Chapter 361 - TERUSAN BAB 300 DAN 301 BAB KOLABORASI END

Ludius langsung mengerutkan alisnya. "Tidak bisa. Kita tidak bisa kesana. Banyak manusia malam di bar itu," "Anehnya. Untuk apa mereka membawa ke tempat seperti itu?" Tanya Longshang.Tidak ingin mencari masalah dengan orang-orang disana. Karena massa sangat banyak disana. "Tentu saja memancingku agar menampakkan diri," Gumam Arthur yang didengar jelas oleh mereka berdua. Ludius menepuk pundak Arthur. "Resiko," Arthur memutar matanya malas. "Kita bergerak sekarang," Mereka bertiga kemudian pergi menuju lokasi. Sesuai dugaan Ludius. Tempat itu ramai akan orang-orang yang menonton konser lokal hingga pagi. Bar itu memang tempat para bintang baru untuk memulai karirnya sebagai band terkenal. Banyak produser yang diam-diam menonton acara konser itu untuk mengangkat mereka masuk ke dalam agensi. Arthur sudah mampu menyesuaikan diri setelah ia menatap kesana kemari mencari truknya. Jason memberi informasi jika saat ini truknya berada di bagian belakang gedung. Tetapi sayangnya jalur untuk melewati belakang gedung itu tertutup oleh manusia-manusia yang mengerumuni sekitar panggung. Arthur sedikit bingung saat ini. "Apa truk itu punya teknologi canggih sampai bisa terbang melewati kerumunan ini dan sampai di belakang sana?" Ludius tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Ludius, persingkat waktu. Melewati kerumunan ini tidak mungkin. Kita alihkan saja perhatian mereka dan bawa keluar truknya segera," Longshang memberi ide. Arthur juga memikirkan hal yang sama. "Kalian berkelahi lah," Ucap Arthur santai. Ludius melotot. "Kau jangan mempermainkanku brengsek," Ludius dengan segera meraih kerah baju Arthur. Ia tidak ingin menjadi pengalih perhatian karena terlalu memalukan baginya. "Ck! Pukul saja salah satu dari mereka dan pura-pura tidak melihat," Longshang berkacak pinggang. Ini ratusan orang lawan 3? Longshang memikirkan cara untuk bisa menang saja tidak bisa. Bisa habis mereka dikeroyok mereka massa. Longshang melirik Ludius. "Tembakkan saja pistolmu dan pura-pura tidak tahu kemudian," Ludius mengangguk. Cara itu lebih baik. Arthur memutar matanya malas dan segera menyusup ke dalam kerumunan massa. Dorr "Aaaaaaakh!" "SIAPA ITU?!" "HEY!" "Merunduk!" Ludius dan Longshang berlari ke pinggiran bersama para manusia lainnya. Menghindar agar tidak ketahuan. Longshang sudah menyembunyikan pistol yang baru saja ia letuskan ke atas di balik mantel tebalnya. Ia sedikit merasakan moncong pistol yang panas menembus baju yang dikenakannya, tetapi tidak sampai membuatnya melepuh. Longshang menatap warga yang beramai-ramai berlarian menghindari kerumunan. Sedangkan Ludius tetap berdiri di sampingnya dengan pandangan matanya ke arah Arthur pergi. "Firasatku tidak enak," Kata Ludius dan menatap jam di tangannya. Benar saja. Saat semua orang merasa dipermainkan, mereka perlahan kembali mengisi depan panggung. Seperti melupakan suara tembakan tadi. Tetapi mereka semua salah langkah ketika sebuah truk tiba-tiba melaju kencang ke arah kerumunan. Ludius melotot tidak karuan. "Astaga!" Ludius kaget bukan kepalang. Ia melihat truk itu dikendarai oleh seseorang sedangkan Arthur bergelantungan di pintu truk sembari memukul si supir tanpa ampun. Gila! Ini sungguhan gila! "Aaaaaaakh!""Menyingkir! Cepat menyingkir!""Dasar gila!" Ludius langsung dengan sigap berlari menuju lapangan salah satu mobil merah yang entah siapa pemiliknya. Longshang pun juga langsung menaiki mobil dan mengotak atik kabel di bawah dashboard untuk menyalakan mesin mobil. "Sialan! Mereka ini siapa sih?" Ludius mengambil 'istol dan bersiap sewaktu-waktu musuh datang selagi Longshang berusaha menyalakan mesin. "Cepat!" Longshang pun langsung tancap gas prgi mengikuti mobil truk itu pergi. Yang membuat Ludius dan Longshang tidak habis pikir adalah, Arthur masih mempertahankan posisinya yang bergelantungan di pintu truk. Supir truk yang lumayan keras itu bertahan setelah Arthur berkali-kali melayangkan tinju di kepalanya.Hanya sopir itu dan tuhan yang tahu seberapa kuat tinju Arthur yang bahkan mengenakan dua cincin besi di jari tengah dan telunjuknya. Arthur terus menarik stir mobil ke kanan dan ke kiri untuk menghindari mobil selama di jalan lebar. Pria itu berkali-kali berusaha melemparkan Arthur dengan tinjunya. Namun sayangnya tidak ada yang berhasil. Ia berteriak kesal dan kemudian langsung membanting stir ke kiri untuk meremukkan tubuh Arthur ke bangunan toko. Ckiiiiiiitt"Astaga tuhanku?!" Ludius kaget setengah mati saat truk itu tiba-tiba membanting stir ke kiri sedangkan Longshang dengan refleksnya menginjak rem dan menghindari tergencetnya mobil nereka ke palang rambu lalu lintas. "Brengsek!" Maki Arthur. Tetapi nasib sial yang Arthur alami. Ia harus melepaskan pegangannya pada truk dan kemudian jatuh terguling di jalan. Truk itu kemudian melaju kencang setelah sekali menabrak papan pejalan kaki. Arthur menggeram emosi. Ckiiittt"Naik!" Teriak Ludius sembari melemparkan senjata ke Arthur.Arthur dengan segera menaiki mobil dan mengejar truk itu. Mereka bertiga masih terbilang beruntung karena truk itu berjalan dengan kecepatan sedang karena beban dari barang bawaan di box container. "Hey Arthur, aku tidak menyarankan untuk menembak bannya. Itu bisa meledak dan membuat truk terguling ke samping. Tidak lucu jika isi di dalam kontainer terhambur keluar bukan?" Ludius menoleh ke belakang saat melihat Arthur mengganti soket peluru pistolnya. Arthur tersenyum sinis. "Aku tidak sebodoh itu, Ludius. Ambil jalur kanan," Perintah Arthur mengeluarkan setengah tubuhnya dari dari jendela mobil. Longshang sempat tuli sesaat. "Kau bilang apa? Kanan? Kau tidak lihat di hadapan kita apa jika aku mengambil jalur kanan? Pagar beton!" Teriak Longshang hampir gila menanggapi Arthur. "Cepat ambil lajur kanan! Aku akan melompat!" "Astaga kepalaku sakit sekali rasanya," Kata Ludius yang kini menyiapkan senjatanya.Catatan.... ini sambungan Kolaborasi saya bersama

Setelah berhasil mengambil bagian kiri kepala truk, Arthur menghantamkan kepala pria itu ke stir mobil dan kemudian menariknya kuat hingga terlempar keluar. Pria itu pun terjun bebas dan terguling-guling di jalanan. "Ludius!" Teriak Arthur saat ini menahan stir mobil lewat jendela. Longshang dengan segera mendekati Arthur. Tetapi hal gila lagi yang dilakukan Arthur. Ia akan membuka pintu truk itu."Tahan pintunya sampai aku masuk!" Teriaknya pada Longshang. Apa? Pegangi pintu? Tidak lihat Longshang tengah memegang kemudi mobil? "Kau gila? Tunggu aku pindah dulu!" Ludius dengan segera berpindah ke kursi belakang. Karena kencangnya angin, membuat Arthur tidak bisa menahan daun pintu dan menahan tubuhnya untuk tidak bergelantungan. Itu mustahil, kecuali jika ia punya sayap. "Tahan!" "Ludius!" Teriak Longshang ketika pria itu hampir saja tertarik keluar karena berusaha meraih daun pintu dengan terpaan angin yang kencang. "Rapatkan ke kanan sedikit!" Teriaknya pada Longshang. Longshang pun merespon dengan cepat. Arthur melepaskan stir dan detik kemudian membuka daun pintu. Ludius langsung menahan pintunya. Demi tuhan karena kencangnya angin, Ludius harus mengeluarkan tenaganya ekstra di kedua lengannya sedangkan ia juga harus berfokus pada kekuatan kakinya agar bisa menahan tubuhnya. Ia bisa sungguhan terlempar keluar mobil jika ia tidak fokus. "Longshang! Rem sedikit! Shit! Lenganku bisa patah!" Teriaknya heboh.Arthur dengan lincah menyelinap ke dalam truk dan mengendalikan stir truk lagi. BraaakkkLudius langsung melepaskan pegangannya pada daun pintu dan debaman keras langsung menghantam Arthur. Tetapi tidak berpengaruh apa-apa lantaran Arthur sudah duduk dengan tenang dan mengendarai truk dengan tenang pula. Longshang menghela nafas lega. Begitu juga dengan Ludius. "Lain kali, jika pria sinting itu mengajakmu kerjasama lagi… hah hah mintalah harga tinggi!" Bentak Longshang gemas pada Ludius. "Ya hah hah  Aku akan memerasnya nanti hah hah," Kata Ludius sembari mengistirahatkan tubuhnya di kursi penumpang belakang. Longshang pun mengikuti truk yang Arthur bawa dengan sedikit santai. Mereka semua kembali ke bibir pantai saat disana telah berkumpul dua puluh orang bersenjata yang menjaga truk. "Astaga! Apalagi ini!" Teriak Ludius frustasi. Ia menyiapkan lagi senjatanya. Tetapi ketika truk yang Arthur bawa melenggang masuk begitu saja, Ludius kembali bernafas lega. Ternyata mereka adalah anak buah Arthur yang sedang menjaga truk senjata mereka. "Haahh…" Longshang menghela nafas lega ketika mobilnya berhenti tepat di samping truk Arthur. Mereka semua keluar dari mobil dan kemudian mengambil nafas di belakang mobil merah yang telah ringsek bagian belakangnya dengan lubang-lubang peluru. Ludius menatap Arthur yang memberi perintah pada anak buahnya. Ia kemudian berjalan ke arah Ludius dan Longshang. Ludius langsung meludah ke pasir saat melihat senyuman seringai Arthur. menjengkelkan sekali. "Ini kali pertama kita bekerja sama seperti tadi. Bagaimana? Tertarik bergabung?" Tanya Arthur bercanda. Ludius tersenyum menghina. "Tidak terima kasih. Istriku tengah mengandung. Aku tidak ingin membiarkannya jadi janda dengan wajah dan tubuh secantik itu," Arthur mendengus. Masa bodoh. Toh mereka sama saja mesumnya jika soal wanita. "Aku akan bawa setengah senjata ini ke Swedia dan mengirimkan bagianmu ke China setelah semua aman tiba disana," Ludius mengangguk. Ia melihat ke arah pantai lepas. Ada sebuah kapal yang berdiam di atas perairan. Sedikit agak jauh dari bibir pantai. "Lalu? Bagaimana kau mengangkutnya ke kapal itu?" Tanya Ludius penasaran. Arthur nampak diam saja ketika ia sibuk dengan ponselnya. Tetapi suara sebuah helikopter yang berjalan ke arah bibir pantai dari kapal itu membuat Ludius menaikkan sebelah alisnya. Seorang pria berumur terlihat turun dari helikopter itu setelah mendarat di atas pasir pantai. "Tuan…" Arthur langsung berjabat tangan dengan orang tengah baya itu. Ia melihat-lihat ke arah kelima truk yang berjajar di atas pasir pantai dengan teliti. Arthur sedikitnya memperhatikan pria tua yang berbahaya itu ketika ia melihat betapa ganasnya aura yang dimiliki pria tua itu. Walaupun terkenal di dunia hitam, tetapi pria tua ini bisa dibilang saingan terberatnya. Menjadikannya rekan akan sangat menguntungkan Arthur. Sebenarnya jika Arthur tidak menawarkan barang padanya, mereka tidak akan bertemu sebagai pedagang dan pembeli seperti ini. Arthur melirik Ludius yang masih bersandar pada belakang mobil dan kemudian menatap pria tua itu bergantian.Haahhh… Arthur rasanya ingin bekerjasama seterusnya dengan mereka. "Bagaimana mengangkut bagianku ke kapalku?" Tanya pria itu pada Arthur. Tetapi Arthur malah melihat jam tangannya dan kemudian mengambil ponselnya, menghubungi seseorang. "Posisi?""...""Baiklah," Arthur memutuskan sambungan telpon dan kemudian beralih pada pria tua itu. "Lima belas menit lagi pesawat pengangkut datang. Mari berbincang sebentar sembari menunggu pesawat pengangkut datang," Ucap Arthur. Pria itu menyetujuinya. "Akhir-akhir ini kau semakin rutin berbuat ulah di Eropa. Aku dengar kerusuhan Perancis merombak ulang sistem nuklirnya. Aku menebak itu pasti ulahmu," Ucapnya melipat kedua tangan di belakang tubuhnya. Tongkat dengan ujung kepala terbuat dari kaca berbentuk bola berlian yang indah. Lalu dengan tongkat besinya dilapisi emas melingkari tongkat seperti ular. Dan juga lapisan emas dan biji berlian yang ada di leher tongkat begitu menarik perhatian Arthur. Jika Arthur tidak salah ingat, ada beberapa petinggi dalam militer yang menggunakan tongkat kepemimpinan sebagai lambang seorang jendral tinggi. Tetapi Arthur terbatas informasi mengenai militer karena ia bukan militer. Mungkin ia akan menanyakan hal itu pada Earl. "Aku sangat sibuk mempersiapkan pernikahanku bulan depan. Silahkan datang, aku mengundang anda secara khusus," Pria tua itu juga memiliki reaksi yang sama dengan Ludius. "Siapa wanita beruntung itu?" Arthur tersenyum miring. "Anggota militer," "...""Bagaimana kabar cucu anda, Mr. Takahashi? Ku dengar dia masih belia," Takahashi memicingkan matanya menatap Arthur. Pria gila ini tidak bermaksud mencelakai cucunya kan? Arthur mengangkat kedua tangannya ketika paham ke arah mana pria tua itu berpikir. "Hanya berbasa-basi," Kata Arthur kemudian. Takahashi menghela nafas dan memegang kepalanya sakit. Cucunya yang satu itu memang baru saja beranjak dewasa. Menentang dirinya hanya untuk kepentingan teman-temannya. Tetapi memang cucu kesayangannya itu luar biasa, kakeknya ini saja sampai kadang kewalahan sendiri. "Dia masih murid SMA, masa-masa indahnya bersekolah," Ucapnya dengan senyuman kecil. Mengingat cucunya yang satu itu membuat perasaan Takahashi menjadi hangat. Tak lama kemudian datanglah sebuah helikopter militer Chinook dan mempertahankan posisinya di atas truk kemudian melakukan pekerjaannya dengan baik. Orang suruhan Arthur dengan sigap mengemas truk agar siap diangkat oleh helikopter itu menuju kapal pribadi Takahashi. Ludius dan Longshang menggelengkan kepalanya. Entah bagaimana caranya helikopter militer menjadi alat pengangkut Arthur saat ini. Begitu pula dengan Takahashi. Benar-benar diluar dugaan. Mencuri satu helikopter dari pangkalan militer saja Arthur mampu. Arthur tetap pada posisi berdirinya menatap kinerja anak buahnya. Dua truk dan sepuluh box senjata telah berhasil mendarat dengan aman di atas kapal. Menyisakan dua truk lagi bagian dari Arthur dan Ludius. "Senang bekerjasama dengan anda, Mr. Takahashi. Hubungi aku jika membutuhkan bantuan," Ucap Arthur yang kemudian berjabat tangan denhan Takahashi. "Baiklah, aku pergi," Arthur menatap helikopter pribadinya mengantar Takahashi kembali ke kapalnya. Transaksi berhasil dan kemudian Arthur berjalan mendekat ke arah Ludius. "Kau berurusan dengan banyak orang-orang yang berbahaya rupanya," Ludius masih menatap kapal yang mulai bergerak perlahan meninggalkan pesisir pantai. "Aku lebih suka mencari masalah," Jawab Arthur cuek. Longshang menggelengkan keoalanya sebagai respon untuk perkataan Arthur barusan. "Lalu?" Ludius melirik Arthur menuntut kejelasan atas bagiannya. Ia harus mendapat bagian. Ia berjuang mati-matian menolong Arthur dan sekarang ia butuh digaji. "Baiklah, 25%. Aku akan membawa semua barang ke Berlin. Situasi sekarang jelas tidak memungkinkan untuk mengirim senjata ke China. Setelah situasi kembali tenang, aku akan mengirimnya langsung," Ludius mengangguk. Pembagian hasil yang lumayan. Setidaknya Arthur tidak pelit hasil kepada sesama rekan bisnisnya. Diluar dugaan ternyata ia cukup dermawan. "Setelah ini apa rencanamu? Misi yang jauh lebih besar dari ini di Berlin?" Tanya Ludius memancing Arthur. Sebenarnya Arthur selalu penuh misteri. Kegilaannya selalu saja menjadi sorotan. Ludius sudah sering mendengar kabar macam-macam tentang Arthur. Artis di dunia hitam. Batin Ludius aneh. "Aku harus menghanguskan orang-orang yang berpotensi mengusikku di masa depan sebelum aku pensiun dari dunia hitam," Mungkin terdengar agak mustahil. Tapi memang kemungkinan untuk hidup damai setelah semua kerusuhan ini terjadi, hanya 10% kemungkinan saja. Ludius menghela nafasnya. Ia juga seorang pria. Melindungi keluarganya juga prioritas utamanya. Sedangkan Arthur seorang pria yang berusaha menjauhkan keluarganya di masa depan dari hasil yang ia tuai pada masa ini. Cukup ironis. Arthur hanya bermimpi untuk satu kebahagian kecil yang hampir mustahil ia jalani. "Ya. Aku akan kembali ke China sekarang," Arthur mengangguk. Sebagai salam perpisahan, mereka berjabat tangan dan pergi meninggalkan pantai.