Chapter 371 - 371. Perasaan bahagia seorang Ibu bag 2

Menghela napas lega mendengar kondisi Longshang sudah membaik, sedikit lucu bagi Ludius jika mengingat Linzy adalah seorang pengkhianat, bahkan berani menusuk dari belakang dan menyebabkan pertempuran besar itu terjadi. Tapi orang yang paling di cintainya, tidak lain adalah Silvia justru mengantarkan Linzy masuk menemui Longshang.

"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu, Sayang? Kamu berani mengambil keputusan seperti ini sama saja menggali kuburan untuk dirimu sendiri. Kadang kamu yang terlalu baik juga membuatku merasa khawatir. Istriku.. tapi hal inilah yang membuatku selalu kagum dan mencintaimu. Kamu mampu melihat semua sisi hati orang melalui kebaikanmu. Apapun yang terjadi, suamimu ini akan ada di sampingmu, mendukung pemikiran naifmu."

Mata Ludius lambat laun terpejam, masalah satu persatu terpecahkan dan kondisi Longshang yang membaik cukup mengurangi beban pikirannya. Hanya saja sampai sekarang, Ludius belum menemukan cara menghentikan Organisasi Dark Phantom yang memproduksi massal HMD 103 dengan terus menggempur laboratorium untuk mendapatkan penemuan yang di lakukan Kakek Ludius.

Tok tok tok

"Permisi Tuan Lu, makanan sudah siap. Nyonya muda dan Nyonya besar sudah menunggu di ruang makan." Seru Bibi Yun di balik pintu.

Baru beberapa menit Ludius tertidur, dan tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah depan ruang kerjanya, membuat Ludius yang baru saja tertidur tersentak kaget.

Ia langsung memegang kepalanya yang pening sambil mengerutkan keningnya. "Berisik sekali, aku baru saja akan memejamkan mata, ada saja orang yang berisik membangunkan ku disaat yang tidak tepat." Gerutu Ludius,

Dengan langkah gontai, ia beranjak dari duduknya berjalan menuju pintu. "Ada apa kau membangunkanku, Bi?" Tanya Ludius setengah marah. Ia memang paling benci ketika ia tidur ada yang berani membangunkannya.

"Tuan, maaf mengganggu, Nyonya besar dan Nyonya muda sudah menunggu anda di ruang makan." Kata Bibi Yun sedikit tidak enak hati pada Tuannya yang memang jarang sekali beristirahat.

"Bagaimana dengan Longshang dan Nadia? Apakah mereka belum tiba juga?" Ludius kembali ke sofa mengambil jas dan memakainya.

"Belum Tuan. Apakah saya perlu menelpon mereka untuk segera kembali ke mansion?"

"Tidak perlu, biarkan mereka bersama untuk beberapa waktu. Kalau mereka sadar diri juga pasti akan kembali ke Mansion. Bibi kembali saja bekerja." Ujar Ludius sambil melambaikan tangannya.

Keadaan Ludius masih pusing karena terbangun dengan tiba-tiba, harus memperbaiki penampilannya, jasnya yang hitam dengan dasi yang hitam pula harus ia rapikan. Bagi Ludius penampilan adalah segalanya, maka dari itu ia harus terlihat perfect didepan semua orang termasuk Ibu mertuanya.

"Chih..! mengapa rasa sakit ini datang disaat yang tidak tepat! Sepertinya kondisiku memang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tapi untuk sekarang aku harus menyembunyikannya dan menahann diri untuk tidak menggoda Silvia, atau keadaanku yang sebenarnya akan di ketahui istri cerewetku saat itu juga."

Setelah di rasa penampilannya sudah cukup rapih, Ludius langsung keluar dari ruang kerja untuk langsung datang ke ruang makan.

-

Di ruang makan sudah ada Ibu Yuliana, didepannya ada Silvia yang sudah duduk di meja makan dan siap untuk makan malam bersama. Sedangkan di meja makan sendiri sudah ada beberapa menu khas China, mungkin ini di siapkan untuk menyambut Ibu Yuliana yang telah lama  tidak singgah ke China.

"Ayo Bu, di coba pangsit kuahnya. Ini enak loh.." kata Silvia, ia mengambil piring Ibu Yuliana dan mengambilkan beberapa sendok untuk Ibu Yuliana cicipi.

"Iya Silvia, kamu nggap perlu repot-repot begini, Ibu bisa ambil makanannya sendiri kok." Sergah Ibu Yuliana. Ia langsung mengambil piring dari tangan Silvia,

Dari arah tangga Ludius baru saja turun dan langsung menghampiri meja makan. "Ibu, mengapa belum di makan juga makanannya?" tanya Ludius yang sudah berdiri di samping Silvia. Ia langsung mencium kening Silvia begitu sampai dan duduk di sampingnya. "Sayang, kenapa kalian masih juga belum memulai makan malamnya?"

"Jangan tanya deh, bukannya ini gara-gara kamu yah! Siapa juga yang telat datang ke ruang makan, dan membuat Ibu sama aku nunggu lama?" ledek Silvia sambil memperlihatkan wajah juteknya.

Tangan Ludius menepuk-nepuk kepala istrinya dengan tersenyum melebarkan senyumnya, "Iya, maafkan aku sayang. Tadi aku baru saja dapat telepon dari Linzy, katanya Longshang sudah siuman dan kondisinya mulai membaik." Ujar Ludius.

"Karena aku sudah datang, mari di santap makananya Ibu. Semoga Ibu menyukai makanan khas China ini." Kata Ludius sambil tersenyum ke arah Ibu Yuliana, namun tangan kanannya justru usil mencubit mesra pinggang istrinya.

Ibu Yuliana mulai memakan pangsit kuah yang di ambilkan Silvia. Silvia sendiri yang mendapatkan sebuah cubitan nakal suaminya langsung melirik tajam ke arah Ludius.

"Suamiku, bisa tidak, jangan usil di saat makan seperti ini. Bagaimana kalau Ibu lihat? Dasar muka tebal!" Omel Silvia sambil berbisik pada suaminya.

"Sayang, habisnya kamu cuekin aku sih. Mentang-mentang Ibu mertua sudah datang, aku jadi nomor dua sekarang." balas Ludius sambil melirik manja ke arah istrinya di lanjut dengan mengambil piring yang sudah ada di depannya.

"Hust.. sudah-sudah, jangan berantem di depan meja makan. Kalian sudah besar dan mau memiliki anak, masih saja senang berantem." Tegur Ibu Yuliana.

"Maafkan saya Bu, tadi itu hanya sedikit keusilan dari Silvia. Akhir-akhir ini Silvia cukup usil, mungkin bawaan hamil, jadi dia senang sekali mengusili suaminya." Kata membela diri, Ludius melirik ke arah Silvia dan mengedipkan salah satu matanya sambil tersenyum usil, membuat Silvia semakin terbawa emosi.

"Oh gitu. Silvia kamu juga, jangan suka usil sama Nak menantu. Dia sudah cukup banyak pekerjaan di kantor, kamu sebagai istri seharusnya mendukungnya." Kini Ibu Yuliana justru balik menegur Silvia. Rupanya pembelaan Ludius sangat manjur di depan Ibu Yuliana.

Dalam hati Ludius tersenyum girang meski mendapat tatapan maut istrinya yang mendapat omelan Ibunya,  yang jelas-jelas itu perbuatan Ludius.

'Selamat suamiku, kamu  berhasil mengambil hati Ibuku. Sekarang aku  terlihat sebagai istri usil yang haus akan kasih sayang!' gerutu Silvia dalam hati.

Silvia yang mendapat teguran tidak membalas perkataan Ibunya atau ledekan suaminya yang menyebalkan. Ia lebih memilih diam dan melanjutkan makan malamnya.

Sesaat keadaan ruang makan menjadi hening, semua yang ada di ruang makan saling diam tanpa ada yang berbicara. Di tengah keheningan yang membekukan suasana, tiba-tiba terdengar suara Wangchu yang memanggil-manggil Bibi Yun.

"Bibi Yun! Apakah Bibi sudah menyiapkan kamar untuk Nadia tinggal?" Seru Wangchu, suaranya menyeruak memecah keheningan yang ada di ruang makan, membuat Ibu Yuliana menoleh kearah pintu penghubung ke tangga lantai atas.