Chapter 364 - 364.

"Zhenyi, lepasin tangan Xing'er! Xing'er mau temani Tuan ke dalam." Tolak Chun xing dengan terus mencoba lepas dari cekalan Zhenyi.

"Jika kamu terus seperti aku tidak akan segan Xing'er! Diam dan masuk!." Zhenyi menarik tangan Chun xing hingga tanpa sengaja terjatuh ke dalam pelukan Zhenyi. 

Chun xing yang terkejut dengan apa yang Zhenyi lakukan langsung mendorong Zhenyi mundur, namun tangan kiri Zhenyi melingkar cukup erat di pinggang Chun xing membuatnya tidak berdaya di depan pria kasar di depannya.

"Tidak!." Tolak Chun xing kembali. Penolakannya kali ini ternyata mengundang amarah dari Zhenyi yang beberapa hari ini belum istirahat dari terakhir kali pertempuran di daerah Nanjiang.

Tangan kanan Zhenyi menekan dagu Chun xing memaksa wanita itu melihat jelas kearahnya. Dengan sorot mata yang dalam, ia mencuri ciuman Chun xing dengan paksa.

"Pffft.." Chun xing mencoba memberontak dengan mendorong dan memukul-mukul dada Zhenyi, namun sepertinya mustahil. Pria itu terlalu kuat, bahkan tidak memberikan celah sedikitpun untuk Chun xing lepas darinya.

'Tidak..! mengapa jadi seperti ini? Ciuman pertamaku, yang ingin aku persembahkan untuk Tuanku nanti, tapi mengapa di ambil olehnya?.' Batin Chun xing berteriak.

Pria bernama Zhenyi ini cukup kasar dalam mencium Chun xing, dan bagi Chun xing sendiri yang belum pernah tersentuh oleh pria meski itu sebatas bibir merasa sedih sekaligus terluka. Tanpa sadar sudut air matanya menetes membasahi wajah Zhenyi,

Sesaat Zhenyi tertegun ketika wajahnya basah oleh setetes air mata Chun xing, ia langsung melepas tautannya dari bibir Chun xing dan mengangkat Chun xing membawanya kembali ke dalam mobil.

"Maafkan aku.." bisik Zhenyi pada Chun xing ketika wanita  itu ada dalam gendongannya.

"Mengapa kau melakukan ini padaku? Memaksa sebuah ciuman wanita? Apa kau pantas di sebut seorang pria?"

"Lebih tidak pantas menjadi orang ketiga diantara hubungan mereka."

Chun xing langsung menyembunyikan wajahnya di sela dada Zhenyi. Sedangkan di dalam mobil, Zhenyi menurunkan Chun xing lalu menyudutkannya di sudut kursi dengan memandangnya serius. "Jangan pernah menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan. Selain kau melukai hati mereka, kau takkan mendapatkan apapun selain sebuah kebencian. Meski aku tidak menyukai tingkahmu, tapi kau adalah orang yang menolong Master." Zhenyi beranjak dari depan Chun xing dan menutup pintu mobilnya.

Chun xing hanya terdiam mendengar setiap perkataan Zhenyi, tidak bisa membantah karena semua yang di katakan Zhenyi adalah BENAR. Tapi tetap saja Chun xing sudah terlanjur jatuh hati dengan Tuannya. Ia hanya bisa diam untuk sementara waktu, kepolosan dan pengasinngannya akan dunia membawanya menjadi wanita yang menjadi keras kepala tanpa memikirkan perasaan orang lain.

-

Disisi lain, dengan tubuh yang masih penuh luka lebam dari beberapa kali terbentur, Ludius menggendong Silvia menuju kamar mereka. Saat ini mungkin waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

Namun Ludius tidak menyangka, wanita yang bernama Chun xing akan menuruti keegoisannya dan mengikutinya sampai saat ini. Terlebih lagi Chun xing mengikutinya tanpa Ludius ketahui karena selama penyelamatan yang di lakukan Zhenyi dan orang-orangnya, ia dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Di kamar pengantin Ludius membaringkan Silvia di ranjang tidur mereka. "Ishhh.. tulang-tulangku terasa remuk, ini benar-benar menyebalkan!." Gerutu Ludius lirih, sambil menggerak-menggerakkan lengan kanannya yang sedari tadi seperti mati rasa.

Setelah Ludius membaringkan Silvia, ia baru menyadari ada yang aneh dengan istrinya. Kondisi Silvia tidak seperti orang tidur. Ludius langsung kembali mendekatkan dirinya disamping Silvia. Ia menepuk-nepuk perlahan wajah Silvia. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan? Kamu hanya tidur kan?."

Ludius mulai cemas dan khawatir dengan kondisi istrinya. Ia langsung berjalan kedepan pintu dan memanggil seseorang. "Bi! Bibi Yun!" teriak Ludius tanpa memikirkan bahwa waktu sudah malam.

Secepat mungkin Bibi Yun langsung naik ke lantai atas menemui Tuannya. "Ya Tuan Lu, ada yang bisa Bibi bantu?." Tanya Bibi Yun, ia sesaat melihat mata Ludius, jelas sekali Tuannya itu sedang dalam mood yang buruk, lebih tepatnya cemas bercampur amarah.

"Bi! Cepat hubungi Dokter untuk memeriksa kondisi Silvia, dia sepertinya pingsan kembali." Ujar Ludius. Ia lansung masuk kembali kedalam tanpa menunggu sahutan dari Bibi Yun.

"Baik Tuan Lu, saya akan memanggil Dokter sekarang juga." Jawab Bibi Yun. Ia langsung melangkah cepat ke ruang tamu untuk menelfon Dokter.

Disisi lain Ludius masih duduk di samping Silvia dengan tangannya mengusap lembut kening istrinya sambil menyampirkan rambut yang menutupi wajah istrinya. Dadanya seakan sesak melihat wajah pucat istrinya, karena kejadian ini akan terus berlangsung hingga 6 bulan kedepan.

"Sayang, apa yang harus aku lakukan? Kondisimu semakin hari semakin  memburuk. Aku tak kuasa melihatmu seperti ini. Aku sangat tidak kuasa untuk itu.." gumam Ludius, ia mengecup kening istrinya.

Sesaat Silvia menunjukkan ekspresi mengerutkan kening seakan sedang menahan sakit, sampai dalam keadaan pinsan pun ia masih bisa merasakannya. Dengan sigap Ludius langsung menggenggam tangan istrinya dengan tangan yang lain mengusap perut istrinya dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian.

"Masih ada 6 bulan sampai kamu melewati proses persalinan. Tapi jika kondisimu terus seperti ini, aku sangat khawatir, kamu tidak akan bertahan lama. Sayang, haruskah aku memberikanmu pada Daniel agar dia merawatmu? Ataukah aku harus tega menggugurkan kandunganmu?. Tapi aku tidak memiliki kuasa untuk membunuh darah dagingku sendiri. Sepertinya ceppat atau lambat aku akan menyerahkan prosesi penyembuhanmu pada Daniel." Gumam Ludius.

Sekelebat ia teringat kembali dengan kejadian 2 tahun silam, Silvia demi melindungi kakak brengseknya yang entah saat ini ada dimana, Silvia harus menerima  peluru yang langsung di todongkan dari tangannya.

"Ini memang salahku. Andai saat itu aku mengerti perasaanmu yang ingin melindungi saudaramu, apakah aku masih bisa menodongkan pistol di depan kalian dan kau akan terlukan, Sayang?."

Hari itu adalah pukulan terberat bagi Silvia, juga menjadi momen kesekian kalinya Ludius melukai Silvia. Sebelumnya Silvia lumpuh total juga karenanya. Jika tidak bertaruh dengan salah satu orang dari Black Emperor, Silvia takkan di suntikkan obat yang menyebabkan lumpuh total.

Mengingat semua hal itu, membuat seorang Ludius Lu sang Penguasa daratan China terlihat sangat menyedihkan. "Untuk apa aku menjadi sang penguasa di daratan China ini, jika aku tidak bisa menyelamatkan istri  yang aku cintai?." Katanya di depan Silvia dengan wajah tertunduk.

"Jika membuang semua statusku akan mengembalikan semua kebahagian dan hiduup tenangmu, maka aku akan melepasnya, Sayang.." Ludius mengatakan semuanya didepan istri tercintanya, ia kini terlihat seperti pria yang sedang putus asa melihat keadaan istrinya.