Wangchu memiliki firasat tidak baik mengenai apa yang sedang di katakan Zhenyi, entah apa yang sedang terjadi, yang jelas ia tidak bisa membantu. Dan hanya bisa memberikan arahan pada Zhenyi untuk sementara waktu.
["Saat kami menyusuri hutan, kami melihat Master dalam keadaan pingsan. Dan disaat kami ingin membawa Master pergi, seorang wanita berlari kearah kami dan mengatakan bahwa dia orang yang menolong Master dan memaksa ikut bersama kami."]
["Apa! Lalu dimana Ludius saat ini? Dan siapa wanita itu sebenarnya?."]
["Kami masih dalam perjalanan menuju Mansion. Karena wanita tadi keras kepala mengatakan dirinya orang yang menolong Master, maka dari itu kami terpaksa membawanya."]
["Karena sudah terlanjur membawanya. Pesan sebuah apartemen dan pelayan, biarkan wanita itu tinggal disana. Jika tetap tidak mau, untuk sementara waktu paksa dia dan jangan mengatakan hal itu pada Ludius. Mengerti!."]
["Baik Tuan Wangchu, kami mengerti."]
Tut.. tut.. tut..
Wangchu menutup telefonnya dan memasukkan kembali ke dalam saku jasnya. Perasaannya kali ini benar-benar campur aduk, padahal ia berkeinginan untuk menjalin kedekatan dengan Nadia selama di Indonesia, tapi sepertinya tidak semudah itu.
"Maaf lama menunggu Tuan, ini pesanan anda." Kata pelayan yang datang bersama pelayan lain membawa dengan beberapa piring berisi ikan bakar, nasi uduk, lalapan, pecak lele dan masih banyak lagi dengan minuman yang bervariasi.
Mereka satu persatu menaruhnya di meja. Untuk ukuran satu orang, cukup banyak makanan yang mereka bawakan, tentu saja Wangchu tidak bisa memakannya sendiri. Mungkin ini akan jadi makan siang berkesan kalau saja Nadia mau menemaninya.
"Tuan, selamat menikmati. Jika ada yang di butuhkan lagi, jangan sungkan untuk memanggil kami. Kalau begitu permisi." Ucap pelayan menundukkan badan sebelum pergi dari hadapan Wangchu.
Disaat Wangchu sedang melihat satu persatu makanannya, ada seorang wanita berpakaian dress panjang dengan desain terbelah di bagian samping sepanjang paha kebawah. Terlihat begitu erotis dan gesturnya yang menggoda datang menghampiri Wangchu.
"Siang Tuan Muda, sendirian saja?," tanya si wanita tadi yang baru datang. Entah di sengaja atau tidak, ia dengan lirikan dan tatapannya yang menggoda menghampiri Wangchu.
"..."
Wangchu tidak menyahut atau menggubrisnya, ia dengan santainya menikmati makanannya seolah tidak menanggap kehadirannya.
Karena Wangchu tetap acuh tak acuh, sang wanita dengan sengaja duduk di samping Wangchu dan menyentuh tubuhnya. "Tuan, anda benar-benar tidak ingin saya temani?." Tanya si wanita dengan tangan mengusap-usap lengan kekar Wangchu.
"Pergi! Aku tidak membutuhkan layanan apapun!." Sentak Wangchu tanpa melihat ke arahnya.
Maklum saja, Wangchu yang sudah biasa hidup dengan berbagai macam wanita tidak akan termakan dengan rayuan murah wanita seperti nya. 'Jangan mimpi untuk bisa dekat denganku. Kau bukan kriteria dari wanita Wangchu!.' Batin Wangchu. Ia masih dengan santainya menikmati makan siangnya.
"Tuan, anda mengusir saya begitu saja? Apakah anda sungguh tidak menginginkan saya untuk menemani saya? Saya sungguh siap kapanpun Tuan." Sang wanita mendekatkan mulutnya di telinga Wangchu. "Saat ini saja saya siap menemani anda di pulau kapas Tuan ku." Bisiknya dengan desahan yang seksi.
Wangchu menoleh ke arah wanita itu sekali dengan tatapan tajam. "Sudah aku katakan, aku tidak membuutuhkan pelayanan apapun. Aku harap Nona tidak membangkitkan amarah ku atau aku tidak akan segan lagi melemparmu ke tempatnya!." Ancam Wangchu dengan suara lirih namun tegas hingga membuat wanita itu dengan seketika terdiam. Wanita itu mungkin merasa tertekan dengan perkataan dan tatapan Wangchu.
Jangan salah, meski Wangchu urakan sekalipun, namun ketika ada seseorang yang mengganggu dan mengusik mood nya. Dia bahkan bisa lebih kejam dari pembunuh berdarah dingin sekalipun.
"Maafkan saya Tuan, saya tidak bermaksud mengganggu waktu anda. Saya akan pergi sekarang juga." Kata sang wanita gagap dengan tubuh gemetar ia meninggalkan Wangchu seorang diri di saung.
"Bagus, pergilah! Aku sedang tidak mood untuk melakukannya bahkan pada wanita seksi sepertimu sekalipun!." Gumam Wangchu.
Ingin menikmati makan saja ada yang mengganggu, benar-benar membuat mood seorang Wangchu tidak baik. Namun ketika orang yang di tunggu nya menyapa, betapa beruntungnya Wangchu saat ini.
"Wangchu, boleh ikut gabung makan?." Seru Nadia yang baru saja datang.
Wangchu menoleh ke arah samping dan melihat Nadia yang datang dengan membawa dua buah es krim. "Tentu saja, aku juga tidak nyaman jika makan sendiri dan harus menghabiskan ini seorang diri. Lalu yang kau bawa?." Tanya Wangchu melirik ke arah es krim yang Nadia bawa.
"Ini ice cream, kamu mau Tuan Wangchu? Kebetulan aku membeli dua." Katanya ber alasan, padahal mungkin itu di sengaja membeli dua, dan yang satu untuk Wangchu tentunya.
"Yakin itu membli dua hanya kebetulan dan tidak di niatkan memang untuk ku satu?" ledek Wangchu.
"Bisa tidak, hargai orang yang sudah membawakanmu makanan. Berhenti tanya macam-macam dan nikmati ice cream nya, atau nanti ice nya mencair." Nadia memberikan satu ice creamnya pada Wangchu.
Dengan polosnya Nadia menjilat dan menyesap ice cream dengan lidah nya di depan Wangchu. Wangchu sendiri yang melihatnya begitu tergoda, bukan tergoda pada ice cream nya, tapi pada Nadia yang menjilat ice cream itu. Bibirnya terlihat seksi, membangkitkan insting liarnya saat itu juga.
'Wanita ini, mengapa dia bisa mengodaku seperti ini. Tidak tahu kah menjilat ice cream di depan pria akan mengundang pemikiran yang memabukkan?.' Batin Wangchu. Matanya tidak henti hentinya melihat kemana arah lidat dan bibir Nadia menyesap dan menjilat.
Pikiran kotor Wangchu terus berjalan sampai Nadia menyadari ada yang tidak beres dengan cara Wangchu menatapnya.
"Wangchu!" sentak Nadia.
"Uhm, ada apa kau memanggil ku Putri Nadia Hadiningrat?." Tanya Wangchu dengan nada menggoda ala ke play boy annya.
"Tidak ada, hanya saja kondisikan caramu menatap ku, aku tidak suka!." Kata Nadia dengan ketus.
"Memang ada yang salah dengan caraku menatapmu? Perasaan aku biasa saja.." ujar Wangchu mengelak.
"Dasar pria mesum! Singkirkan pemikiran kotor mu tentang aku Mesum!." Omel Nadia dengan tangan memukul mukul Wangchu, begitu ice cream nya habis.
"Ampun.. ampun Putri Nadia Hadiningrat.. aku salah,, piss. Bisa kau maafkan aku? Aku sungguh tidak berfikiran seperti itu kok tentangmu. Beneran,,!" kata Wangchu meyakinkan Nadia yang sempat kesal dan jengkel sampai mengeluarkan bibirnya yang bersungut seksi.
'Aishhh.. jika kau terus saja seperti itu, aku takkan bisa menahannya lagi, Nadia. Jangan siksa kesabaranku!.' Batin Wangchu.
"Sudah ah, ayok makan, Wangchu. Keburu dingin kan nggak enak," Nadia mengambil piring, nasi uduk dan ikar bakar yang masih mengepul