Chapter 367 - 367. Menyambut Kedatangan Ibu Mertua bag2

Setelah menelpon Wangchu, Ludius beranjak dari duduknya untuk melepas kain putih yang membalut di tubuhnya. Keadaan Ludius sebenarnya cukup parah, selain tulangnya yang lebam, beberapa di bagian tulang belakang mengalami luka cukup serius. Beruntung Ayah dari Chun xing memberinya ramuan yang entah terbuat dari apa, mampu mengurangi sedikitnya luka dalam yang ada dalam tubuhnya.

Jika saja saat itu Paman Zhang tidak menolong dan memberikan pertolongan pertama padanya, mungkin saat ini Ludius masih terbaring dengan luka serius dan bisa di prediksi akan mengalami kelumpuhan di beberapa tempat.

Setelah melepas kain yang membalut tubuhnya, Ludius mengambil handuk yang tergantung di lemari dan membawanya ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, ia yang sudah tak berbalut sehelai kainpun langsung berdiri di bawah shower. Air dingin mengguyur membasahi tubuhnya yang atletis. Entah apa yang di fikirkan Ludius saat ini, perasaannya terasa geringsang bagai ada banyak yang yang mengganjal di pikirannya.

'Ada apa denganku, mengapa perasaan ini terasa begitu panas dan membakar seluruh tubuhku? Ini tidak lucu, tidak mungkin aku sedang cemburu pada pria calon Penguasa Kerajaan Hardland itu, kan?.' Batin Ludius.

Selama ini memang Ludius selalu cemburu melihat Silvia bersama pria lain. Meski kadang ia terbawa emosi, tapi perasaannya selalu tenang dan tidak pernah merasa segusar ini, karena ia menganggap mereka bukanlah orang yang bisa bersaing dengannya dalam mendapatkan Silvia. 'Tapi mengapa sekarang aku merasa gusar hanya karena melihat foto mereka bersama.  Ludius, ini seperti bukan kau saja!.'

Dinginnya air yang membasahi setiap lekukan tubuh Ludius tidak begitu terasa baginya, yang di rasa kali ini hanya panas dan membaranya emosi yang terpendam dalam hati. Merasa mendapat saingan dalam cinta, ia seperti kembali pada dirinya yang memiliki keinginan untuk mendominasi.

"Sial, brengsek! Bagaimana bisa dia mau bersaing denganku yang jelas-jelas suami dari Silvia. Apakah dia tidak tahu sedang berurusan dengan siapa?." Meski Ludius marah dan melampiaskannya, tetap tidak akan mengubah kenyataan kalau Pangeran Richard sedang mencoba mendekati  istrinya dan dengan mudahnya ia terpancing perasaan cemburunya.

Belum lagi tawaran Daniel Qin yang diam-diam juga menginginkan Silvia dengan dalihnya yang membuat Ludius terpojok. Di  tengah guyuran air shower yang deras, Ludius menadahkan wajahnya, menikmati setiap air yang mengalir pada dirinya, mencoba melepas beratnya beban yang saat ini menumpuk dalam hatinya.

-

20 menit Ludius habiskan waktunya dalam kamar mandi dengan pikiran yang pergi berkeliaran entah kemana. Ia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimono putih dan berjalan ke luar kamar tidur mencari dimana Bibi Yun berada. "Bibi Yun!" panggil Ludius dengan suara lantang dari depan kamarnya.

Tidak berselang lama Bibi Yun datang dari arah tangga untuk menghadap. "Maaf Tuan Lu, ada apa Tuan memanggil saya?" Tanya Bibi Yun sambil membungkukkan badan.

"Segera bereskan kamar tamu dan kamar khusus milik Ibu mertua yang ada di bawah, beliau sebentar lagi mungkin akan tiba di bandara. Selama beberapa waktu Ibu mertuaku akan tinggal disini. Jadi, aku mohon Bibi melayani beliau dengan baik." Kata Ludius sambil menunjuk kearah kamar khusus yang di persiapkan untuk Ibu mertuanya ketika tinggal di Mansionnya.

"Baik Tuan, saya akan merapikan kamar tamu dan kamar khusus Nyonya Besar. Kalau begitu saya permisi." Bibi Yun mengundurkan diri dari hadapan Ludius.

Ludius sendiri yang masih berada di depan kamar kembali ke dalam untuk mengganti pakaian, ia berniat menjemput Ibu  mertuanya yang saat ini masih melakukan perjalanan udara. Keadaan Silvia yang masih dalam pengaruh obat tidur membuatnya tidak bisa ikut menjemput Ibunya.

***

Perjalanan Udara dari Indonesia menuju China menggunakan pesawat pribadi di tumpangi oleh Putri Nadia, Wangchu dan Ibu Yuliana setelah mereka melakukan liburan sejenak ke Pantai Ancol.

#FASH BACK

Beberapa jam sebelumnya...

Sore itu setelah makan bersama di saung tepi pantai, mereka masih duduk berdua, saling diam untuk beberapa saat. Kedua sama-sama menatap kearah pantai dimana langit saat ini terlihat biru cerah.

Longshang yang ingin menyampaikan apa yang ada dalam hatinya, baru kali ini dia merasa gugup dan kehilangan kepercayaan dirinya. Ia bingung bagaimana harus memulai pembicaraan di saat keadaan kaku begini.

"Nadia.." kata pertama akhirnya keluar dari mulut Wangchu,

Nadia menoleh ke arah Wangchu dan tersenyum simpul. "Hmm.." jawabnya hanya berdehem. "Apa ada yang ingin kamu katakan Tuan Wangchu?"

Wangchu berbalik menoleh kearah Nadia, tangan kanannya meraih tangan kiri Nadia. "Perkataanku waktu itu, apa kau mau mempercayainya?" tanya Wangchu, ia menunjukkan sebuah keseriusan dalam setiap mimik wajahnya.

Pertanyaan yang Wangchu ajukan tidak begitu saja Nadia menjawabnya. Ia kembali melihat kearah pantai. Bagi Nadia, pertanyaan Wangchu cukup berat untuk di jawab, selain ini berurusan dengan statusnya yang masih memiliki darah seorang bangsawan, ia juga memikirkan hubungan mereka yang jelas akan di tentang semua orang dari keluarganya.

"Huffft..." Nadia menghela napas dalam-dalam dan tersenyum. " Mengenai perkataanmu waktu itu, aku tidak bisa mengambarkannya. Terbesit rasa senang di hati, tentu saja ada. Tapi kau tahu sendiri, aku merasakan perasaan jatuh cinta itu pada orang yang salah. Dan aku masih tidak ingin merasakannya untuk saat ini."

"Itu artinya kamu memberikanku kesempatan, bukan?" Tanya Wangchu memperjelas, ia masih belum mengalihkan pandangannya dari Nadia. Tangannya bahkan kini menggenggamnya erat.

"Beri aku waktu, menurutku ini terlalu cepat. Aku hanya tidak ingin salah dalam menentukan pilihan hatiku. Cukup aku salah sekali dan tidak ingin terulang lagi." Sahut Nadia.

"Apa ini mengenai Kakak dari Ludius?" celetuk Wangchu.

"..." Nadia tidak menjawab.

Diamnya Nadia sudah jelas jawabannya pasti iya. Longhang melepas pandangannya dari Nadia dan melihat ke arah pantai. "Aku akan selalu memberikanmu waktu sampai kamu benar-benar siap untuk menerimaku sepenuhnya. Lagi pula waktu dan jalan masih panjang, masih banyak yang harus di lakukan, termasuk mencari cara bagaimana untuk membuatmu terlepas dari pertunangan leluhur dengan mahendra."

"Kamu yakin akan melakukan ini Wangchu, bisa saja ini akan berpengaruh pada hubungan Ludius dengan Keluarga pusat. Aku hanya tidak ingin merenggangkan hubungan Bibi Yuliana dengan Keluarga al farezi." Perkataan Nadia terdengar cemas. Keluarga Bangsawan memang cukup rumit. Bagi mereka meneruskan garis keturunan yang sama derajatnya itu penting dari pada hanya mengandalkan cinta semata.

Wangchu melepas genggamannya dan mengusap kepala Nadia sambil menepuk-nepuknya. "Kamu jangan khawatir, aku pasti memiliki cara yang tidak akan menyudutkan pihak manapun. Hanya saja butuh waktu untuk hal itu.. aku tidak membutuhkan apapun selain kepercayaanmu Putri Nadia."