Chapter 351 - 351. Tamu dari kalangan Bangsawan bag3. Tidak ada pilihan lain, selain mendengarkan apa kata Romo

Sejenak Nadia terdiam, hatinya bimbang memikirkan apa yang harus di katakannya pada Romonya. Nadia terdiam dengan terus menunduk, sesekali ia melirik kearah kakaknya Pangeran Chakra dan Wangchu yang duduk di sampingnya.

Pangeran Chakra sendiri yang menyadari lirikan Nadia sedikit bimbang, apa yang harus di lakukan. "Begini Romo, maaf menyela.. sepertinya anda terlalu cepat menanyakan ini pada Nadia. Dia baru saja kembali dari China, jadi biarkan dia mengenal Nak Mahendra terlebih dahulu, baru Romo menanyakannya kembali pada Nadia."

"Baiklah jika begitu, Nadia kau boleh kembali." Kata sang Romo pada Nadia yang diam membisu.

"Terima kasih Romo.." jawab Nadia lirih, ia langsung meninggalkan ruang tamu dengan tangan terus menangkup di dadanya.

"Nak Mahendra.. " panggil sang Romo, ia menepuk pundak Mahendra. "Maafkan Romo yang tidak tahu bagaimana anak muda jaman sekarang saling mengenal. Tapi syukurlah kalau kalian bisa saling dekat satu sama lain." Lanjut Romo memberi tahu dengan senyum bangganya.

"Jangan terlalu di pikirkan Romo, saya akan sebaik mungkin menarik hati Putri Nadia agar bisa menerima saya nantinya." Balas Mahendra lirikan tajam ia tunjukkan pada Wangchu.

'Brengsek! Apa dia sedang memperingatkan ku, kalau posisinya saat ini benar-benar kuat karena dukungan Ayah Nadia?.' Batin Wangchu geram begitu melihat lirikan Mahendra yang terlihat begitu licik.

-

1 jam telah berlalu dengan pembicaraan para orang tua, Wangchu yang sedari tadi duduk disana hanya bisa mendengar tanpa bisa mengerti apa yang mereka katakan. Pasalnya mereka kadang berbicara tidak menggunakan bahasa Indonesia. Kalau bahasa Indonesia, Wangchu sedikit-sedikit bisa memahaminya sejak tinggal lama di Indonesia.

Akhirnya  para panatua dan Mahendra berpamitan pada Ibu Yuliana dan menitipkan Nadia pada Ibu Yuliana yang mendengar bahwa Ibu Yuliana juga akan pergi ke China. Kini tinggal Nadia, Wangchu dan Pangeran Chakra yang masih berada di ruang tamu. Sedangkan Ibu Yuliana sendiri sedang berada di dalam membiarkan para anak muda untuk saling berbicara.

"Nadia, Mas ingin berbicara denganmu.." katanya dengan tegas pada Nadia yang sejak tadi diam hingga saat ini mereka duduk bersama.

"Ada hal apa yang membuat Mas Chakra ingin berbicara dengan Nadia?." Tanya Nadia balik dengan suara lirih.

"Bagaimana pendapatmu mengenai Mahendra? Apakah kamu mengetahui sesuatu tentangnya?." Tanya Pangeran Chakra dengan mimik serius.

Nadia yang sedari tadi menundukkan wajah, langsung mengangkat wajahnya sambil menatap tajam pada Wangchu yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka. 'Wangchu, apa semua ini ulahmu?.'

"Apa yang Mas Chakra maksud? Nadia tidak paham dengan apa yang Mas Chakra tanyakan.."

"Kau yakiin tidak ingin mengatakan apapun mengenai Mahendra, Nadia? Tidakkah kau ingin mengatakan isi hatimu pada Mas?," ucap Pangeran Chakra memancing adiknya untuk berkata jujur padanya.

Nadia melirik Wangchu kembali. 'Wangchu, apa saja yang telah kau katakan pada Mas Chakra, hingga membuatnya menanyakan hal ini?. Tidakkah kau berfikir telah menambah bebanku seratus kali lipat?' batin Nadia, ia tidak bisa mengatakannya meski ia ingin.

Wangchu yang mendapat lirikan Nadia dua kali akhirnya memilih angkat bicara. "Pangeran Chakra, boleh aku mengatakan sesuatu.." sela Wangchu.

Pangeran Chakra langsung menoleh kearah Wangchu yang ada di sampingnya. "Ada apa Tuan Wangchu, adakah hal yang ingin anda sampaikan kembali?."

"Begini Pangeran Chakra, sepertinya Nadia terlalu takut untuk berkata jujur. Mengapa anda tidak mencoba untuk menyelidiki sendiri apa yang sedang terjadi? Saya yakin Pangeran Chakra memiliki banyak koneksi. Seharusnya tidak sulit bukan, mencari informasi khusus mengenai Mahendra?"

Pangeran Chakra diam sejenak, menimbang kembali saran yang di berikan oleh Wangchu.

"Sepertinya saran Tuan Wangchu boleh di coba. Secepatnya aku akan mengirim orang untuk mencari informasi apa saja mengenai Mahendra." Pangeran Chakra langsung melihat Nadia yang masih saja terdiam. "Maafkan Mas, Nadia. Seharusnya Mas juga memikirkan bagaimana perasaanmu mengenai perjodohan ini." Ucap Pangeran Chakra tulus.

"Untuk apa Mas Chakra meminta maaf, ini memang sudah menjadi tradisi keluarga. Nadia hanya bisa mengikuti tanpa  bisa mengatakan atau berpendapat apapun. Nadia sudah siap melepas hati Nadia, jika seandainya pernikahan ini benar terjadi."

"Apa maksudmu Nadia? Mengapa kau mengatakan seolah perjodohan ini meleyapkan perasaan dan hatimu?. Jika kamu memang tidak ingin menikah dengan Mahendra, mengapa tidak mengatakannya pada Mas?."

"Mas Chakra, jika Nadia mengatakannya. Apa Mas Chakra akan mempertimbangkan perasaan Nadia. Sudahlah.. Nadia tidak ingin membahas hal ini. Mas Chakra silahkan kembali ke Jogja, Nadia sore ini akan kembali ke China bersama Tuan Wangchu dan Bibi Yuliana." Setelah  mengatakannya, Nadia langsung meninggalkan ruang tamu menuju dapur.

"Sudah saya katakan Pangeran Chakra, anda tidak akan mengerti bagaimana perasaan Nadia. Dia diam bukan berarti menerima. Kadang diam juga berarti menolak, namun ia sangat segan terhadap anda dan Ayah anda. Pertimbangkan baik-baik perkataan saya Pangeran Chakra, maka anda akan mengerti apa isi hati Nadia."

-

Di dapur Ibu Yuliana yang sedang meracik beberapa bahan masakan mendengar suara langkah mendekat. "Nadia, ada apa denganmu, Nak?." Tanya Ibu Yuliana yang melihat mata Nadia mulai berkaca-kaca.

Ia menaruh pisau dan sayuran yang sedang di racik dan langsung menghampiri Nadia dan memberi pelukan hangat pada Nadia. "Nak, mengapa kamu menangis? Cerita pada Bibi.. apa yang sebenarnya terjadi?."

"Nadia tidak mau Bi.. Nadia tidak mau di jodohkan bahkan menikah dengan Mahendra. Dia pria yang tidak baik." Kata Nadia dengan sesunggukan, air matanya kini benar-benar keluar dari kedua kelopak matanya.

Ibu Yuliana melepas pelukannya dan menatap hangat Nadia. "Katakan pelan-pelann Nak. Sebenarnya ada  apa dengan Mahendra? Mengapa kamu terlihat sangat ketakutan padanya?." Tanya Ibu Yuliana pelan

"Mahendra seorang pria yang tidak dapat di percaya. Dia selain pemain wanita dan licik, Mahendra juga seorang yang penggila sex.. Nadia takut dengan pria sepertinya."

Ibu Yuliana terdiam sesaat, Nadia mengatakan seperti itu, ia justru teringat menantunya Ludius yang mantan pemain wanita yang cukup gila. Tapi Ibu Yuliana takkan mengatakannya pada Nadia.

"Nadia, jika memang seperti itu. Kalau dia mencintaimu, Bibi yakin Nak Mahendra akan berubah."

"Tapi dari sorot matanya, terlihat jelas Mahendra tidak mencintai Nadia. Dia sangat tergila-gila dengan kekuasaan dan Nadia khawatir Mahendra mengincar posisi Romo saat ini."

"Nadia, kamu tenang ya Nak.. Jika memang seperti itu, Bibi akan mencari cara untuk mengungkap motif dari Mahendra. Mungkin Nak Wangchu bisa membantumu. Dia adalah tangan kanan menantu Bibi yang pandai dalam mencari bukti-bukti yang valid. Kamu tenang saja ya Nak, Bibi pasti akan membantumu jika memang semua yang kamu katakan benar adanya."