Chapter 360 - 360. Bertamu

#Shanghai, China.

Sore menjelang malam kali ini Silvia sedang di dapur menyiapkan makanan untuk makan malam bersama Bibi Yun, berharap sang suami tiba-tiba datang dan dia sudah menyiapkan makanan, hingga mereka bisa makan malam bersama.

"Nyonya, anda terlihat sedikit pucat. Apakah anda sedang tidak enak badan? Jika begitu, biarkan Bibi yang menyelesaikan masakannya. Ini juga sudah hampir selesai Nyonya." Kata Bibi Yun ia mengambil sayuran yang sedang di kupas dan di bersihkan dari tangan Silvia.

"Tidak apa – apa Bi, Cuma kecapean saja mungkin, nanti istirahat sebentar juga mendingan. Aku Cuma ingin masak, siapa tahu Ludius pulang malam ini juga." Ujar Silvia. Ia tidak mengizinkan Bibi Yun mengambil alih pekerjaan memasaknya.

'Aku memiliki keyakinan bahwa kamu akan kembali malam ini suamiku, aku harap apa yang aku yakini menjadi kenyataan. Karena aku sudah merindukanmu, suamiku..' batin Silvia.

Padahal mereka baru saja terpisah satu hari dan satu malam, tapi bagai seabad saja rasanya. Inikah yang di namakan riindu pada rembulang kalang?. Saat tidak ada, baru terasa kehilangan dan di saat bersama hanya suara celoteh dan keusilan yang membuat rasa rindu semakin terasa.

'Ludius, kamu akan kembali malam ini, kan? Aku akan memasakkan semua makanan kesukaanmu. Apapun yang kamu inginkan aku akan memberikannya padamu.'

Pandangan kosong. Beberapa kali Silvia melamun disaat memasak, tubuh dan fikirannya tidak sinkron, membuat Bibi Yun yang melihatnya langsung mengambil pisau dari tangan Silvia.

"Nyonya, jangan terlalu memaksakan diri. Saya tidak ingin melihat Nyonya terluka. Hampir saja Nyonya akan memotong tangan Nyonya sendiri kalau tidak segera saya hentikan. Nyonya istirahat, ya.." ujar Bibi Yun memberi saran.

"Tapi Bi.."

"Tidak ada tapi-tapian Nyonya, anda harus kembali ke kamar sekarang juga." Bibi meletakkan pisaunya, dan memapah Silvia keluar dari dapur untuk kembali ke kamarnya.

Wajah Silvia memang  terlihat pucat, seharian ia memang tidak menyentuh makanan sedikit pun. Di tambah lagi, Ia yang sedang tertekan karena Ludius yang belum di temukan dan keadaan Longshang yang masih kritis.

'Ya Tuhan, kapan Engkau mencabut satu persatu masalah yang menimpa hamba dan orang yang ada di sekitar hamba. Hati dan perasaan hamba sudah sangat lelah dan seakan mati rasa. Berikan keajaibanmu Tuhan. Dekatkan hamba dengan suami hamba.' Batin Silvia.

Ia akhirnya di papah Bibi Yun menuju lantai dua dimana kamar milik nya berada. Di saat ia akan menaiki tangga, sesaat Silvia menoleh ke arah pintu depan, berharap tiba-tiba pintu terbuka dan seorang pria yang di nanti akhirnya datang.

Tapi kehidupan tidaklah seindah Negeri dongeng, Silvia harus menerima kenyataan dengan tabah dan lapang dada. Ia menaiki anak tangga satu persatu, namun di tengah  langkahnya, terdengar suara bell pintu depan rumah.

"Nyonya, anda bisa naik seorang diri kan? Saya akan membukakan pintu. Sepertinya ada seseorang yang bertamu di jam segini."

"Uhm, tidak apa Bi. Aku bisa naik sendiri. Bukakan saja pintunya, jika mencariku suruh saja menunggu dan katakan saja kalau aku sedang membersihkan diri." Kata Silvia. Ia meneruskan langkahnya menaiki tangga.

Tapi begitu mengingat ada orang yang membunyikan bell, Silvia langsung berfikir.. "Apakah itu Ludius?." Gumam Silvia.

Dengan segera Silvia berbalik arah mengikuti Bibi Yun menuruni tangga dan menuju ke ruangan depan. 'Ludius, kau kah itu? Aku sudah sangat merindukanmu..' batin Silvia.

"Bi, ayo buka pintunya." Ujar Silvia dengan antusias. Mata nya terlihat berbinar penuh harapan besar pada suara bell tersebut.

Bibi Yun membukakan pintu tersebut, dan Silvia yang menunggu nya dadanya justru berdebar tidak karuan seakan seperti seorang wanita yang tlah lama tidak bertemu dengan pujaan hatinya,

Krek..

Pintu terbuka, dan terlihat seorang pria dan wanita berdiri tepat di depan pintu dengan beberapa pengawal di belakangnya.

"Putri Emilia.." Silvia tampak kecewa begitu melihat yang datang adalah orang lain, bukan Ludius yang ia tunggu.

"Tuan dan Nona, mari masuk.." kata Bibi Yun mempersilah kan.

"Terima kasih Bi." Balas Putri Emilia, ia menarik Kakaknya Pangeran Richard masuk ke dalam ruang tamu. Emilia mendekatkan diri pada Kakaknya dan membisikkan sesuatu. "kak, awasnya kalau kakak buat ulah di sini! Emilia tidak akan membawa kakak bertemu  Silvia lagi nanti!." Bisik Putri Emilia memperingatkan.

"Tidak akan, bukankah aku kakakmu yang baik.." balas Pangeran Richard dngan wajah mengejeknya.

Pangeran Richard hanya bisa tersenyum menahan tawa perkataan adik manisnya itu. Putri Emilia belum tahu saja, bahwa kakaknya sudah mengenal Silvia terlebih dahulu, bahkan sempat jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi jika dia memberitahu kannya pada Putri Emilia, mungkiin saja Emilia akan memaksa Pangeran Richard untuk kembali saja ke Kerajaan!.

-

Di ruang tamu Pangeran Richard dan Putri Emilia duduk bersampingan, sedangkan Silvia merasa malas jika bertemu Pangean Richard, tapi ia juga harus menghargai Putri Emilia yang ke kediamannya sore-sore begini.

"Pangeran Richard, ada apa gerangan anda sore menjelang malam seperti ini mengunjungi kediaman ini?." Tanya Silvia ramah, meski ia sedikit malas untuk meladeni ke usilan Pangeran Richard.

"Sebenarnya kami kemari datang untuk bertemu dengan  mu Silvia. Bagaimana keadaanmu saat ini? Aku dengar suamimu masih belum di temukan." Kata Emilia mengatakan maksud kedatangannya.

Hufft..

Silvia menghela nafas, ia sebenarnya jengah dengan pertanyaan ini. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang mengatakan ini berkali-kali padanya. Ia yang tidak ingin membuat kehebohan sebisa mungkin tidak memberi tahu siapapun. Karena yang Silvia takuutkan adalah ada dari pihak musuh yang memanfaatkan ketidak adaannya Ludius, dan mereka memikirkan hal untuk meyerang secara mendadak.

"Benar! Yang Pangeran Richard dan Putri Emilia dengar semua nya benar. Ludius hilang sejak bertempuran kemarin malam, dan sampai saat ini dia belum di temukan." Jawab Silvia dengan menyembunyikan wajah nya.

Selain sediih, ia juga merasa bingung dengan apa yang mereka inginkan dengan menanyakan hal itu darinya. "Lalu, jika Pangeran Richard dan Putri Emilia sudah mengetahuinya, tindakan apa yang ingin kalian lakukan?. Aku tidak tahu apa niat para orang-orang menanyakan ini. Tapi yang jelas Ludius  pasti akan segera kembali." Ujar Silvia dengan sedikit emosi.

Antara tersinggung atau memang dia tidak bisa menerima pertanyaan demi pertanyaa yang orang lontarkan kepadanya.

Putri Emilia langsung berdiri dan mendekat kearah Silvia yang masih berdiri menyambut kedatangan mereka. Ia sepertinya mengerti kalau Silvia sedikit tersinggung dengan pertanyaan yang mereka lontarkan barusan. Dengan penuh pengertian, Putri Emilia memegang kedua tangan Silvia dengan seyuman.

"Maafkan atas perkataan kami barusan Silvia,"