jamuan makan malam dengan koleganya di Hotel JW Marriot."

"Apa Paman Wu tahu, siapa wanita yang menjadi pendampingnya untuk acara jamuan malam nanti?."

"Tidak Nona, Tuan hanya mengatakan untuk terus memperhatikan dan menjaga kesehatan Nona serta melarang Nona untuk keluar dari Mansion tanpa pengawalan dari penjaga bayangan."

"Cih! Bresngsek kau Lianlian! Kau sengaja mengurungku ditempat ini agar aku tidak bisa bertemu dengan Ludius ataupun Silvia. Licik sekali pemikiranmu!".

Ia beranjak dari duduknya, dan hanya menatap meja makan dengan sajian yang masih utuh tanpa tersentuh sedikitpun. "Paman Wu, siapkan mobil dan antar aku ke Perusahaan Jiang, tidak baik sekretaris Direktur tidak berangkat ke kantor dan justru duduk manis di kediamannya."

"Baik Nona!." Paman Wu pergi meminta sopir untuk menyiapkan satu buah mobil untuk mengatar Huan ke kantor.

Sedangkan Huan sendiri hilang nafsu makannya dan langsung ke kamar untuk mengganti pakaian dengan pakaian kantor. 'Brengsek kau Lian! Menghadiri perjamuanpun kau tidak mengatakan atau memintaku untuk menjadi pendampingmu. Apa yang serbenarnya kau fikirkan? Apakah kau ingin membalas dendam atas perlakuanku yang mengacuhkanmu dengan mendiamkanku seperti ini!. Aku takkan membiarkan kau melakukan ini, atau rencana balas dendamku pada Keluarga Zhu akan sia-sia!.'

Huan bersiap untuk mandi, ia yang sudah terlanjur terjun dalam kesesatan tidak bisa mundur kembali. Dendam membara telah membutakan akal sehatnya.