Ludius langsung mengangkat Bianca turun dari pangkuannya, dan menatap tajam kearah pintu. Tidak berselang lama gagang pintu terbuka dan seseorang datang.
Kedatangan orang tersebut langsung menyita perhatian Ludius hingga ia beranjak dari duduknya dengan perasaan cemas dan mata terbelalak.
"Silvia, bagaimana kamu bisa ada disini Sayang?." Tanya Ludius, ia dengan cepat mendorong Bianca yang ada di dekatnya dan melangkah cepat menuju Silvia yang masih berdiri terpaku dengan tatapan datar.
"Oh, jadi suamiku memintaku datang hanya untuk memperlihatkan hal ini.." ucap Silvia lirih.
"Sayang, kamu sejak kapan ada disini?." Tanya Ludius kembali, ia langsung memegang kedua pundak Silvia dan mencoba memeluknya. Namun dengan cepat Silvia tepis kedua tangan Ludius.
"Itu tidak penting. Dengar Ludius, kalau kau mau mengatakan yang sebenarnya tentang hubunganmu dengan sekretarismu yang seksi itu, katakan saja! Kau tak perlu khawatir, aku takkan menguburmu hidup-hidup. Lagi pula seperti ini juga baik, aku jadi tahu bagaimana kau memandang rendah istrimu!" Silvia yang membawa bungkusan berisi bekal langsung menarik tangan kanan Ludius dan menaruh bungkusan di tangan Ludius.
"Nikmati makanan ini dengan wanitamu. Aku harus kembali dan tidak ingin mengganggu waktu penting kalian, sampai jumpa!." Ucap Silvia langsung pergi tanpa mau memberikan sedikit waktu untu Ludius bicara.
"Sayang.. kau yakin dengan ini!."
Bagaimana lagi, Silvia tidak memberikan sela untuk Ludius mengatakan atau menjelaskan sesuatu padanya. Terlebih lagi ada Bianca yang masih duduk santai dengan semua informasi penting yanga ada di tangannya.
Entah mengapa Ludius seperti di permainkan keadaan dan takdir. Apakah ini yang di sebut karma?
'Sayang, kau pasti sangat terluka dengan kata-kataku barusan. Aku yang saat ini masih memegang kekuasaan setengah dari daratan China belum cukup untuk melawan 2 Organisasi besar sekaligus. Aku masih membutuhkan sekutu meski itu wanita gila seperti Bianca. Aku harap kamu tidak terlalu memikirkan tentang sikapku, karena aku tak ingin kehamilanmu terganggu, Sayang.'
Ludius membuka bungkusan yang Silvia bawa, jarang-jarang memang Silvia datang membawa bungkusan seperti ini. Dan ternyata didalamnya berisi kotak makan yang berisi nasi dengan beberapa lauk dan sayur lengkap empat sehat lima sempurna.
Ingin rasanya Ludius mencabut kata-katanya dan memutar ulang kembali waktu yang sudah terlewat, tapi semua itu hanya angan Ludius belaka. Nasi sudah menjadi bubur dan ia hanya bisa membodohi dirinya sendiri.
'Bagaimana Silvia bisa datang ke kantor seperti ini. Ditambah lagi ia repot-repot membawa makanan lengkap seperti. Jangan bilang kalau ini ulahmu Bianca!.' Geram Ludius, ia melangkah kembali kemeja dan menaruh kotak makanan yang Silivia bawa.
Dengan tatapan tajam yang mengarah tepat pada Bianca dan tangan mengepal menahan amarahnya yang membuncah Ludius langsung menghampiri Bianca yang sedang duduk manis di sofa dengan tangan bersedekap.
"Ada apa kau menghampiriku dengan wajah dinginmu itu Tuan Lu?." Tanya Bianca dengan santainnya.
"Katakan! Apa kau yang sudah meminta Silvia datang kemari untuk melihatku menggodamu sekretarisku!." Tegas Ludius dengan tenang meski hatinya sudah mengumpat tidak karuan.
"Tentu Tuanku, melihat anda mengatakan itu di depan istri anda sudah membuat saya yakin kalau anda sudah siap dengan bahaya dimasa mendatang." Bianca beranjak dari duduknya dan mendekati Ludius. Dengan tiba-tiba Bianca menarik dasi panjang Ludius hingga memaksa Ludius mendekatkan wajahnya tepat didepan matanya.
Alis Ludius saling terpaut dengan kejengkelan dan amarah yang tertahan cukup dalam. "Katakan, apa yang kau maksud Bianca!."
"Aku hanya mengingatkan, semua masalah ini berawal darimu dan keluargamu. Jika saja keluargamu tidak melakukan sesuatu yang mengundang perhatian dunia, semua masalah ini tidak akan terjadi." Bianca melepas dasi Ludius dan mendorongnya mundur.
"Aku tahu sesuatu yang kakek lakukan telah membuat kestabilan dunia bawah dan kemiliteran beberapa negara menjadi goyah. Keinginan beberapa orang dan Negara untuk menjadi Penguasa digdaya membuat mereka menjadi gelap mata. Hanya saja, aku belum bisa untuk mengalihkan apa yang sudah terlanjur dilakukan kakek. Aku hanya bisa mencegah agar kemungkinan buruk itu terjadi dan aku membutuhkan dukungan untuk mencapai hal itu." ucap Ludius, kini ia terdengar serius dengan apa yang dia katakan.
"Ingatlah Tuan Lu, semua yang kalian lakukan telah mengundang perpecahan dan jika tidak segera di hentikan. Aku takut ini akan berakhir sebagai pemicu perang dunia ke 3."
"Kau tahu banyak hal, tapi juga tidak tahu hal penting apa yang lepas dari penglihatanmu. Lakukan sesukamu, tapi ingatlah! Aku masih mengawasimu. Jika kau bermain dibelakangku, aku takkan segan untuk melenyapkanmu."
"Aku tahu kamu tidak pernah main-main dengan ucapanmu Tuan Lu, untuk sementara aku tidak akan bertindak, tapi tidak tahu dimasa mendatang."
"Kalau begitu, aku harus pergi, istriku marah karena kelakuanmu!."
"Hmm, kau sendiri yang merayuku dan sekarang menyalahkanku!." Gerutu Bianca.
"Jika ada yang mencariku, katakan saja aku sedang berada di Mansion dan akan kembali setelah jam istirahat!." Ludius sudah tidak ada urusan lagi dengan Bianca, ia memperbaiki dasi dan membenarkan jasnya lalu pergi dari ruangannya.
Ludius berjalan cepat dengan rasa cemas yang melanda hatinya, bukan karena ia takut Silvia tidak akan memaafkannya. Tapi ia khawatir dengan kondisi dan kesehaan istrinya. Silvia sangat ceroboh dan emosional, itu sangat berpengaruh pada kehamilannya.
Didepan resepsionis Ludius menghentikan langkahnya dan menghampiri staff yang berjaga disana. "Apakah kalian melihat kemana istriku pergi?." Tanya Ludius dingin, staff yang sedang duduk di depan komputer tersentak dan langsung berdiri menundukkan wajahnya cemas dan takut.
"Tuan, Nyonya baru saja keluar dan sepertinya beliau pergi sendiri tanpa pengawal atau sopir yang biasa membawanya." Jawab staf tersebut dengan gugup dan takut melihat sorot mata tajam dan dingin Ludius.
Ludius sendiri tidak mengatakan apapun dan langsung mempercepat langkahnya keluar dari kantor. Ia mengambil ponselnya dan ada di saku jas dan menelfon seseorang.
["Hallo Zhen, coba kau tanyakan pada penjaga bayangan, kemana Silvia pergi. Pagi ini aku sedang di kantor dan sedang membicarakan hal penting dengan sekretarisku. Sayangnya Silvia mendengar beberapa pembicaraan kami dan pergi."]
["Itu bukan pekerjaanku Master! Bukankah itu pekerjaan Zain. Memangnya Zain sedang berada dimana?."]
["Entahlah, dia beberapa hari ini tidak kelihatan. Tadi malam saja aku memintanya untuk ke bar saja dia tidak datang. Cepat aku butuh lokasi pastinya sekarang juga!."] perintah Ludius dengan tegas,
Sebenarnya Zain tidak tahu juga itu sebuah keberuntungan. Ludius tidak bisa membayangkan kalau Zain tahu Silvia marah karena melihatnya sedang bersama sekretaris dalam satu ruangan.
["Baik Master, aku akan segera menghubungi penjaga bayangan yang bertugas hari ini."]