Chapter 358 - 358. Rencana Piknik bag 2

"Ekhem.. mengalihkan pembicaraan nih ceritanya.." Wangchu berkata dengan sindiran yang cukup keras.

"Isshh.. siapa yang mengalihkan pembicaraan! Kan sudah kubilang, Bibi Yuliana sudah menunggu kita di depan. Jangan sampe Bibi manggil-manggil kita gara-gara kamu yang nyebelin ngledek terus!." Perkataan Nadia semakin menjadi-jadi. Ia saat ini mengomel-ngomel sudah seperti ibu-ibu rt yang sedang menarik uang iuran bulanan.

'Wanita memang cerewet! Pertama kali lihat dia begitu kalem dan penuh karisma. Tidak disangka, setelah kenal, dia tidak ada bedanya dengan Ibu-Ibu rt..' batin Wangchu mengejek wanita cerewet di sampingnya itu.

"Baik, stop! Kita akan berangkat sekarang Nona cerewet..!." ujar Wangchu.

Ia beranjak dari duduknya dan membenahi jasnya yang sedikit kusut sebelum meninggalkan ruang tamu yang di susul Nadia di belakangnya.

"Aku di bilang cerewet! Menyebalkan sekali mulutnya!. Dasar pria saiko!." Cibir Nadia di belakang Wangchu.

"Apa yang kamu katakan Putri Nadia? Aku mendengarnya!." Tegur Wangchu sambil sesekali menoleh ke belakang.

"Aku tidak sedang membicarakanmu! Dasar narsis!." Sahut Nadia membela diri.

Di depan sudah ada Ibu Yuliana yang berdiri di depan pintu menunggu mereka sedari tadi. "Haduh.. sebenarnya kalian ngapain saja di dalam? Ko lama sekali. Ini sudah siang, kalau kelamaan apa mending di batalin saja..?" cecar Ibu Yuliana, sambil menunjukkan jam tangan emasnya pada kedua pasangan muda yang ada di depannya.

"Eh.. jangan Bi.. " Wangchu langsung mencegahnya seketika itu juga.

"Loh, emangnya kenapa Nak Wangchu? Bukankah kita bisa terbang ke China lebih cepat dari yang di jadwalkan?."

"Mana boleh seperti itu Bi, kan penerbangan sudah ada jalurnya masing-masing. Jadi kita tidak bisa mengambil jam terbang lain karena bukan jalur jam terbangnya." Balas Wangchu sedikit berbohong.

"Oh.. kalau begitu ayok berangkat. Ancol sudah menunggu loh. Lagi pula Bibi jarang jalan-jalan bareng anak-anak. Jadi kangen Silvia dan Nak menantu.." Ujar Ibu Yuliana.

Sepertinya Ibu Yuliana sangat bahagia karena bisa pergi berliburan dengan anak-anak meski bukan anak dan menantunya. Wangchu yang melihatnya menjadi semakin tidak tega untuk mengatakan kondisi Silvia dan Ludius saat ini.

"Iya Bibi.. kita akan bersenang-senang hari ini, jangan sungkan pada Nadia dan anggap juga sebagai putri Bibi." Kata Nadia. Ia memegang kedua pundak Ibu Yuliana dari belakang dan mengantarnya ke mobil.

"Manja juga kamu ya.." ujar Ibu Yuliana.

"Biarin, sama Bibi Nadia mau memanjakan diri."

"Baiklah, terserah Nak Nadia saja. Bibi siap manjain Nadia mumpung anak Bibi si Silvia belum lihat, atau nanti dia bisa cemburu." Ibu Yuliana sangat terbuka dan bersikap hangat pada orang lain. Maka dari itu, tidak jarang banyak anak-anak didiknya di sekolah dulu yang lengket padanya.

Tapi setelah Ibu Yuliana pernah tinggal di China, beliau resign dari sekolah tempatnya mengajar dan saat ini fokus menjaga rumah dan kembali ke China untuk menemani Putrinya yang sedang mengandung.

***

-Wisata Impian Jaya Ancol

Butuh waktu sekitar 1  setengah jam dari Kediaman Ibu Yuliana dengan menggunakan mobil kecepatan sedang. Harap maklum, kondisi jalan Jakarta sangat padat dan sering macet di jalur-jalur rekreasi, apalagi di akhir pekan.

Siang ini pukul 13.00 siang, akhirnya mereka tiba di pintu masuk Ancol yang membawa mereka menuju pantai. Mobil akhirnya sampai di parkiran yang tidak jauh dari pantai.

"Bibi, Nadia.. kita sudah sampai. Apakah kalian tidak ingin turun?." Tanya Wangchu, ia menoleh ke arah belakang.

Ternyata mereka sedang bersiap-siap dengan bawaan mereka. Cukup banyak dan menurut Wangchu itu merepotkan. Maklum saja, pria itu adalah orang yang tidak suka repot. Apalagi harus membawa beberapa barang ketika bepergian rekreasi seperti ini. Tapi, ya sudahlah.. toh dia hanya seorang sopir yang ingin membahagiakan penumpangnya.

Mereka turun bersama, karena akhir pekan. Area pantai Ancol memang cukup ramai dan banyak orang. Wangchu yang terlebih dulu membooking resort yang dekat dengan pantai membawa mereka kesana untuk beristirahat sebelum ke bibir pantai.

"Ayo Bibi, Nadia. Kita ke resort terlebih dahulu. Kebetulan aku sudah membooking beberapa tempat. Kita lebih baik makan siang terlebih dahulu." Ajak Wangchu,

"Wah, Nak Wangchu perhatian sekali sudah membooking tempat. Kita tinggal duduk manis dan makan siang." Sahut Ibu Yuliana.

-

Sesampainya di resort yang berhadapan langsung dengan pantai membuat suasananya lebih asri. Lebih lagi restorannya berada di bibir pantai, memungkinkan lebih bisa melihat pemandangan saat menikmati hidangan.

"Bibi dan Nadia. Kalau kalian ingin istirahat sebentar, silahkan. Saya akan berada di resto depan untuk sekedar duduk disana sambil menungg kalian."

Setibanya di resort, Wangchu langsung menunjukkan kamar mereka untuk beristirahat sebentar. Sementara waktu Wangchu pergi keluar untuk duduk di restorant menikmati siangnya.

"Baiklah Nak Wangchu, Bibi ingin menikmati spa terlebih dahulu. Ayo Nak Nadia, kamu temani Bibi.." ajak Ibu Yuliana. Dia benar-benar sangat bahagia siang ini, hanya saja sudut perasaannya sedikit gringsang. Seperti ada hal yang sedang terjadi, namun ia tidak mengetahuinya.

"Ok Bi, Nadia akan temani Bibi kemanapun Bibi ingin pergi." Balas Nadia dengan senyuman.

Mereka para wanita akhirnya pergi bersama ke tempat penyedia perawatan untuk melakukan spa. untuk saat ini Wangchu memang belum bisa memberitahukan yang sebenarnya. Entah ini benar atau salah, tapi membuat Ibu Yuliana senyaman mungkin itu perlu sebelum beliau kembali ke China.

Wangchu langsung kembali ke depan menuju resto yang ada di dekat bibir pantai. Ia yang datang ke pantai menggunakan jas hitam dengan wajahnya yang jelas terlihat dari luar Negara Indonesia jelas mengundang perhatian banyak orang, terutama para wanita yang sedang berlibur disana.

Wangchu yang melihat seperti saung yang kosong di bibir pantai langsung duduk disana seorang diri sambil menunggu pelayan datang. Seketika Wangchu yang duduk sendiri di saung menarik perhatian para wanita, bahkan mereka yang memiliki pasangan sekalipun tidak luput dari pesonanya.

"Permisi Tuan, ada yang ingin anda pesan?" tanya pelayan wanita yang baru saja datang membawa note.

"Pesan makanan apapun yang nikmat, kalau bisa makanan Indonesia ya." Jawab Wangchu dengan gayanya yang cool. Makin membuat para wanita yang memperhatikannya mabuk dalam pesonanya.

"Baik Tuan, mohon tunggu sebentar." Pelayan tersebut berlalu dari hadapan Wangchu,

Bzzt.. Bzzt..

Ponsel Wangchu kembali berdering, Wangchu yang melihat panggilan dari Zhenyi berharap mendapat kabar baik tentang keberadaan Ludius.

["Tuan Wangchu, ada hal yang ingin saya sampaikan."]

["Apakah kau sudah mendapat kabar tentang keberadaan Ludius?."]

["Benar! Master saat ini sedang dalam perjalanan kembali. Dan Nyonya Lu belum mengetahuinya."]

["Mengapa kalian tidak memberitahukannya pada Silvia? Memang apa yang terjadi?."]