Chapter 363 - 363. Akhirnya kamu kembali Sayang..

Setelah kepergian Pangeran Richard dan Putri Emilia dari Mansion Lu, Silvia yang berdiri di depan pintu masih menunggu dengan harap-harap cemas. Tubuhnya yang sudah lelah dan melemah karena seharian harus mengurus semua pekerjaan di kantor, tidak  menyurutkan tekadnya untuk menunggu Ludius kembali.

Tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan saling mengatup didepan dadanya, berharap sambil berdo'a dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Silvia yang mencoba bersikap biasa saja agar terlihat tegar di depan semua orang kini matanya basah.

'Suamiku, bagaimanapun keadaanmu saat ini, aku akan disini untuk menunggumu sampai kamu kembali.' Batin Silvia,

Bibi Yun melihat Silvia masih berdiri di depan pintu langsung menghampirinya sambil  membawakan mantel hangat karena cuaca malam ini cukup dingin.

"Nyonya.." panggil Bibi Yun dari belakang, "Mengapa Nyonya tidak masuk saja dan menunggu kedatangan Tuan Lu di dalam. Nyonya harus memikirkan kondisi anda yang sedang mengandung. Saya tidak bisa mengatakan apapun pada Tuan nanti jika beliau tahu Nyonya memaksakan diri seperti ini." Tegur Bibi Yun secara halus pada Nyonya nya yang masih berdiri di depan pintu.

"Tidak bisa Bi, sebelum aku melihat kedatangan Ludius, aku akan tetap disini." Jawab Silvia dengan tatapan kosong melihat hampa ke depan.

"Baiklah jika itu keinginan Nyonya, pakaialah mantel ini, cuacanya di luar sangat dingin." Ujar Bibi Yun yang memakaikan mantel tebal di punggung Silvia.

Silvia menoleh ke arah Bibi Yun dan tersenyum padanya. "Terima kasih Bi, sekarang aku jadi lebih baik. Bibi bisa masuk ke dalam."

"Tapi Nyonya.."

Belum sempat Bibi Yun melanjutkan perkataannya, Silvia sudah terlebih dulu memutusnya. "...Tidak ada tapi-tapian Bi. Bibi masuk saja."

Bibi Yun makin tidak enak hati dengan Nyonya nya yang begitu setia berdiri menunggu suaminya Ludius Lu. "Baiklah, saya akan masuk dan membuatkan minuman hangat untuk Nyonya." Bibi Yun akhirnya meyerah pada sifat keras kepala Silvia yang masih bersikukuh berdiri untuk menunggu suaminya kembali.

Beberapa menit telah berlalu, dan tanda-tanda suaminya kembali pun belum terlihat. Meski Silvia tidak putus asa di saat kondisinya semakin melemah, namun hati dan matanya semakin basah memikirkan bahwa suaminya kali ini tidak kembali juga. Ia bagai dipermainkan perasaan dan takdir hingga secuil hatinya bahkan sampai menhujat Tuhan nya.

'Jika aku  di takdirkan untuk menjalani kehidupan sehidup semati bersama Ludius, mengapa Engkau masih memberikan cobaan dengan memberikan jarak dalam hubunganku dengannya? Bukankah ini tidak adil Tuhan. Tolong jawab pertanyaanku..!' seru hatinya dalam isak tangis menatap nanar ke atas langit yang gelap.

20 menit telah berlalu, namun tidak ada mobil atau apapun yang memasuki gerbang utama kediaman Lu, tubuh Silvia yang sudah semakin melemah ia paksakan untuk tetap berdiri. Ia pikir, jika suaminya terluka,, maka ia juga ingin berbagi luka dengan nya.

"Hufft.." nafas Silvia mulai tersengal karena suhu udara semakin turun, waktu lambat laun merayap naik.

Di saat Silvia hampir kehilangan keseimbangan dan kesadaran atas dirinya, terdengar suara lirih deru mobil memasuki gerbang utama kediaman Lu. Seketika senyum Silvia mengembang, berharap yang datang kali ini adalah suaminya yang ia tunggu.

Mobil tersebut melesat memasuki halaman rumah dan terhenti di depan pintu utama dengan Silvia yang masih berdiri disana.

Dari dalam mobil keluar seorang pemuda dengan tubuh berbalut kain putih dengan jas yang  tersampir di punggungnya. Pria itu berjalan perlahan karena menahan sakit di tubuhnya menghampiri Silvia dengan senyuman dan binar mata penuh kerinduan.

"Sayang, mengapa kamu masih di depan rumah malam-malam seperti ini?." Tanya sang pria yang ternyata Ludius begitu ia di depan Silvia. Tangannya yang hangat dan kekar menyentuh wajah Silvia yang basah dan menghapus bulir air mata belahan jiwanya dengan ujung jemarinya.

"Jahat! Aku seperti ini memangnya karena siapa lagi kalau bukan kamu, suamiku." Tangan Silvia menggapai tangan Ludius yang menyentuh wajahnya dan bertumpu di atasnya. "Aku takut.. aku takut jika kamu tidak akan kembali lagi.." Silvia berbicara dengan tubuh gemetar sampai suaranya terdengar serak.

"Sayang, maafkan aku karena telah membuatmu khawatir. Aku janji, setelah ini takkan lagi ada air mata dari mata indahmu." Ludius menarik perlahan tubuh Silvia dalam pelukannya, membelai lembut surai rambutnya dengan mengecup ujung kepala istrinya penuh cinta.

"Jangan tinggalkan aku lagi, aku takkan sanggup jika harus menanggung perasaan ini lebih lama."

"Tidak akan Sayang, sejauh apapun aku pergi. Suami mu ini pasti akan kembali ke sisimu. Karena Ludius takkan lengkap tanpa Silvia nya."

"Syukurlah.." begitu kata itu terucap, rasa sakit dan pening di kepala Silvia kembali lagi.

'Rasa sakit ini kembali lagi..' batin Silvia, tubuhnya mulai hilang rasa, rasa sakit di area perutnya kembali terasa dengan kepala yang mulai pening, pandangan mata mulai kabur.

Ludius yang merasa tubuh Silvia memberat memiliki firasat kurang baik,  ia langsung melepas pelukannya dan memperhatikan wajah Silvia. "Sayang, kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali.." kata Ludius dengan cemas.

Silvia membalas dengan senyum simpulnya, meski ia merasakan sakit hingga membuat tubuhnya melemah, tapi itu tidak sebanding dengan perasaan bahagianya saat ini setelah melihat Ludius baik-baik saja. "Aku baik-baik saja suamiku, mungkin sedikit lelah. Setidaknya kamu sudah ada di depan mataku Sayang. Biarkan aku istirahat sebentar saja." Silvia kembali memeluk Ludius dengan kepala bersandar di dadanya.

Sadar tubuh istrinya semakin melemah, Ludius langsung mengangkat Silvia dalam gendongannya dan memmbawanya masuk ke dalam. "Istirahatlah Sayang, aku akan membawamu ke dalam." Ujar Ludius dan dibalas dengan anggukan istrinya yang perlahan kehilangan kesadaran yang tidak di ketahui Ludius.

Dari dalam mobil, seorang wanita keluar dengan diikuti Zhenyi. Karena wanita itu terlihat akan lari, terpaksa Zhenyi mencekal seorang wanita yang mencoba menghampiri Ludius, ia bahkan memberontak dari cekalan Zhenyi dengan berteriak memanggil Tuannya. "Tuan, biarkan aku ada disisimu!." Teriak sang wanita.

Zhenyi yang mendengar wanita itu berteriak langsung membekap mulutnya agar diam. "Sst.. diamlah, apa kau tidak merasa malu berteriak di malam hari memanggil seseorang yang sudah beristri?. Masuk! Aku akan membawamu ke villa. Kau akan tinggal disana mulai malam ini." Kata Zhenyi. Ia memaksa wanita itu masuk ke dalam.

"Jahat, Zhenyi jahat, tidak seperti Tuan!." Umpat sang wanita itu dengan lagatnya yang polos.

"Diamlah, dan masuk! Aku tidak ingin melukai wanita yang telah menyelamatkan Master. Aku heran, sejak tadi di depan Master, kau diam seribu bahasa, begitu Master bersama istrinya kau mengamuk. jangan coba-coba jatuh cinta padanya, karena itu MUSTAHIL!."