"Linzy, ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat terburu-buru begitu?" tanya Silvia heran pada temannya itu.
"Bagaimana kondisi Longshang saat ini?." Tanyanya menyela perkataan Silvia.
Sejenak Silvia melihat Linzy bertingkah seperti anak kecil yang sedang mengejar sesuatu hingga nafaspun saling memburu. Ia yang melihatnya hanya bisa menutup mulunya menahan tawanya yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Tenangkan dirimu Linzy. Longshang ada didalam, dan sepertinya dia ingin sekali bertemu denganmu."
Linzy mendekat kearah Silvia, ia memegang kedua tangan Silvia dengan sungguh-sungguh. "Terima kasih karena sudah mengizinkanku bertemu dengan Longshang. Jika tidak ada dirimu, ketiga penjaga itu pasti akan terus menghadangku dan tidak akan memperbolehkanku masuk."
"Sama-sama, mendingan kamu masuk deh. Temani Longshang yang sudah nungguin kamu lama."
"Uhm.." tanpa pikir panjang Linzy langsung masuk kedalam ruang ICU, sebelum itu ia keruang ganti untuk memakai pakaian steril.
Sesampainya didalam ruang ICU, Linzy langsung berlari kearah Longshang yang terbaring disana dengan banyak alat yang menempel di dada bidangnya. Linzy yang melihat hal ini hanya bisa menatap Longshang dengan menutup mulutnya, menahan suara tangisnya keluar dengan kelopak mata yang sudah basah oleh bulir-bulir air mata.
Linzy yang sudah ada di samping Longshang duduk di kursi yang sudah di sediakan. Tangannya yang hangat memegang tangan Longshang yang terasa dingin. Wajah Longshang yang teduh dengan bibirnya yang putih pucat di tutupi oleh selang oksigen.
Dengan air mata yang menetes, Linzy memegang tangan Longshang dan menciumnya. "Longshang, mengapa harus kamu yang seperti ini? Maafkan aku Longshang, maafkan aku.." ucapnya berkali-kali dengan menundukkan wajahnya di atas tangan Longshang yang ia pegang.
Air matanya tanpa sadar jatuh membasahi tangan Longshang, penyesalan tiada akhir dari seorang Linzy Abigail. Ia tidak tahu harus bagaimana menyikapi kejadian yang menimpanya.
"Longshang, aku selalu berpikir, mengapa Tuhan selalu menempatkanku pada posisi untuk menjauh darimu? Dulu aku melakukan kesalahan karena melepasmu demi hasutan Ayah. Dan kali ini aku harus melakukan hal yang sama. Kali ini Ayah di ancam seseorang untuk memintaku menjadi mata-matanya. Jika aku tidak melakukannyaa, maka mereka akan membuat Ayah dalam bahaya. Ayah yang ada dalam genggaman mereka, aku bisa apa Longshang? Cepat jawab aku! Aku harus bagaimana?."
Di dalam ruang ICU yang hanya ada mereka berdua dengan Longshang masih kritis membuat Linzy mencurahkan semua isi hatinya, semua yang hal yang tidak bisa ia katakan di depan orang lain.
Tiba-tiba jemari Longshang bergerak perlahan, sepertinya ia merespon perkataan yang Linzy ucapkan, meski matanya masih tertutup rapat dengan bibir masih terkatup. Tapi itu sudah menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik.
"Longshang, kamu sudah sadar?." Dengan cepat Linzy beranjak dari duduknya dan memandang mata, bibir, tangan dan sekujur tubuh Longshang yang lain. Berharap pria yang di cintainya ini menunjukkan tanda-tanda yang lain.
"Longshang.. bangun, aku mohon. Jangan tinggalkan aku sendiri. Ayah sudah berada di tangan seseorang dan menjadikannya sebagai sandra untuk mengancamku, kondisi Perusahaan saat ini sedang tidak stabil. Lalu aku harus bagaimana Longshang, jawab aku!."
Linzy terus menerus memancing kesadaran Longshang dengan berbicara padanya, namun sepertinya tidak berhasil. Longshang masih belum sadarkan diri.
'Kamu masih saja belum sadar Longshang? 2 hari lagi aku akan pulang ke Inggris untuk melihat bagaimana kondisi Ayah dan Perusahaan saat ini. Apakah aku memang tidak di izinkan untuk berbicara denganmu, meski hanya sebentar?.'
-
Setengah jam telah berlalu dan Longshang masih saja belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan bangun. Dari arah pintu Silvia masuk dan melihat betapa Linzy sangat terpukul dengan keadaan Longshang saat ini. Bukan hanya terpukul, ia justru merasa bersalah dan berpikir semua itu mungkin saja akibat dari perbuatannya.
Silvia yang melihat untuk saat ini hanya bisa diam tanpa bisa berbuat atau berbicara. Bagaimanapun memang Liinzy telah melakukan kesalahan meski itu karena sebuah keterpaksaan.
"Zy.." panggil Silvia yang masih menitikan air mata di atas tangan yang ia pegang erat.
Mendengar sapaan dari Silvia, Linzy menghapus air matanya dan menoleh kearah Silvia. "Silvia, kau masih ada disini?." Tanya Linzy dengan senyum nya yang masam. "Maafkan aku.." sambungnya dengan mengalihkan kembali perhatiannya pada Longshang.
"Maaf untuk apa? Apakah kau melakukan sebuah kesalahan Nona Zy?." Silvia memandang Linzy dengan seksama.
Sebenarnya Silvia sudah tahu mengenai pengkhianatan Linzy dari Wangchu dan suaminya, hanya saja melihat betapa terpuruknya Linzy saat ini itu membuat Silvia menjadi iba.
"Maaf telah melakukan kesalahan yang mungkin tidak dapat dimaafkan oleh kalian." Ujarnya masih menahan perkataannya.
"Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, jika memang kamu mau memperbaiki semuanya. Aku yakin semua orang akan berusaha untuk mengerti dan memaafkanmu." Silvia melangkah ke depan Linzy dan memegang kedua pundaknya. "Dengarkan aku Nona Linzy Abigail. Hidup di dunia ini selalu di liputi rasa bersalah dan penyesalan. Tapi selagi kita masih hidup, mengapa tidak mencoba untuk memperbaikinya?." Ucap Silvia dengan bijak, ia berusaha untuk tidak menyudutkan wanita asal Inggris itu dengan tuduhannya.
Linzy menoleh kesamping, ia tidak ingin Silvia melihat wajahnya untuk saat ini. "Mudah untuk berbicara, tapi tetap saja sulit untuk melakukan. Apalagi kesalahan yang kulakukan cukup besar. Apa mereka masih mau memaafkanku?."
"Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini Zy, cobalah untuk meminta maaf pada semua orang. Masalah mereka mau menerima maafmu atau tidak, itu urusan mereka. Selagi kamu meminta maaf, hal yang datang selanjutnya pasti akan lebih baik." Dengan senyuman Silvia menjelaskannya secara perlahan.
"Yah.. aku akan mencobanya. Aku akan berusaha memperbaiki kesalahanku ini..." perkataan Linzy terhenti,
'Meski kemungkinan akan berakibat padaku dan Ayah yang ada di tangan mereka. Jika sudah seperti ini, mau bagaimanapun pada akhirnya akan berakhir dengan hal yang sama. Sepertinya seorang Linzy Abigail akan terus terjerat belenggu seseorang yang berkuasa,'
"Ohya, aku dengar Tuan Lu sampai menghilang dalam pertempuran. Ini semua pasti karena salahku. Bagaimana dengan pencariannya, apa sudah membuahkan hasil?." Tanya Linzy begitu ia teringat berita yang di sampaikan seseorang padanya.
Akhir pertempuran yang di sebabkan olehnya benar-benar membuahkan hasil yang sangat pahit bagi sebagian orang.
"Belum, pertempuran kali ini terlalu meninggalkan bekas luka yang mendalam bagi sebagian orang. Mereka yang mempunyai keluarga, melihat sang ayah sekaligus suami terluka... bagaimana aku akan mempertanggung jawabkan akan hal ini pada keluarga mereka?."
"Mereka hanya seorang pasukan, apa masalahnya?."
"Kau takkan mengerti Zy, tangisan setiap orang yang melihat keadaan anggota keluarganya terluka itu sangat menyayat hati."