Chapter 368 - 368. Menyambut Kedatangan Ibu Mertua bag 3

Sejenak hati Nadia tertegun dengan perkataan Wangchu. Seorang pria yang selalu mengeluarkan kata-kata gombalan garing, yang selalu bersikap urakan di depan orang, bisa berbicara seperti ini di depannya, tentu saja Nadia sangat tersentuh.

Ia menoleh kearah Wangchu, dengan hati yang terus bertanya.'Sebenarnya, seberapa berharga diriku di matamu Wangchu?' namun perkataan ini hanya terhenti dalam hatinya, mulutnya tidak bisa berkata apapun. Pada akhirnya Nadia tidak membalas apapun perkataan Wangchu.

Wangchu yang berfikir Nadia tertekan dengan perkataannya, langsung menyudahi pembicaraan mereka. Ia beranjak dari duduknya dengan penggapai tangan Nadia. "Ini sudah sore, sebentar lagi kita akan ke bandara. Bibi Yuliana sepertinya juga sudah selesai spa." Kata Wangchu sambil menoleh ke arah Nadia  dengan senyumnya.

"Uhm, akhirnya kita akan kembali ke China." Ujar Nadia.

Wangchu mengangkat salah satu alisnya, "Dari caramu berbicara, kau seperti senang sekali saat aku mengatakan kita akan segera terbang kembali ke China. Apakah itu artinya, kamu lebih menyukai China karena ada aku disana?" perkataan Wangchu yang di bumbui kenarsisannya membuat Nadia membuang muka. Meski mungkin yang di katakan Wangchu ada benarnya.

"Ishh.. apaan sih. Narsis..!" Ujar Nadia menampik ke narsisan Wangchu.

"Ya, siapa tahu benar. Kita kan tidak ada yang tahu isi hatimu kecuali dirimu sendiri." Tangan kiri Wangchu yang usil langsung mencubit mesra pipi Nadia. "Ayo, ngaku deh. Benar,kan?"

"Augh, sakit Wangchu! Bisa serius dikit nggak?" Omel Nadia.

"Tidak, kalau ada kamu mana bisa aku serius. Bawaannya ingin cubit pipi kamu yang tembem." Lagi-lagi Wangchu berbicara absurd dengan melebarkan senyumnya.

"Dasar pria absurd, nggak jelas!" Tangan Nadia melepas cubitan Wangchu di lanjutkan dengan mencubit hidung mancung Wangchu. "Nih, aku kembaliin." Setelah itu Nadia melepas cubitannya dan berlari kecil menghindari balasan Wangchu dengan meledeknya.

"Ish.. kau menggemaskan sekali Nadia. Mengapa aku baru di pertemukan denganmu sekarang?" gumam Wangchu, ia langsung berlari mengejar Nadia.

"Jangan lari kamu Putri usil." Seru Wangchu yang masih berlari kecil  di belakang Nadia.

Sadar tengah di kejar Wangchu, Nadia mempercepat larinya ke arah pantai. Suasana pantai yang saat itu cukup sepi dengan langit biru yang cerah di sore hari menambah arti tersendiri bagi Nadia begitu juga bagi Wangchu.

Nadia yang sudah tersudut di bibir pantai, akhirnya tertangkap juga. Wangchu langsung mendekap Nadia dari belakang. "Kena kamu sekarang. Kalau sudah begini, kamu takkan bisa lari lagi dariku Putri usil."

"Ok.. aku nyerah. Ampun Tuan Wangchu.." ujar Nadia dengan tertawa kecil.

"Kira-kira hukuman apa yang pantas di berikan untuk Putri usil sepertimu?"

Nadia tidak bergerak sama sekali, ia berdiri mematung tanpa bisa memberi perlawanan. Selain karena hatinya yang tiba-tiba berdebar, perasaannya juga aneh di saat yang bersamaan. Posisinya saat ini benar-benar tidak bisa membuat dirinya nyaman.

'Ya Tuhan, ini.. ada apa denganku? Mengapa aku mematung tanpa bisa melawan? Posisi ini benar – benar tidak nyaman.' Batin Nadia.

"Mengapa diam Putri usil? Perlukah aku beri contoh dan mempraktekkannya sekarang juga, Putri usil?" Wangchu menenggelamkan kepalanya di sela leher kanan Nadia dengan mata terus melihat ke arah pantai.

"Hei Wangchu, apa yang sedang kamu lakukan? Jangan macam-macam ya!" Tegur Nadia. "Posisi ini membuatku tidak nyaman." Sambung Nadia lirih karena malu sekaligus takut Wangchu menyadari keadaannya saat ini.

Di tengah posisi canggung Nadia dan perasaan senang Wangchu yang berhasil menggoda Putri Hadiningrat itu, Ibu Yuliana memanggil dari belakang. "Nadia, Nak Wangchu. Ini sudah jam 16.00 pesawat landing jam 15.00. apa kalian belum selesai bermain di pantainya?" Seru Bibi Yuliana.

Wangchu langsung melepas dekapannya dan langsung menoleh kebelakang segera setelah mendengar seruan Ibu Yuliana. Bagai kepergok satpol pp, wajah Wangchu terlihat begitu gelisah. Nadia sendiri langsung berbalik arah dan berdiri di samping Wangchu.

Nadia justru merasa lega Ibu Yuliana datang. 'Akhirnya aku bisa lepas juga dari Wangchu, tidak bisa di bayangkan jika aku tetap dengannya seperti tadi. Itu sangat tidak nyaman..' batin Nadia. Tanda dia sadari wajahnya memerah dan itu di sadari penuh oleh Ibu Yuliana yang sudah ada di depan mereka.

"Ekhem.. Nak Nadia, wajahmu mengapa merah sekali? Apa cuaca pantai terlalu panas?" Tanya Ibu Yuliana. Diam-diam Ibu Yuliana tersenyum, namun ia masih menjaga perasaan Nadia dan sebaik mungkin menyembunyikannya.

Wangchu langsung menoleh kearah Nadia, sepintas senyum nakal dan usil Wangchu ia tunjukkan membuat Nadia mendelikkan mata ke arahnya. "Putri Nadia, apa ada yang salah denganmu? Apa kita perlu datang ke dokter?" tanya Wangchu dengan nada ledekannya yang terlihat jelas bagi Nadia.

Nadia yang melihat Wangchu semakin mendelikkan matanya, ia merasa malu sekali semuanya terdengar dan diketahui oleh Ibu Yuliana. 'Wangchu kurang ajar! Kalau bukan karenamu, wajahku juga takkan sampai seperti ini.' Batin Nadia jengkel.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih atas PERHATIANNYA!" Nadia menekankan perkataannya pada Wangchu lalu mengacuhkannya. Ia langsung mendekat ke arah Ibu Yuliana dan memegang kedua tangannya. "Bi, maaf sudah membuat Bibi khawatir. Nadia baik-baik saja kok. Tadi Bibi  bilang sudah jam 4, jadi lebih baik kita bergegas ke bandara." Kata Nadia mengalihkan pembicaraan.

"Iya Nak, lebih baik barang-barangnya dibereskan dan langsung ke bandara. Hayuk, Nadia bareng Bibi saja, biar Nak Wangchu yang membereskan barang bawaan kita. Iyakan Nak Wangchu.." Ibu Yuliana melihat kearah Wangchu.

"Ah iya benar Bi, biar saya saja yang membereskan semua barang bawaanya. Bibi dan Putri Nadia siap-siap saja dan langsung ke bandara." Jawab Wangchu dengan senyum di paksakan.

"Tuhkan, Nak Wangchu saja tidak keberatan. Yuk.."

Pada akhirnya Ibu Yuliana pergi dari tempat tersebut bersama Nadia dan meninggalkan Wangchu di pantai seorang diri.

"Merepotkan sekali, Bibi... mengapa kamu sama liciknya dengan menantumu dan membiarkanku membereskan semua barang bawaan kalian yang merepotkan." Gerutu Wangchu.

Ia menelpon resort tersebut untuk meminta semua barang bawaan mereka di bawa ke mobilnya.

["Halo, selamat sore Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"] tanya Costumer Service

["Saya Wangchu dari kamar nomor 112. Segera minta pelayan resort untuk mengemasi semua barang bawaan kami dan antarkan kearea parkir mobil di bagian selatan."]

["Baik Tuan, saya akan meminta mereka untuk mengantarnya sekarang juga."]

["Kalau begitu terima kasih!"]

Wangchu menutup telefonnya dan berjalan santai menjauh dari bibir pantai. Kali ini ia sedikit merasa senang dengan semua hal yang Nadia tunjukkan di depannya. Setidaknya Nadia tidak menolak mentah-mentah apa yang di utarakannya dan mau memberikan Wangchu kesempatan.