"Baik-baik.. maafkan aku Sayang, aku takkan menertawakanmu lagi. Sudah dong meweknya.." Dengan penuh kesabaran Ludius mengusap peluh yang membasahi kening istrinya dan mengantar sitrinya ke sofa dan mendudukkannya disana,
Ludius duduk disamping Silvia, ia memandang kearah Silvia yang membuang muka darinya. Kedua tangan Ludius memegang tangan Silvia dan sedikit memaksa Silvia untuk memandang matanya.
"Coba katakan, mengapa kamu sangat penasaran dengan cerita Nadia, Sayang? Kamu tahu sendiri istri cengengku, Nadia bukannya tidak ingin cerita, ia hanya menghawatirkan kondisimu. Kamu kan tahu sendiri ini sudah ralut malam. Lagi pula, Nadia juga butuh privasi dalam hubungannya dengan Wangchu. Biarkan mereka mengurus sendiri masa depan mereka."
Sepertinya perkataan Ludius berefek pada Silvia yang diam sedari tadi. Silvia yang membuang muka prelahan menoleh ke arah Ludius. "Uhm.. aku terlalu kepo an jadi orang ya? Padahal kan aku hanya ingin membantu hubungan mereka agar menjadi lebih dekat saja." Ujar Silvia, wajahnya masih saja di tekut bagai kain kusut.
"Sudah-sudah, sebaiknya kamu tidak ikut campur dengan hubungan mereka Sayang. Jika waktunya sudah tiba mereka juga akan saling mengerti dan terbuka satu sama lain." Ludius memegang dagu Silvia dan tersenyum tipis padanya. "Sayang, bukankah kita juga memiliki urusan yang harus di selesaikan? Sudah beberapa hari aku tinggal di hutan dan selalu memikirkanmu. Tidakkah istri cantikku ini memberikan sedikit pengobat rindu.." kata Ludius lembut dan lirih.
"..."
Silvia tidak menjawab perkataan atau kode yang biasa Ludius katakan padanya. Silvia hanya terus memandang wajah suaminya dan baru menyadari bahwa saat ini Ludius tidak memakai pakaian atas dan hanya memakai celana panjang untuk menutupi jurus pamungkasnya.
'Apakah suamiku ini sedang meminta jatah? Haruskah sekarang?' pikir Silvia.
Tatapan mata Ludius kini terlihat lebih hangat, tangan kirinya menggapai wajah istrinya dan menyentuhnya dengan sepenuh hati. Membelainya dalam balutan kasih sayang. Perlahan, Ludius mendekatkan wajahnya dan mencium bibir ranum istrinya.
Kali ini Ludius memberikan ciuman dengan sangat lembut, tidak ada paksaan seperti yang biasa ia lakukan. Sembari terus memainkan ciuman mereka, Silvia yang juga terlihat menikmatinya, tanpa ragu menggapai tengkut leher Ludius untuk mempererat ciuman mereka.
Mendapat balasan yang sangat agresif dari istrinya, Ludius tidak ingin melewatkan waktunya terbuang sia-sia. Tangan kirinya yang menyentuh wajah istrinya, ia turunkan mengerayap menambah kenikmatan yang istrinya rasakan.
Di tengah-tengah permainan mereka, tidak sengaja tangan Silvia meraba punggung Ludius dan saat itu juga Ludius menghentikan aktifitasnya. Bibirnya yang masih menempel erat, Ludius melepasnya secara paksa.
Silvia sontak saja tersentak kanget. Ia secepatnya melepas tangannya yang menyentuh punggung Ludius. "Suamiku, ada apa denganmu?" tanya Silvia cemas.
'Brengsek! Mengapa harus di saat seperti ini. Menyebalkan!' batin Ludius mengumpat dirinya sendiri.
Baru saja akan mendapat service dari istrinya, Ludius baru saja mengingat bahwa kondisinya masih tidak baik-baik saja. Terpaksa Ludius beranjak dari kasur tanpa mengatakan apapun pada Silvia.
"Ludius, Tunggu! Katakan, mengapa kamu tiba-tiba diam? Apa kondisimu sebenarnya tidak dalam keadaan baik-baik saja?" tebak Silvia, ia mengangkat sebelah alisnya sambil melihat mana yang salah dari Ludius,
Kini posisi Ludius sudah berdiri di samping Silvia. Ia menunduk dan mencium istrinya kembali sembari memberikan senyum simpul pada istrinya. "Tidak Sayang, aku baik-baik saja. Hanya saja aku baru ingat ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Sorry baby, aku tidak bisa memuaskanmu malam ini.." ujar Ludius dengan kembali mencium Silvia.
Bagi Ludius rasanya sangat tidak rela meninggalkan waktu yang sangat ditunggu, apalagi Silvia mau menyerahkan diri sepenuhnya padanya. Bukankah ini sebuah jack pot! Tapi sekali lagi, kondisi Ludius sedang tidak memungkinkan, meski Ludius kecil sudah menegang sekalipun, ia harus menahannya.
Setelah mencium istri tercintanya yang sangat tidak rela ia tinggalkan, Ludius berbalik arah untuk pergi, sembari menahan diri agar tidak menyerang istrinya begitu saja. Baru saja Ludius ingin melangkah pergi, Silvia sudah mencekal tangan kirinya.
"Tunggu! Siapa yang mengizinkanmu pergi. Setelah menggoda istrimu sedemikian rupa, kamu pergi begitu saja. Ini jelas bukan suamiku."
'Sudah kuduga, tidak mudah lepas dari istriku yang cukup mengerti akan sifat orang lain. Karakterku terlalu mendominasi, tidak heran dia curiga begitu mudah.' Ludius menoleh ke belakang dan melebarkan senyumnya seolah sedang tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Sudah ku bilang, aku sedang sibuk. Bisa kamu lepaskan aku istriku?" Ludius mendekatkan wajahnya tepat di depan Silvia. "Katakan, istriku mencegatku pergi, apakah sedang bersemangat dan berusaha memuaskan suamimu?"
Perkataan Ludius yang seksi dan penuh desahan, terdengar indah di telinga Silvia, membuat Silvia langsung mengalihkan wajahnya, memnyembunyikan perasaan malu, jantungnya saat ini bahkan berbedar berpacu cepat, membuat peluh seketika membasahi wajah dan tubuhnya.
"Tidak, aku tidak sedang.. ah sudahlah. Sana pergi. Aku tidak akan mengganggumu." Kata Silvia gugup, perkataannya sendiri juga belepotan. Membuat Ludius yang mendengarnya hanya bisa tersenyum menahan tawa.
'Kelakuanmu memang selalu membuatku tertawa, Sayang.. dasar istri tsundere.' Batin Ludius.
Ludius melirik ke arah tangan kirinya yang masih di pegang erat Silvia, membuat Ludius tidak ingin berhenti menggoda isteri tsunderenya. "Sayang.. yakin nih, nyuruh aku buat pergi?" tanya Ludius kembali.
"Iya benar, sudah sana pergi! jangan ganggu orang yang mau tidur!" perkataan Silvia sangat ketus, namun berbanding terbalik dengan sikapnya yang tidak ingin melepas tangan Ludius.
Karena Silvia masih memegang erat tangannya, Ludius lebih memilih duduk kembali di atas kasur. "Sayang, apakah susah bagimu untuk jujur? Jika kamu memang membiarkanku pergi, mengapa tanganmu masih memegang erat tanganku? Ini susah di lepas loh istriku. Cekalanmu sangat kuat.." Ledek Ludius di akhir perkataannya.
Silvia baru menyadari bahwa tangannya masih memegang erat Ludius, ia mengalihkan pandangannya ke arah tangannya, matanya terbelalak dan tangannya refleks melepas Ludius. Karena terlanjur malu, Silvia mengalihkan posisinya berbalik arah membelakangi Ludius.
"Aku sudah melepas tanganku, kau bisa pergi.." ujar Silvia, ia langsung menarik selimutnya sampai menutupi seluruh wajahnya.
"Pfft... sudahlah, aku memang ada hal yang harus di lakukan."
Sebelum meninggalkan kamar tidur, Ludius terlebih dahulu mengambil ponsel miliknya, begitu layar ponsel menyala, terdapat pesan dari Zain.
"Apakah malam ini adalah acara lelangnya?" gumam Ludius.
[Ludius, aku sudah ada di tempat lelang gelap sesuai instruksimu. Secepatnya aku akan mencari informasi yang berguna disana, sembari menyencari indentitas sebenarnya Mr. ZK. Ada kabar burung yang sedang beredar bahwa akan ada lelang utama malam ini yaitu lelang sebua chip rahasia yang di import langsung dari Inggris. Kau tahu apa maksudku,kan?]