Chapter 372 - 372. Membawa Nadia kembali dari Pesawat

Wangchu yang menggendong Nadia masih berdiri di depan ruang tamu, menunggu Bibi Yun datang menunjukkan kamar yang sudah di siapkan untuk Nadia tinggal. "Bibi Yun.." panggil Wangchu untuk yang kedua kalinya dengan suara nyaring.

Lucunya, meski Wangchu berteriak begitu nyaring, Nadia tidak bangun sama sekali. Ia kini terlihat bagai putri tidur yang menikmati gendongan dari seorang Pangeran seperti Wangchu.

Dari arah dapur, Bibi Yun berjalan cepat menghampiri Wangchu yang masih berdiri di samping sofa ruang tamu. "Tuan Wangchu, maaf sudah membuat anda menunggu lama. Mari saya tunjukkan kamar tamu yang sudah Nyonya Silvia siapkan.." kata Bibi Yun mengantar Wangchu menuju kamar tamu yang letaknya berada di samping kamar khusus yang di siapkan untuk Ibu Yuliana. Berada di bawah samping ruang keluarga.

Tiba di depan kamar tamu, Bibi Yun membukakan kamar tamunya dan mempersilahkan Wangchu untuk masuk. "Silahkan masuk Tuan, kamarnya sudah saya rapikan. Tuan langsung bisa membaringkan Nona Nadia disana."

"Uhm.." Jawab Wangchu hanya dengan sebuah deheman. Ia langsung membawa Nadia kedalam dan membaringkannya di kasur.

Bibi Yun mengikuti Wangchu masuk kedalam, dan berdiri di depan pintu. "Tuan Wangchu, ada yang bisa saya bantu. Ohya Tuan Lu beserta Nyonya sedang makan malam di ruang makan. Jika berkenan, Tuan Wangchu di minta untuk bergabung sekarang. Mereka masih menunggu." Ujar Bibi Yun.

Wangchu baru saja membaringkan Nadia langsung menoleh ke belakang. "Baik Bi, aku akan menyusul ke ruang makan. Mereka lanjutkan saja makan malamnya. Masalah Nadia, biar aku yang akan mengurusnya. Bibi lanjutkan saja pekerjaannya."

"Baik Tuan, saya permisi." Bibi Yun langsung meninggalkan kamar tamu.

Suasana kembali hening, kini di kamar tamu hanya ada Wangchu, ia duduk menemani Nadia yang masih tertidur pulas. "Hei putri tidur, sampai kapan kamu akan memejamkan mata indahmu?" Wangchu mencubit hidung mbangir Nadia.

Rambut panjang Nadia yang di biarkan tergerai sedikit menutupi wajah manisnya, sesekali Nadia menggeliat dengan tangannya menggapai tangan kanan Wangchu yang sedang menyampirkan rambut panjang Nadia yang menutupi wajahnya.

"Uhm..." rupanya Nadia mengigau, ia semakin mendekap erat tangan Wangchu dengan kedua tangannya, seolah tidak ingin Wangchu pergi dari sisinya.

Melihat reaksi Nadia yang berada di bawah alam sadarnya, Wangchu langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Nadia. "Putri Nadia Felicia Hadiningrat. Jangan coba-coba menguji kesabaranku.. apakah kamu sangat tidak ingin aku pergi?" bisik Wangchu lirih,

Suaranya yang menggema di gendang telinga Nadia mampu menarik Nadia dari alam bawah sadarnya. Deru napas Wangchu mampu membuat Nadia merinding masuk ke setiap inti kulitnya.

Perlahan Nadia merasakan ada hal aneh dengan dirinya, ia mencoba untuk bangun dari tidurnya. Memaksa kelopak matanya untuk terbuka, memaksa jemari tangannya untuk tergerak. Begitu matanya terbuka, betapa terkejutnya Nadia melihat wajah Wangchu yang tepat berada di depan matanya.

"Arrghh...!" teriak Nadia secara spontan.

Mendengar teriakan Nadia, Wangchu refleks langsung membekap mulut Nadia dengan tangan kiri memberi isyarat untuk diam. "Hsst.. Putri Nadia, apa kamu tidak bisa mengontrol volume suaramu?" bisik Wangchu.

"Pfft..." Nadia mencoba untuk berbicara dengan mulut yang masih di bekap Wangchu, tangan kanannya ia gunakan untuk menarik tangan Wangchu agar menyingkir dari mulutnya.

"Ah, sorry.. kelupaan" ujar Wangchu dengan cengiran tanpa rasa bersalah.

"Huft.. huft.." Napas Nadia memburu, ia langsung melihat kearah Wangchu dengan tatapan tajam/ "Wangchu! Apa kau sengaja melakukannya tanpa sepengetahuanku!" Nadia berkata penuh penekanan, terlihat sekali betapa marahnya Nadia saat ini.

"Apa saja yang sudah kau lakukan padaku, Pria mesum!" tuduh Nadia, ia langsung beranjak dari tidurnya dan merubah posisinya mundur dari samping Wangchu. Kedua tangannya ia silangkan menutupi dadanya dengan mendelikkan matanya yang ia tunjukkan pada Wangchu.

"Putri Nadia Felicia Hadiningrat, apakah kamu sudah selesai bicara? Boleh aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Wangchu yang sudah membangunkan kemarahan Nadia mencoba berbicara cukup halus dan bijaksana untuk membuat Nadia mengerti, tidak seperti Wangchu yang biasanya, yang selalu mengatakan hal yang tidak jelas.

Nadia mendapat serangan perkataan seperti itu dari Wangchu langsung terdiam seketika. "Ya, cepat beri aku alasan yang tepat sehingga aku tidak memberimu pelajaran karena sudah berusaha melecehkan wanita yang sedang tidur!" kata Nadia ketus. Ia mensungutkan bibirnya yang merah, membuat insting nakal Wangchu bangkit.

"Kamu yakin Putri Nadia, ingin mendengar penjelasan yang sebenarnya tentang apa yang  terjadi padamu?" goda Wangchu dengan nada dan perkataan yang membuat Nadia begitu penasaran.

"Iya! Cepat katakan, bagaimana bisa aku sampai ke mansion Lu? Apa kamu yang membawa ku dari bandara hingga sampai kemari?"

'Karena sudah begini, lebih baik aku bermain sedikit dengan putri ketus ini, siapa suruh dia tiba-tiba marah padaku. Padahal kan aku hanya menggendongnya dari pesawat sampai ke mansion Lu.'

"Iya, aku yang membawamu dari pesawat sampai ke mansion Lu ini. Aku sudah susah payah membawamu yang begitu berat, tapi kau malah menuduhku berbuat macam-macam. Hatiku tersinggung dan terluka tahu.." Wangchu menundukkan wajahnya, ia memasang wajah sedih, sesedih mungkin, bagai memerankan drama sebagai pria di tindas yang sedang menerima sebuah penghinaan berat dari orang yang di cintainya.

Jangan salah, kalau soal bermain perasaan wanita, Wangchu adalah ahlinya. Dalam sekejap, jika dia mau mungkin semua wanita yang ada di depannya sudah bisa menjadi salah satu koleksi calon pacarnya.

Tapi begitu mengenal Nadia yang tunduk pada sebuah adat leluhur yang kuno, membuat Wangchu tertantang untuk bisa melepaskan belenggu yang mengikat Nadia. Rasa dalam dirinya yang sudah lama punah karena saking banyaknya wanita yang mudah takluk dalam dekapannya, membuat Wangchu kembali menemukan semangatnya dalam mengejar wanita.

Awalnya Nadia  tidak merespon apapun mendengar perkataan Wangchu yang sudah menyelamatkannya. Tapi ia langsung merasa bersalah jika di pikirkan kembali kalau Wangchu mau menggendongnya tanpa membangunkannya.

'Dia sudah susah payah membawaku dari pesawat menuju mansion, tapi aku malah menuduhnya yang tidak-tidak. Tadi itu apa aku terlalu berhebihan pada Wangchu?' batin Nadia.

"Maaf, sudah menuduhmu  yang tidak-tidak. Aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh.. tadi itu aku kaget melihatmu tiba-tiba di depan mataku." Nadia berbicara dengan menundukkan wajahnya malu.

Tangan Wangchu spontan langsung mengusap kepala Nadia dengan manja. "Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Lebih baik kita langsung menuju ruang makan dan makan malam bersama yang lain."

Spechless..

Hati Nadia entah apa yang salah dengannya, tiba-tiba saja merasakan yang namanya berdebar. 'Mengapa dia bisa bersikap mengagumkan seperti ini? Bahkan hatiku pun tidak bisa menampiknya'. Batin Nadia.