Chapter 370 - 370. Rasa Bahagia seorang Ibu

Hanya sebuah ciuman di kening saja susahnya minta ampun untuk Wangchu mencuri waktu. Nadia yang terlalu menutup diri sampai-sampai seorang Wangchu saja tidak berani melanggar keteguhannya.

Wangchu mengerutkan keningnya sambil menatap tajam ke arah Pak sopir. "Tidak bisakah datang dengan permisi. Keluar! aku tahu kau sopir yang di kirim Ludius." Ujar Wangchu yang masih jengkel setengah mati pada sopir itu.

"Baik Tuan." Pak sopir langsung mengiyakan perkataan Wangchu dan bergegas meninggalkan pesawat dengan tubuh merinding menerima tatapan tajam Wangchu.

Karena sudah terlanjur seperti ini, Wangchu langsung mencium kening dan bibir tipis Nadia, selagi dia masih tertidur. "Malam Putri usil.."

Wangchu mengangkat Nadia dalam gendongannya dan membawanya keluar dari pesawat, membawanya menuju mobil yang dibawa pak sopir.

Pak sopir masih berdiri di samping pintu dan Wangchu datang dengan membawa Nadia. "Bukakan pintunya!" sentak Wangchu yang masih kesal.

"Baik Tuan." Pak sopir membukaka pintu. "Silahkan masuk Tuan"

Pak sopir sepertinya masih cemas dengan tatapan tajam Wangchu, ia langsung bergegas masuk kedalam mobil dan membawa mobil melesat menelusuri keheningan malam menuju Mansion Lu.

-

Mobil yang di bawa Ludius terhenti di depan pintu masuk mansion dengan keadaan pintu sudah di buka lebar. Ludius keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuk Ibu Yuliana.

"Nak Ludius, mengapa pintunya terbuka lebar. Apakah sedang ada tamu?" tanya Ibu Yuliana.

"Itu mungkin Silvia yang terbangun dari tidurnya dan sudah tahu kedatangan Ibu. Mari, kita langsung masuk saja, Bu."

"Permisi Nak.." seru Ibu Yuliana di depan pintu utama.

Dari dalam Silvia diikuti Bibi Yun datang menjemput kedatangan mereka dengan seulas senyum yang paling Ibu Yuliana rindukan. "Ibu.." Panggil Silvia dengan sedikit linangan air mata yang tertinggal di sudut matanya.

"Iya Nak, ini Ibu datang menemui putri yang Ibu rindukan." Ibu Yuliana langsung memeluk Silvia dengan penuh kasih sayang. "Silvia, bagaimana keadaanmu nak? Ibu dengar kamu sedang hamil?" tanya Ibu Yuliana.

"Silvia baik-baik saja Bu. Ibu benar, Silvia sedang mengandung bayi kembar. Silvia bahagia akhirnya Ibu datang kemari." Kata Silvia.

Suara isak tangis Silvia terdengar di telinga Ibu Yuliana, membuat ibu paruh baya itu menepuk-nepuk lembut punggung putrinya yang langsung bersikap manja bila ada didepannya. Harap maklum, Silvia adalah putri semata wayangnya yang sudah Ibu Yuliana rawat sejak kecil.

"Benarkah Nak, Kamu sedang mengandung janin kembar?" tanya Ibu Yuliana antusias. Pasalnya ini juga pertama kalinya bagi Ibu Yuliana memiliki cucu dari putrinya yang manja.

Sillvia melepas pelukan ibunya, ia mensungutkan bibirnya di depan Ibunya sambil merajuk. "Bu,, datang ke Indonesia kok tidak bilang-bilang sama Silvia sih? Jahat." Ujar Silvia manja.

"Mulai deh, sifat manjamu keluar. Memangnya kamu tidak malu sama suamimu lihat kelakukan manjamu yang kayak gini?" ledek Ibu Yuliana sambil mata dan senyuman terarah pada Ludius yang masih berdiri di samping mereka.

"Ludius sudah tahu kalau aku ini istri yang manja, cerewet, suka ngomel, dan kalau marah nyusahin, benarkan Sayang.." Jawab Silvia sambil melirik tajam kearah Ludius.

Jleb!

Lirikan Silvia yang mematikan seolah membekukan suhu udara di sekitar Ludius. "Bu, saya akan ke belakang terlebih dahulu. Kalian lanjutkan saja pembicaraannya." Sela Ludius, ia langsung pergi menghindari Silvia.

"Istriku ini memang pandai bermain kata-kata, sindirannya benar-benar tepat mengenai sasaran. Awas saja sayang, hukuman apa yang harus aku berikan padamu nanti.." gumam Ludius dengan seutas senyum yang tetlukis di bibirnya.

-

Di dapur Bibi Yun masih memasak beberapa makanan ringan untuk menyambut kedatangan Ibu Yuliana. Perjalanan jauh ini pasti membuat beliau lapar. Maka dari itu Bibi Yun menyiapkan makanan ringan.

"Tuan, anda sudah kembali?" Sapa Bibi Yun

"Iya, Ibu mertua juga sedang ada di ruang tamu. Ngomong-ngomong, Bibi Yun sedang membuat makanan apa?" tanya Ludius, ia melihat kearah manci yang berisi kuah, sangat harum sampai membuat Ludius merasa lapar. "Kuah apa ini Bi?"

"Ini kuah pangit, dan ini kuah untuk Da PanJi. Saya juga menyiapkan nasi polo untuk makan malam Nyonya besar." Ujar Bibi Yun memperkenalkan makanannya satu persatu.

"Oh, baiklah. Segera siapkan makanannya di meja Bi, perjalanan jauh Ibu mertua pasti membuatnya lelah. Sebelum itu antarkan minuman dulu pada beliau"

"Baik Tuan. 10 menit lagi makanan yang Tuan minta akan segera saya siapkan di meja makan." Bibi Yun mempercepat pekerjaannya dan menyiapkan minuman untuk tamu yang ada di ruang tamu.

"Temui aku di ruang kerja jika semuanya sudah di persiapkan. Aku akan ikut makan malam bersama mereka."

Karena makan malam sedang di siapkan dengan baik oleh Bibi Yun, Ludius keluar dari dapur untuk naik ke lantai atas menuju ruang kerja untuk berada di sana sementara waktu.

-

Di ruang kerja, Ludius masuk dan langsung menutup pintunya, ia yang sedari tadi menahan rasa sakit di bagian tulang punggungnya langsung duduk di sofa sudut sambil menyandarkan punggungnya. "Aku tidak tahu akan tidak nyaman seperti ini jika rasa sakit itu kembali. Secepatnya aku harus mengobati luka ini sebelum Silvia atau yang lain menyadarinya." Gumam Ludius.

Ia membuka jas dan menyampirkannya di samping sofa. Dengan keadaan punggungnya yang masih bermasalah, Ludius memejamkan matanya sejenak berharap rasa sakit itu berkurang.

Di tengah keheningan yang Ludius rasakan, dering ponsel yang ada di sakunya sontak membangunkannya.

Bzzt Bzzt

Dengan malas Ludius mengambil ponselnya, dan di layar terlihat nama Linzy yang sedang memanggil.

["Halo, ada apa kau menelfonku tengah malam begini, Zy?"] Tanya Ludius dengan suara malas. Jelas sekali ia sednag tidak ingin di ganggu saat ini.

["Maaf jika aku mengganggumu tengah malam seperti ini. Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu Tuan Lu. Ini mengenai kondisi Longshang saat ini"]

Ludius langsung beranjak dari sandarannya di sofa. ["Katakan! Ada apa dengan Longshang, bagaimana kondisinya? Jangan buat aku penasaran dengan perktaanmu, Linzy"]

["Aku tidak sedang membuatmu khawatir. Aku hanya ingin menyampaikan kalau Longshang kondisinya saat ini sudah membaik. Ia bahkan sudah terbangun sore tadi. Kelihatannya untuk beberapa minggu kedepan Longshang masih harus berada dalam pengawasanku."]

["Jika seperti itu adalah langkah baiknya, maka lakukan saja."]

["Kau yakin dengan ucapanmu Ludius? Kau tidak meragukan ku meski sudah tahu aku penghianat?"]

["Aku akan selalu ragu dengan siapapun yang sudah berani berkhianat, apalagi mengawasi Longshang adalah tanggung jawab ku. Tapi Silvia mau menerimamu dan membiarkan ku menemui Longshang pasti bukan tanpa alasan, jadi aku membiarkanmu kali ini. Tapi tidak untuk lain kali!"]