"Jangan begitu Putri Emilia, aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu sensitif pada hal yang sederhana seperti ini. Sudah sewajarnya kalian bertanya tentang hal ini." Ujar Silvia sambil mengantar Putri Emilia duduk kembali.
"Bibi Yun.." panggil Silvia pada Bibi Yun yang masih berdiri di sofa.
"Iya, ada apa Nyonya?." Bibi Yun segera menghadap.
"Tolong bawakan minuman dan camilan ya Bi," pinta Silvia pada Bibi Yun.
Ia berbalik melihat ke arah Putri Emilia dan Pangeran Richard. "Pangeran Richard dan Putri Emilia ingin meminum apa?." Tanya Silvia dengan senyuman.
"Seperti yang biasanya kita minum bersama saja Nyonya Lu." Celetuk Pangeran Richard.
Putri Emilia yang ada di sampingnya langsung mellirik tajam ke arah Pangeran Richard, si kakaknya itu. "Kak, sejak kapan kalian jalan bareng dan minum bersama? Kakak tidak sedang menggoda wanita bersuami, kan?." Tanya Emilia
"Jangan asal bicara dong Putri Emilia. Kakak memang sudah mengenal Silvia jauh-jauh hari, itupun tidak sengaja karena waktu itu Kakak sedang mengadakan jamuan bisnis. Dan kebetulan Silvia juga datang ke restorann yang sama. Sudah itu saja.." ujar Pangeran Richard menceritakan awal dirinya bertemu Silvia,
"Benarkah, Kakak tidak sedang membohongi atau menceritakan hal yang berbeda padaku, kan?" cecar Putri Emilia pada Kakaknya itu.
Pangeran Richard memang kadang bertingkah konyol dan semaunya sendiri, tapi bukan berarti Pangeran Richard tidak memiliki kebijaksanaan. Dari hal yang di dengar, Pangeran Richard bahkan di kabarkan menjadi Pangeran yang paling bijaksana dari beberapa saudara dan generasinya. Maka dari itu, Raja saat ini sangat bergantung pada kecerdasan dari Pangeran Richard.
"Tidak, Emilia. Mengapa kamu tidak percaya dngan perkataan kakak?."
"kakak kan memang seperti itu, senang bohong sama Emilia. Bilang kagak kenal Silvia, tahunya ambil start duluan dan sudah minum bareng lagi!" cibir Emilia,
"Maafkan Kakak Emilia. Habisnya kamu orang nya sok tahu. Ya sudah Kakak tidak memberitahu."
Silvia yang melihat mereka bertengkar layaknya anak kecil membuat Silvia sejenak ingin tertawa. "Pfft... hahah.. Putri Emilia, ternyata kalian begitu akrab yah." Sela Silvia tidak tahan menahan tawa mendengar pertengkaran mereka.
Pangeran Richard yang melihat tawa dari Silvia tersenyum simpul. "Akhirnya kamu tertawa juga Silvia. Kamu tidak pantas untuk menangis, karena Silvia yang ku kenal adalah wanita yang tegar." Gumam Pangeran Richard dengan terus memperhatikan Silvia,
Dari arah belakang Bibi Yun datang. "Permisi, camilan dan minumannya sudah siap." Bibi Yun yang membawa nampan dengan beberapa gelas berisi beragai minuman dan camilan Bibi Yun letakkan dimeja.
"Ayo Tuan dan Nona, silahkan di cicipi makaannya." Kata Bibi Yun dengan ramah.
"Wah, kelihatannya camilan ini enak, Bi.." celetuk Pangeran Richard, ia mengambil satu camilan tersebut dan memakannya. Dengan menikmati makanannya, Pangeran Richard mengangguk-anggukan kepala. "Oh ya, ini nama makanannya apa ya Bi?." Tanya Pangeran richard penasaran.
Emilia yang melihat reaksi Kakaknya begitu sedemikian rupa menikmatinya, membuat Putri Emilia ikut mencicipi camilan itu. "Wah.. ini enak sekali Kak Silvia." Kata Emilia yang baru merasakan makanan se enak itu. "Ohya, nama makanannya apa Silvia?. Mengapa aku tidak pernah melihat ini di China?."
"Nona Emilia, sebenarnya itu Nyonya yang buat sendiri untuk camilan. Nyonya sering membuat camilan untuk orang rumah. Kalau begitu, Bibi pamit kebelakang terlebih dahulu."
Di tengah perbincangan yang tiada akhir itu, ponsel milik Silvia berdering. Ia langsung merogoh sakunya mengambil ponsel pribadi miliknya.
Bzzt.. Bzzt..
["Nyonya Lu. Ini saya Zhenyi."] ucap seseorang yang ada di ujung telefon.
["Zhenyi? Bagaimana kabar mengenai Ludius? Apakah suda membuahkan hasil?."] Silvia sedikit khawatir dan harap-harap cemas mendengar apa yang akan di katakan Zhenyi.
["Nyonya, Tuan sudah di temukan. Dia dalam keadaan pingsan saat ini dan sedang dalam perjalanan menuju ke Mansion."]
["Benarkah? Ludius sudah di temukan? Kaku tidakk sedang bercanda kan Zhenyi?."] tanya Silvia memperjelas hal yang di dengarnya.
["Benar Nyonya, tunggu sekitar 20 menit lagi kami akan sampai."]
["Baik, terima kasih atas informasinya Zhenyi."]
Silvia langsung memutus panggilannya, tanpa sadar ia meneteskan air mata di depan Putri Emilia dan Pangeran Richard.
'Suami ku, akhirnya kamu benar – benar telah di temukan. Ini seperti mimpi saja bagiku. Ya Tuhan terima kasih telah mengembalikan Ludius padaku. Aku tidak bisa membayangkan jika hidup tanpanya.' Batin Silvia.
"Silvia, mengapa kamu menangis? Apakah ada sesuatu yang salah?." Tanya Pangeran Richard begitu melihat Silvia meneteskan air mata.
"Tidak, tidak ada apa – apa. Hanya saja, aku baru saja mendapat kabar bahwa Ludius telah di temukann." Kata Silvia dengan senyumnya, menenggelamkan alasan menangis dirinya yang sedang bahagia atas kembalinya Ludius.
Putri Emilia menyenggol siku Kakaknya ." kakak, lebih baik kita pergi yuk. Biarkan dulu Silvia menghabisakan waktunya dengan suaminy. Kakak tidak boleh hanggu..!." ujar Emilia pada kakaknya,
"Ish... mulut terlalu benar kalau berbicara Emilia. Baiklah, sebaiknya kita memang kembali terlebih dahulu." Balas Pangeran Riochard.
Pangeran Richar dan Emilia beranjak dari duduk mereka secara bersamaan, "Silvia, suamimu sebentar lagi kembali. Lebih baik kami juga kembali agar tidak mengganggu kalian."
"Loh, kok sudahan sih? Bukannya baru main sebentar. Ini hampir malam loh. Yuk disini saja sampe makan malam tiba." Cegat Silvia. Habisnya mereka baru datang dan belum mencicipi camilan combro dan bakwan goreng khas ornang jawa.
"Maafkan aku Silvia, aku memang harus kembali sekarang. Untuk masalah makan malam kita kapan-kapann pasti akan kembali lagi ." ujar pangeran Richard
"Baiklahm aku takkan memaksa kalian untuk tetap tinggal."
Pangeran Richard dan Putri Emilia keluar dari ruang tamu di antar Silvia. Sesampainya di pintu depan Emilia memeluk Silvia dengan sepenuh hati.
"Terima kasih suguhannya. Makanan tadi sungguh nikmat Silvia. Ibu ku jika memakannya, sepertinya juga akan sama tertariknya sepertikku. Ohya tadi itu apaan namanya?."
"Yang mana Putri Emilia?." Tanya Silvia bingung,
"Makanan yang pedas itu loh Silvia, itu makanan apaan yah?" tanya Putri Emilia kembali.
"Oh itu," Silvia tertawa seketika melihat ekspresi Putri Emilia, "Tadi itu makanannya bernama combro. Terbuat dari ubi yang sebelumnya di kukus. Setelah itu, ubinya di tumbbuk dengan di masukkakn bahan-bahan yang ada. Jika sudah selesai itu tinggal buat sambal tempe nya." Kata Silvia panjang lebar.
"Oh terima kasih atas resepnya. Nanti aku akan coba di rumah dan suruh pelayan buatin hihi."
Karena sudah malam, Pangeran Richard dan Putri Emilia pamit terlebih dahulu, "Silvia. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengizinkan kami bertamu,"
"Tidak masalah, kapan-kapan kalian bisa kemari lagi dan terima kasih."