Chapter 373 - 373.

Setelah membujuk Nadia dan meredakan amarahnya yang sempat meledak-ledak, Wangchu langsung menggenggam tangan Nadia membawanya keluar dari kamar tamu untuk bergabung ke ruang makan.

"Permisi Bibi, maaf kami datang terlambat." Celetuk Wangchu yang baru saja datang bersama Nadia. Mereka masih berdiri di depan pintu menunggu sang pemilik rumah mempersilahkan mereka masuk.

"Apa yang kalian lakukan disana nak, ayo masuk. Mari ikut makan malam bersama." Sahut Ibu Yuliana.

"Baik, terima kasih Bi, kami tidak akan sungkan.." Wangchu masih memegang tangan Nadia dan membawanya ke meja makan di samping Ibu Yuliana.

Mata Ludius yang tidak sengaja menangkap hal itu tentu saja tidak ingin melewatkannya. Ia diam-diam terus mengawasi mereka sambil menyantap makan malamnya. "Ekhem.. Nadia, bagaimana perjalanan dari Indonesia? Pasti begitu melelahkan ya. Maaf sudah merepotkanmu untuk ikut datang ke Indonesia." Celetuk Ludius di tengah makan malam mereka.

Bukannya Nadia yang tersindir tapi justru Wangchu. Wangchu yang sedang memegang piring dan ingin mengambil pangsit kuah yang tidak jauh dari depan Ludius, langsung melirik tajam ke arahnya. "Ludius! Apa kau ingin menyindirku." Bisik Wangchu dengan wajah masih tidak teralihkan dari pandangan Ludius.

"Itu tergantung dari mana kau menilainya. Sepertinya selama kepergianmu ke Indonesia dengan Nadia, banyak hal yang terjadi di antara kalian. Bukankah itu bagus.." Ludius terus memancing Wangchu dengan sindiran-sindiran pedasnya.

"Chih..!" Wangchu berdecis kesal, ia kembali ke tempat duduknya. Kembali bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Mata dan insting Silvia yang menangkap ada yang tidak beres dengan mereka berdua langsung menyenggol lengan Ludius. "Apa yang  barusan kalian bicarakan?"

"Kamu yakin ingin mengetahuinya, Sayang? Memang kamu mau memberikan apa sebagai bayarannya?" balas Ludius yang justru berbuah ledekan nakal dan usil darinya.

"Simpan ancamanmu untuk dirimu sendiri, aku tidak butuh!" ujar Silvia ketus.

-

Makan malam berakhir dengan khidmat meski beberapa kali Ludius berbuat usil hingga mengundang kejengkelan Silvia. Wangchu yang makan malam bersama Nadia di sampingnya juga beberapa kali memainkan keusilannya. Bagi Wangchu, tidak bisa kalau tidak menggoda Putri Nadia juteknya.

Setelah selesai makan malam, semuanya langsung menyusul ke ruang tamu untuk mengantar Wangchu yang harus kembali ke  mansionya. Nadia berdiri paling dekat dengan Wangchu, sudut hatinya secara tidak langsung merasa kehilangan, mungkin karena beberapa waktu mereka terus  bersama. Bukankah sebuah kebiasaan juga bisa mendatangkan sebuah rasa, rasa yang tadinya hanya ada sebatas teman  berubah menjadi sayang, mungkin sebentar lagi juga akan berubah menjadi cinta. Tinggal bagaimana Wangchu mau mengambil hati dari putri juteknya.

"Bibi, ini sudah malam. Kalau begitu izinkan saya pamit untuk kembali ke kediaman saya." Kata Wangchu di akhir pembicaraan mereka.

"Nak Wangchu yakin ingin kembali sekarang? Tidak menunggu besok. Soalnya ini sudah malam, pasti nak Wangchu juga perlu istirahat. Menginap di sini saja barang semalam." Tawar Ibu Yuliana.

Senyum Nadia langsung mengembang mendengar penuturan Bibinya itu. Tapi sepertinya Wangchu tetap akan menolaknya.

"Maaf Bi, bukan saya tidak mau menginap barang semalam, tapi saya masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Saya akan menginap lain kali disini demi Bibi." Wangchu menolak dengan halus, matanya tetap saja tidak bisa lepas dari Nadia. Sesekali melirik ke arahnya. "Kalau begitu saya permisi dan selamat malam." Wangchu melangkah ke luar meninggalkan mansion Lu malam itu dengan mata Nadia yang mengikuti kepergian Wangchu hingga yang kini terlihat hanyalah bayangannya saja.

Ibu Yuliana dan Ludius sudah masuk kembali ke dalam. Di depan rumah masih ada Silvia dengan Nadia. Silvia yang menyadari sepenuhnya dengan perasaan Nadia saat ini langsung menggandengnya. "Ayo masuk Nadia, ini sudah larut malam. Kalau kau rindu, bukannya masih ada hari esok, ya.." ledek Silvia dengan mencubit pinggang Nadia.

"Ih.. apaan sih mbak, nggak kok. Siapa juga yang rindu sama pria mesum seperti Wangchu." Nadia mengelak dengan wajah memerah bersemu malu.

"Eh.. emang siapa yang bilang kalau aku sedang menanyakan Wangchu, kok bisanya Nadia tahu kalau aku yang di tanyain Wangchu?" Silvia semakin menyudutkan Nadia. Wajah Nadia semakin memerah tidak bisa menahan ledekan Silvia.

"Ah, itu tadi aku kira mbak tanya Wangchu. Kan emang Cuma Wangchu yang ada disini. Mbak bisa saja ngeledek Nadia. Ayuk ah masuk, nanti nggak habis-habis Mbak Silvia ledekin Nadia." Nadia memegang pundak Silvia dan membawanya masuk ke dalam. "Mbak juga lebih baik istirahat gih, nanti aku di omelin suami mbak lagi, dikira aku terus ngajak ngobrol mbak sampe buat mbak kurang istirahat."

"Ish, mana ada yang seperti itu, Ludius tidak akan melakukan hal itu juga. Kamu terlalu banyak berpikir Nadia. Mbak masih pengen ngobrol sama kamu, terutama saat kalian ada di Indonesia. Kira-kira bagaimana caranya Wangchu deketin kamu?" tanya Silvia yang sudah penasaran.

"Tidak! Tidak ada cerita untuk malam ini. Lebih baik mbak kembali ke kamar dan tidur." Tolak Nadia tegas.

"Uhmm.. ya sudahlah kalau Nadia nggak mau memberitahuku, lebih baik aku tidur lagi saja. Hiks.." mode cengeng dan manja Silvia ON.

Dengan wajah Silvia yang manja, ia pergi dari ruang tamu menaiki tangga menuju kamar tidurnya. Dengar bibir bersungut dan wajah jutek, Silvia memasuki kamar tidur yang sudah ada Ludius di dalamnya yang sedang duduk di sofa dengan laptop di tangannya.

"Kamu baru kembali, Sayang.." celetuk Ludius, ia menoleh kearah Silvia dan melihat betapa cengengnya istrinya.

"..." Silvia tidak menjawab, ia masih asik terdiam dengan pikirannya yang penasaran apa saja yang telah terjadi dengan Wangchu dan Nadia selama di Indonesia.

Ludius menaruh kembali laptopnya di meja dan menghampiri Silvia dan mendekapnya dari depan. "Sayang, sebenarnya apa yang membuatmu masam seperti itu? Apa yang sedang kamu fikirkan istri cengengku." Tanya Ludius sambil mencium kening Silvia.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya penasaran sama kisahnya Wangchu dan Nadia. Apa saja yang sudah terjadi selama di Indonesia. Eh.. di Nadia malah menyuruhku kembali ke kamar." Ujar Silvia yang berkata dengan wajah cengengnya.

"Pfft.. haha.. Sayang.. kamu beneran mempertanyakan itu pada Nadia?" Ludius tidak kuat menahan tawanya melihat betapa lucu dan menggemaskan istrinya ketika merajuk dan cengeng seperti ini.

"Ih, kok malah di ketawain sih. Dasar sama jahatnya!" kata Silvia ketus. Ia langsung melepas pelukan dekapan Ludius.

'Mood wanita hamil memang menyeramkan, dalam sekejap berubah ubah, cengeng, pemarah dan jutek.'

"Iya, maaf Sayang. Habisnya kamu nggemesih sih kalau lagi ngambek seperti itu. Hmm.. istri cengengku ini memang buat suamimu ini selalu kangen.."