Richard menepuk pundaknya sendiri dengan mengangguk pada Silvia, apalagi melihat wajah Silvia yang terlihat kelelahan. Tapi sepertinya Silvia tidak ingin ada fitnah di antara mereka, dengan halus Silvia melepas genggaman tangan Richard.
"Tidak perlu, kau tahu.. aku sudah bersuami dan kau seorang pria. Tidak baik bagi kita jika seperti ini. Semarah apapun aku pada suamiku, aku takkan menyalahi janji pernikahan. Itu adalah pantangan terbesarku."
"Meski suamimu sudah berkali-kali membuatmu terluka? Kau terlalu baik Silvia. Mengapa tidak bersamaku saja ke Kerajaan Hardland. Kau disana akan di manja layaknya seorang putri." Tawarnnya sambil menoleh kearah Silvia.
"Suamiku adalah rumahku Tuan Richard, seharusnya anda juga mengetahui hal ini. Sudahlah, aku harus kembali. Mungkin saja Ludius sudah menunggu kepulanganku." Silvia beranjak dari duduknya dengan keringat dingin yang mengucur deras.
Sepertinya sakit itu kembali kambuh, dan Silvia tiba-tiba saja merasakan sakit yang luar biasa di area perutnya. 'Tidak! Jangan sekarang Tuhan. Aku masih belum kembali ke rumah. Aku tidak ingin orang di sampingku ini menyelamatkanku untuk yang ke tiga kalinya dan mengancam Ludius dengan hal yang mustahil.'
Dengan tangan yang memegang erat perutnya, Silvia menahan rasa sakit. Ia tidak menghuraukan Pangeran Richard yang ada disampingnya dan melangkah perlahan pergi meninggalkannya.
Langkah Silvia terlihat sangat kesusahan, Pangeran Richard lekas menyusul Silvia meski wanita itu membencinya sekalipun. "Jangan memaksakan diri, biar aku membawamu ke rumah sakit!." Richard sedikit memaksa Silvia dengan memegang lengan Silvia dan hampir menggendongnya,
Namun terdengar suara lantang yang menghentikan Richard melakukannya.
"Berhenti..!" teriak seseorang dari samping mereka.
Seketika senyum Silvia merekah mendengar suara itu, 'Ludius.. mengapa kau baru mencariku sekarang bodoh!.' Umpat Silvia yang senang sekaligus kesal. Ia menoleh ke samping sebentar dan mengacuhkannya untuk sementara.
'Anggap itu hukuman untukmu suamiku yang genit! Berani sekali selingkuh di depanku!,'
Untuk sementara waktu Silvia membiarkan Richard menggandeng tangannya, memapahnya jalan perlahan dengan tangan kiri Silvia memegang perutnya yang sakit bagai di sayat-sayat.
"Kau ingin membantuku pulang bukan, ok! Baiklah. Untuk kali ini saja aku membiarkanmu membawaku pergi!." Kata Silvia ketus.
"Kau menggunakanku untuk membuat suamimu cemburu, rupanya kamu licik juga Silvia."
"Tentu saja, dia harus merasakan apa itu hati dan perasaan yang panas bagai kebakaran jenggot! Enak saja dia bermain dengan wanita sementara aku disini seperti orang hilang!." Silvia dengan cepat berubah moodnya.
Kini Silvia lebih ceria dengan perkataan kasar dan omelan ala ibu-ibu hamil pada umumnya.
'Akhirnya kau tersenyum dan mengomel juga Silvia. Sejak tadi aku terus mengikutimu dan kau nampak muram dan tak bertenaga. Seperti ini saja juga sudah cukup. Setidaknya bertahanlah demi calon anak kalian Silvia.'
Sedangkan Ludius yang berlari kearah mereka langsung menarik tangan Richard dari lengan Silvia dan menangkap tubuh Silvia dalam pelukannya.
"Ahhh… " teriak Silvia ketika dia fikir akan jatuh.
Karena takut, Silvia memejamkan matanya tak berani melihat. Namun saat ia sadar ia dalam pelukan seseorang, perlahan Silvia membuka matanya.
"Sayang, apa pelukanku begitu nyaman hingga membuatmu memejamkan mata untuk tidur?." Tanya Ludius dengan nada jahilnya.
Silvia langsung membelalakkan matanya begitu ia melihat sosok wajah tampan yang selalu mengisi hari-harinya. "kau! Hnng… aku tidak mengenalmu!." Silvia langsung mengalihkan pandangannya dengan mensungutkan bibirnya.
"Apa kamu sedang merajuk, atau marah Sayang? Semakin kamu marah, kamu makin menggemaskan Sayang.." ucapnya lagi semakin membuat Silvia salah tingkah,
'Si pria menyebalkan ini! Mengapa kelakuannya selalu membuatku ingin naik darah setiap hari. Baru saja bermain dengan sekretarisnya sekarang mencariku!. Seakan aku hanya pelampiasan!.' Gerutu Silvia dalam hati.
"Minggir kau pria brengsek! Aku tidak mengenal pria playbou, hidung belang, mata kranjang, pemain wanita sepertimu. Sudah kenyang dengan sekretarismu sekarang kau mencariku. Kau fikir aku tempat penampungan pria macam kamu!." Umpatan Silvia semakin menjadi-jadi,
Ia kini bagai seorang istri yang gelap mata melihat suaminya berselingkuh. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong Ludius agar melepaskan pelukannya.
"Aku adalah suamimu, bagaimana mungkin aku melepaskan istriku yang sedang salah faham kepadaku. Mau kamu mengumpat atau berkata kasar, aku tidak peduli Sayang.." Ludius semakin mengeratkan pelukannya, karena Silvia memberontak dengan sangat kuat.
"Apa urat malumu sudah putus! Berani sekali kamu berbuat kasar pada wanita! Cepat lepaskan aku bodoh!." Saking marahnya, Silvia sampai berteriak dan mengundang perhatian banyak orang.
"Sayang, semakin kamu marah. Aku makin bersemangat untuk menaklukkan mu."
Perkataan Ludius tidaklah main-main, selagi tangan kiri Ludius mendekap Silvia, tangan kanannya justru mencengkram lembut dagu Silvia dan memaksa Silvia untuk melihat kearahnya.
"Tatap mataku Sayang, lihatlah ke kedalaman mataku. Apakah kau melihat aku sedang membohongi, atau bermain di belakangmu!." Kali ini Ludius berkata dengan tegas dan lantang agar ucapannya di dengar oleh Silvia.
Seketika Silvia terdiam dengan matanya menatap lembut kedua sorot mata hitam legam suaminya. 'Kau tidak sedang membohongiku suamiku? Lalu baru saja yang aku dengar apa? Tidak mungkin pendengaranku menjadi tuli seketika karena terlalu merindukanmu!.'
Tanpa melihat tempat dan keadaan, tiba-tiba saja Ludius mencuri ciuman Silvia didepan orang yang memperhatikannya. Tidak luput Pangeran Hardland yang masih melihat mereka berdua.
Karena dirasa Silvia sudah cukup aman, Richard langsung meminta penjaganya untuk membubarkan orang yang sedang memperhatikan mereka dan kembali menempatkan penjaga bayangan di sekitarnya.
Ludius sendiri yang mencuri ciuman Silvia sudah tidak memikirkan apa pendapat orang. Yang ada dalam fikirannya saat ini adalah bagaimana ia menenangkan kembali emosi istrinya yang sedang meledak hebat.
Berkali-kali Silvia mencoba untuk melepas ciuman Ludius, namun justru ciuman itu semakin dalam. Terasa lembut dan sangat hati-hati, seakan Silvia adalah hal paling berharga dalam hidup Ludius.
Ludius perlahan melepas tautan ciumannya dan langung mengecup kening Silvia dan memeluknya. "Maafkan aku Sayang, aku tidak tahu kau akan datang dan salah faham seperti ini." Ucapnya lembut.
Silvia yang masih kaget dengan apa yang dilakukan Ludius menyentuh bibir ranumnya yang merah, 'Ludius berani menciumku di depan umum..? ini, aku tidak salah kira kan? Tidak sedang mimpikan?.' Batinnya masih bertanya-tanya.
"Tentu saja tidak Sayang, semua yang kau rasakan itu nyata adanya. Aku berani menciummu di depan semua orang. Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk memenangkan amarahmu yang meledak-ledak."
"Kau jahat Ludius, mengapa kau selalu senang membuatku salah faham terhadapmu dan melakukan apapun untuk menenangkanku!."
"Karena kamu istriku yang bodoh dan ceroboh. Jadi suamimu ini hanya bisa melakukan ini untuk menenangkanmu."