Chapter 357 - 357. Rencana Piknik

#Jakarta, Indonesia.

Sebelum kembali ke China sore nanti, Wangchu yang masih di kediaman Ibu Yuliana sedang duduk manis dengan memainkan ponselnya untuk mengetahui kabar terkini dari Zhenyi di ruang makan setelah sarapan bersama dengan Nadia dan Ibu Yuliana.

Siang ini Wangchu ingin mengajak mereka berlibur. Sambil menunggu Ibu Yuliana dan Nadia yang sedang bersiap-siap, Wangchu terlebih dahulu menelfon Zhenyi untuk menanyakan kabar keadaan Ludius.

["Zhenyi, bagaimana? Apakah Ludius sudah berhasil di temukan?."]

["Belum. Aku sendiri heran, bagaimana Master tiba-tiba menghilang dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Aku khawatir.."] perkataan Zhenyi terhenti dengan syarat kekhawatiran.

["Jangan asal sembarangan berbicara kau Zhenyi, jika tidak ada jejaknya itu bagus. Itu berarti Ludius masih baik-baik saja untuk saat ini. Kecuali jika ia sudah jatuh ke tangan musuh."]

["Sepertinya untuk jatuh ke tangan musuh itu mustahil Tuan, saya sebelum ini sudah mengamati musuh. Mereka tidak membuat pergerakan apapun yang menunjukkan Masster ada pada tangan mereka."]

["Itu bagus, untuk saat ini kau amati pergerakan musuh sampai aku kembali. Lalu bagaimana keadaan Longshang saat ini. Apakah sudah ada perkembangan?."]

["Nyonya Lu baru saja memberi kabar sedang mengunjungi Tuan Longshang, ia yang mendengar Tuan Longshang menyebut nama Linzy langsung menarik kembali wanita itu ke sisi Tuan Longshang setelah ketiga anggoa yang berjaga mengusir Nona Linzy."]

["Jadi Longshang benar – benar masih menghawatirkan Linzy ya. Aku tidak heran sih, selama bertahun-tahun Longshang tidak pernah menyentuh wanita manapun demi waktu dia bisa bertemu kembali dengan Linzy. Untung saja Silvia begitu bijaksana, dia mampu mengambil keputusan ini dan membawa Linzy ke sisi Longshang, meski pada kenyataannya  Linzy lah yang membocorkan segala rahasia Organisasi dan menyebabkan perang ini terjadi."]

["Jika begitu, mengapa anda tidak mengeluarkan perintah untuk menangkap Linzy sekarang juga Tuan Wangchu? Siapa tahu kita bisa mengorek informasi darinya."]

["Tidak perlu, aku belum yakin. Tapi sepertinya Linzy juga di ancam oleh mereka. Tapi sampai saat ini aku belum terfikirkan, ancaman apa yang menjadikan Linzy seperti ini. Zhenyi!."]

["Iya Tuan!."]

["Segera perintahkan seorang mata-mata dan hacker untuk selidiki ada hal apa yang terjadi di keluarga Linzy, mungkin dari sini kita akan mengetahui alasannya."]

["Baik Tuan Wangchu."]

["Ingatlah, hal ini jangan sampai tercium oleh orang lain. Jika mereka sampai mengetahui hal ini, bukan tidak mungkin mereka akan mengambil tindakan pada Linzy."]

Tut.. tut.. tut..

Telefon terputus, Wangchu yang semalaman tidak bisa tidur, sambil menunggu mereka, ia bersandar  pada sofa yang di tempatinya dengan memejamkan mata meski barang sebentar. 'Hari ini aku akan membawa Bibi Yuliana kembali ke China, jika malam nanti Ludius belum juga di temukan. Apa yang akan aku katakan pada Bibi nantinya?.'

Beberapa menit telah berlalu, Ibu Yuliana beserta Nadia turun dari lantai atas setelah selesai dengan persiapan mereka. Kini Nadia sudah memakai dress santai ¾ untuk jalan-jalan sedangkan Ibu Yuliana memakai dress panjang dengan motif sederhana khas beliau.

"Nadia, sepertinya Nak Wangchu sedang tertidur. Dia terlihat lelah. Bibi jadi tidak enak kalau mau membangunkannya." Kata Ibu Yuliana yang sudah ada di depan sofa.

"Jangan khawatir Bi, biar Nadia yang bangunkan Wangchu. Bibi mending ke depan dulu yah." Kata Nadia dengan senyumnya yang lebar, ia  langsung menghampiri sofa samping Wangchu dan duduk di sebelahnya.

"Ya sudah, Bibi akan bawa tas dan barang-barang kaalian kedepan dulu. jangan lama-lama ya Nadia.."

"Siap Bibi.." balas Nadia memberi hormat,

Sedangkan Ibu Yuliana mengambil tas dan barang bawaan mereka yang berisi camilan. Seperti biasa, bukan orang Indonesia namanya kalau bepergian tidak membawa camilan bukan..?  karena mereka memang berniat untuk piknik sebentar di area Ancol.

Nadia memandang Wangchu dengan lucu, habisnya ini baru pertama kali bagi Nadia melihat pria dengan segudang gombalan receh dan garing ala Wangchu tertidur di depannya. Pria yang pro, kuat dengan pemikiran cerdas namun menyebalkan seperti Wangchu benar-benar membuat Nadia ingin sekali mengusili balik si Wangchu itu.

"Ayolah.. sebaiknya apa yang harus aku lakukan untuk membangunkanmu, Wangchu!." Gumam Nadia, tangannya yang gatal ingin berulah mulai menyentuh-nyentuh wajah Wangchu. Mencubitnya bahkan mengusapnya seakan wajah Wangchu itu seperti porselen.

'Sedikit heran sih, dia pria kan? Tapi mengapa wajahnya terlihat lebih halus dari wajahku? Bahkan bagian kulit sepertinya lebih lembut miliknya dari pada milikku. Dan bukankah dia hidup di dalam medan perang?  Ini tidak adil bukan..' batin Nadia menggerutu.

"Apa yang kamu lakukan pada wajahku, Putri Nadia." Tanya Wangchu tiba-tiba dengan mata terbuka memandang Nadia.

"Ahh...!" teriak Nadia, ia terperanjat dan melangkah mundur hingga hampir terjungkal ke belakang. Beruntung belakangnya masihlah sofa yang sama hingga ia berakhir terduduk dengan perasaan kaget yang masih tertinggal.

"Wangchu!." Sentak Nadia kesal. "Bisa tidak kalau bangun itu yang benar. Kau hampir saja membuatku jantungan!." Omel Nadia. Padahal sebenarnya yang salah adalah dirinya sendiri yang ingin menjahili Wangchu. Tapi siapa sangka justru ia sendiri yang akan terkejut.

"Pfft.. Hahaha.."Suara tawa Wangchu pecah seketika itu juga.

Sebenarnya sejak awal Wangchu sudah tahu dengan kedatangan Nadia dan Ibu Yuliana. Kalian harus ingat ya.. Wangchu adalah seseorang yang hidup dalam dunia mafia. Dimana semua indra terutama insting menjadi sangat peka dengan keadaan sekitar. Meski tertidur sekalipun, jika ada orang yang mendekat isting seorang mafia pasti akan merasakannya. Karena itu refleks jika itu sedang dalam  medan pertempuran.

Tapi Wangchu tidak menduga, hal ini akan sangat menyenangkan jika terjadi saat ada seorang wanita anti main stream seperti Nadia mengusilinya.

"Berani sekali kamu tertawa setelahh membuatku terkejut! Dasar tidak berperasaan!." Kata Nadia kembali yang masih kesal dengan kejadian yang tejadi.

"Wkwkwk.. maaf, maaf Putri Nadia. Aku hanya tidak menyangka, kamu akan begitu penasaran terhadapku dan berani untuk mendekat padaku." Wangchu langsung memandang Nadia intens. "Katakan Putri Nadia, bagaimana rasanya menyentuh wajah dan tubuhku? Apa itu menyenangkan bagimu?," ledek Wangchu habis-habisan.

"Jangan terlalu kepedean jadi orang! Takut semua wanita pada kabur liat ke narsisanmu! Aku tadi ingin membangunkanmu. Tapi kau malah mengagetkanku. Dasar tidak tahu malu!." Balas Nadia mengejek.

"Biar saja aku tidak tahu malu, yang penting aku jujur dengan perasaanku. Dari pada diam dan pura-pura tidak mengetahui apa-apa. Padahal CINTA.." sahut Wangchu.

Perkataan Wangchu kali ini sungguh menohok hati Nadia yang terdalam, 'Sejak kapan pria seperti Wangchu bisa berbicara hal tentang perasaan. Menyebalkan!,'

"Jangan mengatakan hal konyol lagi. Cepat! kita sudah ditunggu Bibi Yuliana!."